HADIAH DARI TABITHA

73 0 0
                                    

         Mayang menduduki ayunan besi di sekitar rumahnya. Ia bernyanyi sambil menggendong Bedy, anaknya. Ahya masuk ke dalam ayunan itu dan duduk di samping Mayang. Mereka begitu senang mengurus buah hati mereka.

"Mayang, oh Mayang." Suara sumbang yang serentak memanggil Mayang.

         Mayang dan Ahya turun dari ayunan. Ahya menggantikan tugas Mayang menggendong Bedy agar Mayang tidak kelelahan. Ia mengerti bahwa mengurus anak itu lelah. Mereka pun berjalan ke tengah halaman rumah.

"Hai, Mayang. Sudah jadi orang tua, ya?" Tabitha menyapa Mayang lalu memeluknya.

"Iya, Tabitha. Ini suamiku, namanya Ahya." Mayang menjawab pertanyaan Tabitha dan membalasnya.

"Oh, anakmu ini laki-laki apa perempuan?"

"Perempuan, Tabitha."

"Namanya siapa?"

"Gabrielle Bedy Verratti Ahya."

"Oh. Kaya nama tengahnya kaya nama kakak Massimo Moratti yang anak nomor tiga."

"Semoga nanti besarnya bisa jadi pengusaha penerus kalian."

"Aamiin. Tabitha, lelaki ini suamimu?"

"Iya, namanya Raka. Dia bekerja sebagai mekanik di komplek Fantasi Indah."

        Mayang melihat perut Tabitha yang mulai membesar lalu mengelusnya. Tabitha merasa senang karena sahabatnya itu juga menyayangi sang calon anak di dalam perutnya.

"Udah berapa bulan, nih?" Tanya Mayang penasaran.

"Tujuh bulan." Jawab Tabitha dengan penuh kebahagiaan.

"Semoga lahirannya lancar sayang." Kata Mayang lalu menepuk pundak Tabitha.

"Aamiin, makasih sayangku." Tabitha memeluk Mayang.

"Eh, si Wina sekarang kemana?" Mayang merasa kehilangan sesuatu.

"Wina sekarang sudah di Yogyakarta. Dia sudah menikah dengan Febrizal, kawan SMP kita dulu. Sama baiknya sama si Dimas pacarnya yang meninggal dulu itu. Bahkan lebih pun."

"Oh, titip salam sama Wina ya."

"Iya. Oh, ya. Aku ada sesuatu untukmu." Tabitha baru terpikir akan sesuatu yang ingin diberinya kepada Mayang.

"Apa itu?" Mayang merasa heran mengapa Tabitha ingin memberinya sesuatu.

        Tabitha mengeluarkan dua lusin pakaian bayi, popok, susu, dan makanan bayi dari bagasi mobilnya. Ia memberikannya kepada Mayang. Mayang pun terkejut dengan apa yang diberikan Tabitha kepadanya.

"Makasih, sayangku. Kamu baik sekali." Mayang terharu akan kebaikan Tabitha.

"Sama-sama, sayang. Nggak mungkin aku berhitung sama sahabat sendiri."

"Kamu benar-benar sahabatku."

"Oh, ya. Kami pulang dulu. Kami ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan. Lain kali kita bisa bertemu." Mayang dan Raka pamit kepada Mayang, Ahya, dan Bedy.

"Iya, kalian hati-hati."

"Cepat besar ya, Bedy." Tak lupa Tabitha memeluk dan mencium pipi Bedy gemas.

        Mereka pun masuk ke dalam mobil lalu pergi. Ahya membawa hadiah yang dibawakan Tabitha tadi ke dalam kamarnya dan Mayang. Sementara Mayang masih berayun di ayunan besi yang tertutup itu.

Cinta Dalam DiamWhere stories live. Discover now