MENJUAL RUMAH

82 0 0
                                    

        Sudah satu minggu Ahya pulang dari rumah sakit. Kondisinya sudah pulih seratus persen. Ia bisa bermain kembali dengan Mayang seperti biasa. Mayang senang bukan kepalang.

"You can be my savinglights."

         Itulah bunyi musik yang mengalun dari laptop Mayang disertai alat-alat DJ. Mayang memainkannya dengan kedua tangannya yang dihiasi cincin di jari tengah dan manis dalam satu tangan.

"Mayang, ternyata istrinya Ahya pandai nge-DJ." Puji Ahya lalu meletakkan tangannya di kepala Mayang.

"Iya, anak DJ itu sebenarnya baik. Kebanyakan emosinya nggak terkontrol." Balas Mayang sambil menari mengikuti musiknya.

"Mayang dari kapan bisa memanikan alat-alat DJ?" Tanya Ahya penasaran.

"Dari usia sembilan tahun, Ahya." Tangan Mayang memainkan alat DJ itu silih berganti sambil menari.

"Ahya juga bisa, Mayang." Ahya seakan tidak mau kalah dengan Mayang.

         Mereka memainkan alat-alat DJ itu secara bergantian. Ahya memeluk Mayang dari belakang. Mayang bersantai memainkan alat DJ yang sudah dimilikinya sejak lama itu.

"Kebanyakan anak DJ itu emosinya nggak terkontrol. Tapi beda dengan DJ Mayang. DJ Mayang itu orangnya baik banget." Tutur Mayang dengan percaya diri.

"Sombong ya, tapi fakta kok." Ahya memuji Mayang lalu mencium kepala Mayang.

"Ahya jangan sakit-sakit lagi. Nggak kasihan apa sama Mayang? Mayang sayang sama Ahya, sayang banget." Mayang memeluk Ahya.

"Iya, Ahya juga nggak mau sakit. Kalau Ahya sakit pasti kasihan banget si Mayang yang cantik ini." Ahya mencubit kedua pipi chubby Mayang.

"Cieeeeeeeeeeeee." Teriak Adit, Marcha, dan Resita dari ruang tamu.

"Pergi nggak lu?" Mayang mulai merasa geram dan malu karena diteriaki dari luar.

         Adit, Marcha, dan Resita pun lari karena mereka melakukan tindakan usil kepada kakak mereka itu. Wajah Mayang berubah menjadi merah merona. Artinya Mayang itu sedang malu-malu.

"Eh, Mayang. Mayang jangan bentak mereka dong. Belum punya anak aja kamu udah galak begini. Gimana kalau kita udah punya anak?" Ledek Ahya kepada Mayang yang sedang malu-malu.

"Iya deh, sayangnya Mayang. Mayang minta maaf." Mayang menyatukan kedua tangannya lalu menghadap Ahya.

"Nah, gitu dong. Mayang itu harus baik." Ahya mendekatkan wajahnya ke alat optik yang dipakai Mayang di matanya itu.

         Ahya duduk di sebuah kursi. Mayang berdiri di depan Ahya. Ia mencium kening Ahya lalu memeluknya. Mayang seperti anak kecil yang menyayangi ayahnya. Padahal hanya karena Ahya memiliki postur tubuh yang jauh lebih tinggi daripada Mayang.

"Marcha, Resita, Adit, kalian kemari." Teriak Mayang dari ruang tamu.

"Iya kak." Sahut Resita dari kejauhan.

"Mulai sekarang, rumah mama sama papa kita jual saja. Kita suruh Mama, Papa, dan kalian bertiga tinggal di rumah kakak sama Bang Ahya." Saran Mayang kepada Resita agar mereka bisa berkumpul kembali seperti dulu walaupun Mayang memiliki satu anggota tambahan, yaitu Ahya.

"Asyikk, kita bisa tinggal rame-rame." Resita bertepuk tangan.

         Sedikit demi sedikit barang tersebut sudah dikosongkan dari rumah orang tua Mayang dan dipindahkan ke rumah Ahya dan Mayang. Setelah beberapa hari, rumah tersebut pun laku dijual. Uang hasil menjual rumah itu diberikan orang tua Mayang kepada putrinya itu. Sebagian lagi digunakan untuk kebutuhan yang lain. Akhirnya, orang tua Mayang tinggal di rumah Mayang dan Ahya. Begitu juga dengan Adit, Marcha, dan Resita. Yang merupakan adik kandung dan adik sepupu Mayang.

Cinta Dalam DiamWhere stories live. Discover now