KEJATUHAN KOTORAN BURUNG

92 2 0
                                    

        Ahya berjalan dengan Mayang di sekitar lapangan sepak bola yang sering ia kunjungi sejak SMA. Tiba-tiba, Ahya merasakan ada sesuatu yang aneh di lengannya. Mayang berasa jijik dan geli.

"Ahya apa itu?" Tanya Mayang dengan ekspresi yang jijik.

"Entah, Mayang." Ahya mengangkat bahunya. Ia tidak tahu apa yang berada di lengan kirinya itu.

"Itu kotoran burung, Ahya. Baru saja burung itu buang air besar di tangan Ahya." Jelas Mayang sambil menutup mulutnya.

"Ahya merasa jijik. Ia mengambil sebotol air minum di tasnya. Mayang memberikan setetes sabun cair untuk membersihkan lengan Ahya. Ahya membasuhnya dengan air yang dikeluarkannya dari tasnya tadi.

"Dah bersih?"

"Udah, May. Makasih sabunnya, May."

"Nggak usah berterima kasih sama Mayang. Ahya kan udah dekat banget sama Mayang. Anggap aja Mayang ini seperti adik kandung Ahya sendiri."

        Ahya memegang pucuk kepala Mayang. Mayang menutup matanya sambil tersenyum imut layaknya anak kecil yang masih polos dan tak berdosa. Dalam ketidaksadaran Mayang, Ahya menatap lekat wajah Mayang yang tersenyum imut.

"Ha... ha... ha. Memangnya enak kena kotoran burung." Kata Masri di balik tembok.

"Diamlah, Masri. Mentang-mentang aku ini kena kotoran burung kau tertawakan aku. Teman sedang lagi apes-apesnya malah diketawain bukannya ditolong." Ahya melempar Masri dengan gabus bulat bekas prakaryanya dulu.

"Ganteng-ganteng jorok." Teriak Masri dari tempat yang tersembunyi.

"Biarin aja. Biarpun aku penjorok yang penting aku tidak pernah berbuat kasar terhadap wanita." Ledek Ahya kepada Masri yang mengejeknya.

        Mereka melanjutkan perjalanan mereka. Tiba-tiba, Mayang melihat ada seorang pedagang bakso langganannya semasa SMA. Ia mengajak Ahya untuk makan bakso.

"Ahya, ayo kita makan bakso langganan Mayang. Enak banget rasanya." Mayang merayu Ahya agar pergi makan bakso bersama.

"Yaudah deh, Mayang. Ahya juga pengen nyobain." Ahya tergoda rayuan Mayang untuk makan bakso.

        Mereka pun tiba di warung bakso. Sesampainya disana, Mayang mencari tempat duduk untuk mereka makan.

"Pesan apa, Dek Mayang?" Tanya pedagang bakso itu.

"Mayang mau pesan bakso daging sapi pakai mie putih, pesanan dia samakan kaya Mayang ya Pak." Mayang menjawab pertanyaan pedagang bakso itu. Tak lupa ia memesankan makanan Ahya agar mereka bisa makan bersama.

        Pedagang bakso itu pun memasak pesanan mereka. Mayang dan Ahya bercengkerama sambil menunggu pesanan agar laparnya tidak terasa.

"Pesanan sudah datang." Kata pedagang bakso itu lalu meletakkan pesanan Ahya dan Mayang ke meja.

"Terima kasih, Pak." Ucap Ahya sopan.

"Sama-sama, Dek." Pedagang bakso itu membalas ucapan Ahya.

        Mereka menunggu panas di makanan itu berkurang agar bisa langsung dimakan. Tak lama kemudian, mereka memakan bakso itu dengan lahap.

"Gimana Ahya, enak?" Mayang meyakinkan Ahya tentang bakso langganannya ini.

"Enak, Mayang. Ahya nggak nyesel Mayang ajak kesini. Lain kali kita kemari." Ahya sudah yakin dengan bakso langganan Mayang.

"Pak, tolong dihitung." Ahya memanggil pedagang bakso itu.

        Pedagang bakso itu datang membawa buku catatan dan pulpen. Ia mencatat apa saja yang dimakan atau diminum oleh mereka.

"Berapa semuanya, pak?" Tanya Ahya.

"Empat puluh ribu rupiah." Jawab pedagang bakso itu.

        Mayang merogoh sakunya untuk mengambil uang. Sebelum Mayang sempat menyodorkan uang kepada pedagang bakso itu, Ahya sudah membayarnya dengan uang pas.

"Terima kasih, Dek." Ucap pedagang bakso itu.

"Sama-sama." Mayang dan Ahya mengangguk.

        Ahya dan Mayang meninggalkan warung bakso itu. Mereka melanjutkan perjalanan santai mereka yang tertunda karena lapar.

"Ahya, kenapa Ahya bayarin Mayang makan?" Mayang merasa bersalah karena membiarkan Ahya membayar makanannya.

"Ahya kan ada rezeki berlebih. Harus diberikan kepada Mayang." Kata Ahya untuk menenangkan hati Mayang yang merasa bersalah.

"Terima kasih, Ahya." Ucap Mayang dengan wajah yang sedih.

"Sama-sama, Mayang. Mayang jangan sedih lagi." Balas Ahya lalu menghibur Mayang.

Cinta Dalam DiamWhere stories live. Discover now