PADUAN SUARA

68 0 0
                                    


KRINGGGGGGG

         Jam weker telah berbunyi di meja samping tempat tidur Mayang. Mayang terbangun dan mengambil pakaian serta handuknya lalu bergegas ke kamar mandi. Setelah itu, ia selesai mandi dan berdandan. Tak lupa ia memakai kacamata putih favoritnya.

         Mayang keluar dari kamarnya menuju ruang tamu. Ia terkejut melihat Ahya berdiri di hadapannya. Ahya tersenyum melihat penampilan Mayang sekarang.

"Ayo, Mayang!" Ahya menawarkan diri untuk mengantarkan Mayang ke gedung Philadelphia.

"Mayang 'kan bisa pergi sendiri." Kata Mayang sungkan. Entah karena ia malu atau ia tidak mau merepotkan Ahya.

"Itu sudah tanggung jawab Ahya untuk mengantarkan Mayang."

         Akhirnya Mayang menuruti ajakan Ahya. Ia memasuki mobil Ahya dan duduk tepat di samping Ahya.

"Pergi kita?" Tanya Ahya untuk meyakinkan Mayang.

"Ok." Mayang mengacungkan jempol.

         Mereka pun pergi. Selama perjalanan menuju gedung, Mayang menghidupkan musik DJ favoritnya di mobil Ahya. Bukannya marah, Ahya malah mendukung Mayang. Jelas saja Ahya mendukung Mayang mendengarkan musik DJ. Karena ia juga menyukai musik DJ.

"Mayang suka DJ?" Tanya Ahya sambil tertawa.

"Jelas dong, Ahya. Ahya juga 'kan?" Jawab Mayang lalu bertanya kembali pada Ahya.

"Sama kaya Mayang." Balas Ahya singkat.

         Mereka pun sampai di gedung Philadelphia. Ahya menurunkan Mayang di teras gedung. Ia memarkirkan mobilnya ke lokasi yang jaraknya tidak begitu jauh dari gedung. Setelah itu, Ahya menyusul Mayang ke teras gedung.

"Mayang, bareng yuk!" Ajak Ahya sambil memegang kepala Mayang.

"Ayo." Mayang membalas ajakan Ahya lalu memasuki gedung Philadelphia.

Ahya melihat teman-temannya berkumpul disana. Mereka hanya tersenyum melihat Ahya dan Mayang yang sedang bercanda.

"Waktunya mengambil posisi! Peserta perempuan diharapkan mengambil barisan di depan dan yang laki-laki silahkan mengambil posisi di belakang." Seorang dirigen memberikan aba-aba.

         Seluruh peserta paduan suara itu mengambil posisi di tempat yang telah ditetapkan oleh dirigen tadi. Ahya berdiri tepat di belakang Mayang. Mayang pun terkejut mengapa Ahya bisa mendapatkan posisi di belakangnya.

         Para dirigen sudah berdiri di hadapan peserta masing-masing. Instrumen pengiring musik berbunyi. Dirigen memimpin lagu bagi pesertanya masing-masing. Artinya paduan suara sudah dimulai. Semua peserta bernyanyi mengikuti alunan tangan dirigen. Ketika para peserta melangkah ke kiri dan ke kanan mengikuti lagu itu, Ahya memegang pundak Mayang. Mayang pun terkejut.

         Setelah itu, paduan suara pun berakhir. Seluruh peserta tidak boleh pulang terlebih dahulu sebelum mengetahui kelompok mana yang menang dan tidak.

         Para panitia pun membawakan beberapa amplop hadiah untuk dibagikan kepada juara 1, 2, dan 3. Tak disangka, kelompok Mayang menjadi pemenangnya dan mendapatkan hadiah uang sebesar 15 juta per orang. Saking gembiranya, Ahya menarik rambut Mayang.

"Ahya, jangan tarik rambut Mayang! Sakit tau." Ujar Mayang kesal.

"Maaf ya, Mayang. Ahya tadi saking gembiranya kelompok kita menang. Jadinya Ahya kebawa refleks." Ahya mengelus rambut Mayang yang ia tarik tadi.

