Scent A (Jungkook)

809 124 10
                                    

...Story of A choice...

Jungkook POV

Pertemuan malam itu membekas dalam ingatanku dengan sangat jelas. Suasana, tempat, gadis itu, aromanya, serta hasrat yang meraung setelahnya. Aku tak mengerti hal yang kurasakan setelah melihat gadis mungil di depan perpustakaan. Aku pernah merasakan haus darah tapi tidak pernah serumit ini. Aku bisa saja mencicipi manisnya adiksi itu, tapi kali ini aku ingin lebih tertarik dengan hal yang ada pada gadis itu. Apalagi setelah mengikuti aktivitasnya secara diam-diam beberapa hari ini. Aku bisa merasakan aura kecurigaan yang mengelilingi langkahnya.

Yah, maafkan aku. Aku tidak bisa melepaskan ketertarikan ku padanya, tapi tidak mungkin pula aku menampakkan diri secara horor di sampingnya. Ia tak akan menyukai ku. Hei, aku ini vampir dan tentu saja itu fakta yang menakutkan bagi manusia.

Malam ini aku kembali meluncur ke penjuru kota untuk melanjutkan aktivitas kesukaan ku, mengikuti gadis itu. Ah, aku bahkan belum tahu namanya. Apa yang harus aku lakukan?

Pikiranku terjepit dalam harapan dan kenyataan. Aku berharap ia akan memandangku seperti pria normal di luar sana. Kenyataannya, aku terlalu takut untuk muncul di hadapannya. Tubuh tegapku terbalut mantel hitam dan celana panjang yang senada. Masker mulut tak lupa terpasang serta topi yang menutup wajahku dari tatapan publik. Aku terduduk di balik dinding perpustakaan dimana gadis itu menghabiskan waktu bersama buku dan tepat saat itu, ia berlari kecil menelusuri lorong kecil nan gelap di antara toko-toko.

Aku tidak tahu mengapa ia memilih jalanan yang sepi, tapi dibalik semua itu aku bersyukur karena dengan begitu, aku bisa leluasa mengamati gerak-geriknya. Bagusnya lagi, pakaian hitam yang terpasang membantuku berklamufase.

Pertanyaan lain muncul di benak ku setiap aku menetap siluetnya. Aku bisa merasakan detak jantungnya berdegup kencang dan darahnya yang berdesir, tapi tak sekalipun ia menyisihkan waktu untuk menoleh ke belakang. Napas hangatku terhembus menyatu dengan dinginnya angina, dalam persembunyian menunggu gadis bermata hazel itu menyeberang jalan. Tapi, hal yang tak terduga menghampirinya ketika sampai di sisi lain lorong. Dua orang pria muncul dan menarik gadis yang kini bergetar hebat karena takut. Tangan dan tubuh kotor mereka berusaha menggerayang di tubuhnya.

Tanpa ada alasan yang jelas, tiba-tiba napasku menjadi kasar dan kakiku berlari bagai kilat menghampiri tanah yang mereka pijak. Perhatian teralihkan padaku dan tanpa membuang suara, aku melayangkan pukulan pada keduanya. Saat mereka bangkit dari tanah, keduanya berlari hendak menyerang. Tapi sekali lagi, manusia itu lebih lambat dibandingkan dengan jenisku. Aku menawarkan kembali pukulan kilat diiringi dengan kilatan hijau menghiasi netraku yang membuat keduanya jatuh kembali.

"Lakukan lagi jika kau ingin mati." ujarku sengit. Tak butuh waktu lama untuk berpikir, ketakutan membawa tungkai mereka berlari menjauh.

Bau darah yang mengalir di punggung tanganku memancing bentuk vampir ku keluar, taringku merapat dan guratan hijau kembali memenuhi indera penglihatan. Tapi sebelum aku tenggelam dalam nafsu, mataku kembali mengkhawatirkan keadaan wanita yang terduduk lemas di dekat tempat pembuangan sampah. Ia menatapku dengan pancaran ketakutan.

"J-jangan mendekat! K-kau bukan manusia!"

Aku terkejut sejenak mendengar seruan kebencian itu. Tubuhku seperti terpaku dengan kenyataan yang sedang kuhadapi, kenyataan bahwa ia tak akan mudah untuk menerimaku.

Tapi, aku benar-benar menyukainya dan tak ingin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan perhatiannya, sehingga perlahan aku mendekatinya.

"J-jangan! Atau a-aku akan berteriak! a-atau polisi! Tolong!"

Ia sungguh ketakutan, tak ada keraguan. Hatiku makin terenyuh saat menangkap butiran air mata yang jatuh di wajah cantiknya. Aku belum pernah merasakan hal seperti ini pada manusia dan detik itu pula aku tahu bahwa ia telah mencuri hatiku. Membawaku pergi menelusuri semua rasa yang manis diselingi kepahitan.

Namun, laki-laki macam apa yang tega melihat putri yang ia puji menangis ketakutan karenanya? Tentu bukanlah aku. Tak peduli seperti apa aku telah jatuh padanya, aku akan tetap bangun jika aku menyakitinya.

Perlahan sepatu menuntunku untuk berbalik arah menjauhi eksistensinya.

Air matanya yang hangat mengalir mengucur deras, setiap isakannya lirih menusuk hatiku tanpa kontrol diri.
Perlahan hal-hal itu berbalik pada diriku yang kini menangis dalam diam.

Manusia dan Vampir memang tidak ada di jalan yang sama, setidaknya bukan di jalan hidupku.

Di saat itu, aku mengerti dengan sangat jelas bahwa aku tak akan mendapatkan cinta. Bahwa semua yang aku cintai akan menjauh dengan sendirinya. Hanya karena sifat pengecut yang mengubur segalanya. Tapi untuk sekarang, aku tak yakin dapat membedakan antara rasa cinta dan ketakutan ku.

Apakah diriku terlalu mencintainya sehingga tak ingin ia ketakutan?
Atau diriku terlalu takut untuk berbalik menghadapi kenyataan?

Sesuai ekspetasi?😂
Aku pengen tahu alasan kalian milih pilihan A. Kenapa?
Penasaran gak sama pilihan B?

Thanks for reads and vote and comment!
See you in the next story!
-Yoongi_property-

IMAGINE WITH BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang