D U A P U L U H E N A M : SATU SAMA LAIN

2.3K 207 70
                                    

Elang asik merangkai mesin di depannya, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam namun Elang tidak menunjukkan tanda tanda bahwa dirinya ingin pulang dan beristirahat. Dirinya terlihat bersemangat meskipun nyatanya lelah, sambil bersiul melantunkan nada lagu berjudul Kita oleh Sheila on 7. Lagu yang mengingatkan masa remajanya bersama Dara. 

"Belom pulang? Udah malem, gedung mau ditutup" Elang menoleh ke sumber suara, rekan kerja se-timnya yang sudah berpakaian rapi dengan baju bersihnya, menyapanya dengan wajah takjub. Elang melirik arloji ditangannya, dalam hati tertegun karena waktu sudah menunjukkan cukup malam untuk lembur. 

"Ya, habis ini selesai. Tinggal dicoba bentar, terus pulang" ujar Elang tersenyum, sedetik mengusap kepalanya yang sebenarnya sudah mulai pening. Mesin yang sedang dicobanya sedang gangguan sejak tadi sore, sehingga Elang harus mengutak atik hingga menemukan letak kesalahan teknisinya. 

Ia harus menyelesaikan jobdesknya agar tidak mengganggu kinerja anggota tim lain saat dirinya cuti di esok hari. Ya, cuti. Elang memutuskan untuk pergi ke Bandung dalam beberapa hari kedepan, dirinya harus mulai mencari tahu hal hal yang tidak ia ketahui tentang Dara.

"Yaudah gue duluan ya, jangan kemaleman nanti ditemenin si manis gedung" Elang tertawa, mendengar candaan kecil rekan kerjanya, tau yang dimaksud dengan si manis gedung adalah penghuni tak kasat mata yang melegenda di gedung itu. 

"Ya, hati hati" Elang menanggapinya singkat, sedetik kemudian kembali serius dengan mesin di depannya. Yok, sedikit lagi selesai. Elang menyemangati dirinya sendiri, sebenarnya ia lelah karena ia bekerja sedari pukul 8 pagi namun demi mendapat cuti diesok hari dirinya harus menyelesaikan rangkaian mesin malam ini. 

Elang menggigit bibirnya, harap harap cemas saat memeriksa kerja mesin. Shit, masih ada yang salah. Elang menyandarkan punggungnya, sesungguhnya otaknya masih kuat berpikir namun tubuhnya terasa lelah. 

Elang melamun sebentar, terkadang ia berpikir kemanakah arah hidupnya?  Mimpi apa yang ia cari? Secara finansial, sejujurnya ia sudah lebih dari cukup. Dirinya mempunyai rumah di London atas jerih payahnya sendiri, tabungan dan juga saham di beberapa tempat yang telah cukup menyumbang sebagai pasif incomes. 

Dirinya sudah cukup bekerja keras di sepuluh tahun terakhirnya, mimpinya satu persatu dapat ia capai. Begitu pun mimpi terbesarnya, membuat rancangan pesawat yang kini dilakukannya. Elang menggeleng, mengapa rasanya bukan ini mimpinya? 

Elang merasa bukan ini yang harus ia cari di Indonesia. 

Elang tersenyum, sepertinya aku kembali ke Indonesia memang untuk Dara.

Elang menghela napasnya, menyemangati dirinya sendiri yang terasa lelah. Beberapa hari sudah ia lembur demi menyelesaikan jobdesknya dan memiliki waktu cukup untuk cuti. Elang menatap kontak Dara di ponselnya, rasanya ingin mendengar suara gadis itu namun Elang tidak ingin menyebabkan masalah lagi. 

Aku harus maju saat sudah siap memberinya kepastian.

Melihat Dara bimbang sesungguhnya membuat Elang tidak nyaman, gadis itu nampak tersiksa saat meninggalkan Reno. Tidak, Elang tidak menyerah. Elang bukannya berniat mengalah pada Reno, karena Elang tau Dara masih pada dirinya meskipun dirinya datang dengan seenaknya. 

Maka dari itu, Elang akan datang pada gadis itu dengan percaya diri membawa sebuah kepastian. Ya, ia tidak boleh membuat gadis itu semakin bimbang antara dirinya dan Reno karena Elang sadar, Dara juga begitu menyayangi Reno. 

Elang menepukkan kedua tangannya, menyemangati diri sendiri untuk kembali bekerja demi mencari tau tentang Dara di esok hari. 

Ya, semangat Elang!

Should I say that I Love You again?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang