Jam sudah menunjukkan pukul 05.00 WIB. Mayang terbangun dari tidurnya. Ia bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Setelah berwudhu, ia memasuki kamarnya. Ia langsung memakai mukenanya lalu sholat.
"Ya Allah, segala puji hanya kepunyaan-Mu. Sehelai daun pun tak akan gugur tanpa seizin-Mu ya Allah. Lindungilah Ahya ya Allah dimanapun dia berada. Mayang mohon ya Allah. Mayang nggak mau kehilangan dia ya Allah, aamiin." Air mata Mayang membasahi pipi chubby-nya lalu Mayang mengusapkan kedua tangannya ke wajahnya.
Mayang membuka mukenanya lalu melipat alat sholatnya dan memasukkannya ke dalam lemari. Kemudian Mayang mengambil pakaian dan handuknya untuk mandi. Mayang pun bergegas dan langsung mandi. Setelah sepuluh menit, Mayang menyudahi mandinya. Ia mengeringkan tubuhnya dengan handuk lalu berpakaian.
"Kak Mayang udah mandi, ya?" Tanya Resita sambil memeluk Mayang.
"Udah, Dek. Kakak udah mandi. Nih mau langsung ke toko." Jawab Mayang sambil menggendong Resita.
Mayang mengambil tasnya yang berisi dompet, kunci toko, powerbank, HP, dan lain-lain dari kamarnya. Ia berjalan ke ruang tamu. Alangkah terkejutnya ia melihat Ahya sudah duduk di sofa.
"Eh, Ahya. Kapan kemari?" Tanya Mayang dengan penuh keheranan.
"Tadi pas Mayang lagi mandi." Jawab Ahya seakan tak merasa bersalah karena kedatangannya mengejutkan Mayang.
"Oh." Mayang mengangguk.
"Kamu mau ke toko, kan? Sini aku anter." Ahya menawarkan diri untuk mengantarkan Mayang ke toko.
"Nggak usah, deh. Mayang ada mobil. Mayang kan bisa nyetir. Entar Mayang merepotkan Ahya." Kata Mayang segan.
"Mayang kan capek di toko. Udahlah nggak pakai tenaga kerja, semuanya Mayang yang handle."
"Oke, Mayang mau deh. Makasih, Ahya."
Tanpa banyak bicara, Ahya mengeluarkan motornya dari teras. Mayang duduk di belakang Ahya. Mereka pun pergi ke toko Mayang yang tak begitu jauh dari rumahnya. Setelah sampai disana, Mayang turun dari motor Ahya. Ia membuka tokonya dan menunggu pembeli.
"Bang, Mayang ada?" Tanya seorang wanita paruh baya.
"Ada, Bu. Tunggu sebentar."
"Ya."
"Mayang, ada yang mau beli." Panggil Ahya dari meja kasir.
"Beli apa, Bu?" Tanya Mayang ramah.
"Beli beras sekarung, keripik pisang tiga bungkus, keripik ubi lima bungkus, dan permen coklat dua bungkus."
Mayang menghitung harga belanjaan yang dibeli wanita paruh baya itu sementara Ahya memasukkannya ke dalam plastik kecuali beras.
"Berapa semuanya, Mayang?"
"Tiga ratus dua puluh lima ribu, Bu."
Wanita paruh baya itu memberikan uang pas kepada Mayang. Ahya mengangkat sekarung beras ke bagasi mobil wanita paruh baya itu lalu menutupnya.
"Terima kasih ya, Bang." Ucap wanita paruh baya itu.
"Sama-sama, Bu." Balas Ahya.
"Mayang, itu siapa?" Tanya wanita paruh baya itu heran.
"Oh ini teman Mayang, bu." Mayang menjawab wanita paruh baya itu sambil menunjuk Ahya.
"Nanti Mayang dah nikah nggak undang ibu."
"Ah Ibu ini pun."
"Ya sudah, Ibu pulang dulu. Semoga daganganmu laris manis, Mayang."
"Aamiin." Mayang mengaminkan perkataan wanita paruh baya itu.
Wanita paruh baya itu memasuki mobilnya dan meninggalkan toko Mayang. Mayang berdiri membelakangi Ahya. Ahya menarik ujung rambut Mayang lalu bersembunyi di bawah meja kasir.
"Ahyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa." Teriak Mayang lalu mencari Ahya di bawah meja kasir.
Ahya keluar dari bawah meja kasir. Ia berlari dan Mayang terus mengejarnya hingga dapat. Mayang melompat ke punggung Ahya lalu melingkarkan tangannya di leher Ahya. Ahya menggendong Mayang ke kursi kasir lalu mendudukkannya.
"Gimana usaha bengkelnya, Ahya?" Tanya Mayang penasaran.
"Alhamdulillah lancar, anteng." Jawab Ahya senang.
Ahya adalah seorang pemilik bengkel. Ia memiliki banyak tenaga kerja. Berbeda dengan Mayang yang tak suka menggunakan tenaga kerja. Oleh karena itu, Ahya memiliki banyak waktu untuk bersama Mayang.
"Beli.." Teriak seorang anak laki-laki dari luar.
"Beli apa Dek?" Tanya Ahya ramah.
"Tepung roti dua kilogram, telur dua puluh butir, pengembang satu, ceres yang besar satu, dan margarin dua bungkus." Anak laki-laki itu menyebutkan barang yang ingin dibelinya.
Ahya membantu Mayang menghitung harga dan memasukkannya ke dalam plastik. Kemudian Mayang memberikannya kepada anak laki-laki itu.
"Berapa semuanya, Kak?" Tanya anak laki-laki itu.
"Sembilan puluh tiga ribu, Dek." Jawab Mayang.
Anak laki-laki itu memberikan uang seratus ribu kepada Mayang. Mayang mengembalikan uang seharga tujuh ribu rupiah.
"Makasih ya Dek." Kata Mayang dengan senyum ramahnya.
"Ya, Kak." Kata anak laki-laki itu.
Anak laki-laki itu pergi meninggalkan toko Mayang. Mayang berharap banyak orang yang membeli barang di tokonya. Tanpa disangka, doa Mayang itu terkabul. Ia dan Ahya bekerja sama melayani pembeli yang berdesakan di tokonya. Lama kelamaan barang yang di toko Mayang itu banyak berkurang saking banyaknya pembeli yang datang ke tokonya.
Berjam-jam kemudian
Ahya membantu Mayang menutup tokonya. Setelah itu, Ahya mengantarkan Mayang pulang. Di sepanjang perjalanan, mereka bercerita dan tertawa tentang kostum Mayang di rumah.
Tak lama kemudian, mereka pun sampai di depan rumah Mayang. Mayang turun dari motor Ahya.
"Makasih Ahya, dah nganter Mayang. Mayang jadi ngerepotin Ahya." Ucap Mayang dengan mata yang berbinar.
"Sama-sama, Delilah Armayang Dinar Puteri. Mana mungkin gadis secantik dan sebaik Mayang itu merepotkan Ahya." Balas Ahya dan menggoda Mayang.
Ahya pun pergi dari rumah Mayang karena tak bisa berlama-lama di luar. Mayang memasuki rumahnya lalu menutupnya. Tak lupa ia menyalami kedua orang tuanya, pamannya, Adit, Marcha, dan Resita.
"Gimana jualannya, Mayang?" Tanya ibu Mayang.
"Alhamdulillah Ma, laris manis Ma." Jawab Mayang dengan perasaan yang gembira.
"Oh, bagus deh Kak Mayang. Jadi bisa jajanin Adit, Marcha, dan Resita dong." Kata Adit.
"Yaudah, Kakak mau mandi dulu." Kata Mayang lalu meninggalkan ruang tamu.
YOU ARE READING
Cinta Dalam Diam
FanfictionDelilah Armayang Dinar Puteri (20) atau Mayang adalah seorang gadis yang diam-diam menyukai temannya yang bernama Ahya Alkhairi Arkana (22). Ahya adalah seorang pemilik bengkel. Mayang adalah seorang gadis yang cantik, manis, baik hati, setia, mandi...