Elang mengembuskan napasnya pelan setelah menarik handrem mobilnya dan memakirkannya agak jauh dari sekolah kedua adiknya itu. Melirik jam tangannya, masih ada waktu banyak sebelum dia harus kembali ke kantor.
Elang memejamkan matanya, berpikir mengapa sangat sulit memahami perasaannya setelah bertemu gadis itu. Apalagi setelah melihat tangisan Dara kemarin, menjengkelkan karena Elang benar benar ingin tau. Elang merasa gadis itu menyembunyikan hal menyakitkan dari dirinya.
Tamara, Elang tau bahwa Ibu Tirinya akan segera kembali ke Indonesia setelah sekitar satu tahun di Amerika. Apakah ia siap melihat Ibu dari kedua adiknya itu? Setelah kenyataan tentang apa yang dilakukan perempuan itu pada Ibunya? Mungkin permusuhan itu selesai sejak lama, namun Elang juga tidak yakin.. apa benar sudah usai ataukah masih terpendam.
Dirinya memang sudah dewasa, tapi rasa marah itu masih ada... meskipun dengan porsi yang telah berbeda. Sejak 11 tahun lalu, keputusannya meninggalkan Dara juga untuk hal ini. Memutus rantai antara Tamara dengan Dara. Iya, dengan Dara.
Elang tidak pernah ingin membongkar hal ini pada Ayahnya.. apalagi membawa hal ini ke ranah hukum. Ia tak ingin mengusik keluarga Dara, setidaknya putus adalah hal baik agar kehidupan gadis itu tetap baik baik saja.
Siapa gadis yang ingin Ayahnya menjadi tahanan penjara? Setidaknya Elang tidak ingin itu terjadi pada Dara. Dan juga, bagaimana perasaan Kenno dan Kenia jika tau bahwa ibunya adalah seseorang yang begitu kejam?
Ah, terlalu banyak yang ada di pikiran Elang tentang permasalahan hidupnya. Semuanya begitu memusingkan.
Elang membuka matanya dikala mendengar sebuah mobil datang dan terparkir tidak jauh di depan mobilnya. Elang menajamkan kembali ingatannya, guna memastikan bahwa itu bukalah salah satu mobil di rumah Ayahnya.
Elang mencoba mencari memori di ingatannya, tapi itu benar... itu adalah salah satu mobil di rumahnya. Siapa?
Telapak tangan milik Elang mengepal dikala ia melihat perempuan itu di depannya.
Ketakutannya, Tamara.
..
.
"Dara Arfiyana?" suara yang Dara tak pernah berharap mendengarkannya lagi. Dara ingin mengeluarkan air matanya, namun ia tidak bisa karena kedua muridnya ada disana.
Dara tidak bisa berkata apapun, setidaknya sampai punggung seorang lelaki yang tiba tiba datang dan menutupi pandangannya agar tidak menatap Tamara.
Punggung yang Dara tidak tau akan ada di depannya, di garis terdepan untuk melindunginya. Bahwa tak pernah terpikir sedikitpun di benak Dara bahwa lelaki itu akan ada untuknya, terutama setelah 11 tahun lamanya tanpa jejak.
Apa Dara berharap sekarang? berharap bahwa punggung itu akan selalu ada untuk melindunginya? Dara tidak tau, tapi hanya satu hal yang kini terbesit dalam dadanya.
Detik ini, dirinya bersyukur lelaki itu kembali dalam hidupnya. Memberikan suatu rasa aman berbeda yang dirinya juga tak bisa menjelaskannya, rasa yang hanya ada saat dirinya bersama lelaki itu dan lagi lagi sulit untuk di deskripsikan.
Elang, mantan kekasihnya.
"Kapan Lo-- Ma..ma sampe?" Elang segera meralat ucapannya. Bagaimana bisa ia menampakkan ketidak-akrabannya pada ibu tirinya itu depan dua adik tirinya yang masih kecil.
"Baru saja.. kenapa, kamu kaget?" Sebelah alis Tamara mengangkat, dengan sebuah senyuman yang Elang tau tak pernah berubah sedari dulu. Ia dan Tamara memang tak akan pernah akur.
Elang menggeleng, ia memang terkejut...namun dirinya lebih terkejut karena ada ekspresi aneh pada Dara dikala menatap Tamara. Ah, Elang ingin segera melihat wajah gadis yang kini ia hadang dengan punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Should I say that I Love You again?
RomanceShould I Say That I Love You again? (Elang Dan Dara series 2 ) 11 years passed... Kadang, tak sepenuhnya kisah berakhir disatu masa. Ada yang ingin terus berjalan, untuk menyusun tubuh rindunya. Kepada kisah adam dan hawa yang telah kandas beberap...