MAKANAN UNTUK MAYANG

970 13 0
                                    


"Aku mau nyalain tape aja deh, daripada aku suntuk nggak ada kerjaan. Tetangga kiri kanan aja bising setiap hari. Masa aku kaya nggak punya hak di rumah sendiri." Delilah Armayang Dinar Puteri.

        Mayang menyalakan DVD dan memasukkan kasetnya. Setelah itu, ia memilih lagu dan menari di kamarnya. Ia begitu senang dan terus melakukannya.

"Assalamualaikum. Mayang oh Mayang." Panggil Ahya sambil mengetuk pintu rumah Mayang.

         Mayang mematikan DVD-nya. Ia berjalan ke ruang tamu dan membuka pintu rumahnya.

"Waalaikum salam. Mari masuk, Ahya." Mayang mempersilahkan Ahya masuk ke rumahnya.

         Ahya pun memasuki rumah Mayang lalu duduk di sofa. Mayang mengambilkan minuman dan satu toples keripik kentang lalu meletakkannya di meja.

"Makanlah, Ahya!" Mayang membuka tutup toples itu.

"Makasih ya Mayang." Ucap Ahya.

         Mayang mengangguk dan tersenyum. Ia mendengarkan musik jenis DJ atau EDM dari HP-nya dengan handsfree. Ahya menyodorkan sebuah bungkusan ke tangan Mayang. Mayang menerima bungkusan itu lalu membukanya.

"Apa itu, Ahya?" Mayang merasa tidak enak.

"Itu untukmu, Mayang. Ambillah!"

"Makasih ya Ahya." Ucap Mayang dengan penuh kegembiraan.

"Sama-sama, Mayang. Sengaja Ahya pilihkan baju itu untuk Mayang. Karena si Mayang ini kan cantik." Balas Ahya sembari menggoda Mayang.

         Hadiah yang diberikan Ahya kepada Mayang tadi adalah sebuah longdress dan minidress. Mayang senang bukan main ingin mencobanya.

"Ahya, Mayang mau cobain bajunya."

"Cobalah, Mayang."

         Mayang masuk ke kamarnya dan mencoba minidress dan longdress yang diberikan Ahya tadi. Ternyata kedua dress tersebut sangat cocok dan klop untuk Mayang. Ia pun keluar dari kamarnya dan menemui Ahya,

"Gimana, Mayang? Cocok atau enggak?" Tanya Ahya untuk meyakinkan Mayang.

"Bukan lagi cocok. Tapi memang klop." Mayang menjawab pertanyaan Ahya sambil memegang kedua pipinya.

"Iya. Mana tahu nanti kalian berjodoh. Bang Ahya kan bisa memilih gaun pengantin yang bagus untuk Kak Mayang." Sambung seorang anak laki-laki dari dapur.

"Aamiin." Sahut kedua anak perempuan dari kamar sebelah.

"Siapa itu?" Tanya Mayang dengan perasaan marah sekaligus malu.

"Kalau kami kenapa rupanya Kak?" Kata seorang anak laki-laki dan dua anak perempuan sambil menghadap Mayang.

"Adit, Resita, Marcha. Kurang ajar kalian. Awas saja kalau kalian minta jajan sama Kakak!" Ancam Mayang dengan perasaan malu.

         Adit adalah adik laki-laki Mayang sekaligus adik semata wayangnya. Sedangkan Resita dan Marcha adalah adik sepupu Mayang. Resita dan Marcha bersaudara kandung. Resita dan Marcha tinggal di rumah Mayang karena ayah mereka meninggal dunia saat Resita berusia tiga tahun, sementara Marcha berusia lima tahun. Sepeninggal ayah mereka, ibu mereka menikah lagi dengan seorang pria berkebangsaan Serbia. Kini, ibu mereka tinggal di Kroasia bersama suami barunya.

"Benar kata mereka, ya. Atau karena aku berharap sama Mayang?" Batin Ahya.

"Heh, kenapa melamun?" Tanya Mayang dan mengibaskan tangannya di depan mata Ahya.

"Nggak apa-apa, Mayang." Ahya hanya menggeleng.

         Ahya mengambil helm dan kunci motornya lalu menuju ke teras rumah Mayang. Ia mengeluarkan motornya lalu disusul oleh Mayang.

"Ahya pulang dulu, Mayang." Ahya pamit sembari mengelus puncak kepala Mayang.

"Hati-hati ya, Ahya! Jangan ngebut kaya si Adit nggak waras!" Mayang berteriak sambil tertawa.

"Apa lagi salahku, Kak?" Tanya Adit yang merasa terlibat.

"Habisnya kau kencang sekali bawa motor waktu bonceng Kakak. Maka itu Kakak peringatkan bang Ahya supaya jangan mengikuti kau." Jawab Mayang panjang lebar.

"Berantem terus kaya Tom and Jerry." Sahut Ahya sambil tertawa.

"Eh mending diem aja kalau sok tahu." Kata Mayang dengan ekspresi yang garang.

"Sok tempe."

"Krik." Kata Mayang dengan penuh kedongkolan.

"Tempe lebih enak. Aku pulang dulu, Mayang. Dah Mayang." Ahya membalas perkataan Mayang tadi.

         Ahya pun pergi meninggalkan rumah Mayang. Mayang dan Adit masuk ke rumah lalu menutup pintu.

Cinta Dalam DiamWhere stories live. Discover now