"Uang hadiah ini kita kemanain ya?" Tanya Mayang dengan hati yang riang.

"Lebih baik ditabung saja, Mayang. Untuk masa depan kita berdua." Ahya memberi saran lalu menggoda Mayang.

         Mayang tersipu malu. Ia tak tahu harus melakukan apa. Yang ia bayangkan hanya kalimat yang baru saja Ahya lontarkan tadi.

"Ahya, kami pulang ya." Kata Ferati pamit, salah satu teman Ahya di gedung Philadelphia tadi.

"Ya sudah, kamu hati-hati." Balas Ahya kepada Ferati yang sepertinya sudah terburu-buru.

         Ahya dan Mayang berjalan menuju lokasi parkir mobil. Kemudian, mereka masuk ke dalam mobil. Ahya mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang stabil. Mayang tertidur di sepanjang perjalanan. Mereka terkena macet di lampu merah. Ahya hanya melihat wajah Mayang yang terlelap.

"Kasihan sekali Mayang. Semoga Mayang selalu sehat." Batin Ahya.

         Rambu lalu lintas menunjukkan warna hijau. Yang artinya jalan. Ahya memacu mobilnya agar cepat sampai ke rumah Mayang. Lima belas menit kemudian, mereka sampai di depan rumah Mayang. Ahya menggendong tubuh Mayang lalu menidurkannya di sofa.

"Ahya, kenapa dengan Mayang?" Tanya Bu Ella panik.

"Mayang tidak sakit, Bu. Mayang hanya kelelahan." Jawab Ahya ramah.

"Kamu kalau malas cepat pulang ke rumah nggak apa-apa. Ibu izinin kamu main disini sambil nunggu Mayang bangun."

"Ya, Bu Ella. Makasih."

"Sama-sama, Ahya."

         Bu Ella meninggalkan Ahya di ruang tamu. Ahya hanya terdiam seperti tidak ada teman untuk berbicara. Ia menunggu Mayang bangun dari tidurnya. Karena kelelahan, Ahya tertidur di sofa.

Tiga jam kemudian

         Mayang terbangun dari tidurnya. Ia beranjak ke ruang tamu. Dilihatnya Ahya tertidur di sofa ruang tamu. Ia duduk di sofa yang kosong sambil menatap wajah Ahya.

"Kasihan Ahya. Mungkin Ahya kelelahan karena mengantar Mayang tadi." Kata Mayang dalam hati.

         Tak lama kemudian, Ahya bangun tidur. Ia kaget melihat Mayang yang duduk di dekatnya.

"Aku kok disini?" Tanya Ahya heran.

"Tadi kata mama Mayang Ahya mengantuk. Jadinya ketiduran deh." Jawab Mayang panjang.

"Ini udah malam. Ahya mau pulang dulu, Mayang." Kata Ahya pamit sambil memegang kepala Mayang.

"Ya, Ahya. Selamat sampai tujuan." Balas Mayang dengan penuh harap.

"Makasih Mayang."

"Ya."

         Bu Ella berjalan ke ruang tamu. Ahya berpamitan dengan Bu Ella. Tak lupa Ahya mengingatkan Mayang agar tetap sehat, sukses, dan semua yang terbaik.

"Sepertinya Ahya pantas menjadi menantu mama. Nggak salah mama pilih calon menantu untuk Kak Mayang." Kata Bu Ella kepada putrinya itu.

"Aamiin." Sahut Adit, Marcha, dan Resita.

         Ahya menghidupkan mobilnya dan membiarkannya selama beberapa menit. Setelah itu, Ahya pulang. Mayang tersenyum dari kejauhan dan membayangkan kalimat ibunya tadi.

"Nak, semoga kamu bisa sama Ahya nantinya." Ucap Bu Ella sembari merangkul putrinya itu.

"Aamiin." Balas Mayang dengan penuh kebahagiaan.

         Mayang mengunci pagar dan pintu besi rumahnya. Setelah itu, Mayang bergegas ke kamarnya lalu tidur karena ia harus berjualan di tokonya.

Cinta Dalam DiamWhere stories live. Discover now