Pain of Promises pt.2 (Jimin)

2.1K 263 15
                                    

Happy reading!♥♥

Don't Forget to VOMMENTS!♥♥

*****

4 tahun sudah berlalu.

Itu waktu yang sangat lama untuk menunggu seseorang untuk kembali kan?

Tapi, aku tetap di sini.Menunggu.

Aku percaya padanya.

Tapi entah mengapa,lama-lama itu membuatku sakit.

Pada saat-saat awalnya di Amerika Jimin selalu menghubungiku.Ia tetap mencoba menghubungiku walaupun ia harus tidur larut malam.Ia merelakan waktu tidurnya hanya untukku.

Perbedaan waktu tak ia pedulikan.

Tapi,seiring berjalan nya waktu,ia jarang punya waktu untuk bicara, setidaknya itulah alasan yang ia katakan.

Aku bergerak pertama.Aku yang menghubunginya di malam hari karena saat pagi ia free. Ini berarti aku harus merelakan waktu malam ku.

Awalnya semua berjalan baik.

Tapi,ia mulai beralasan kalau ia juga sibuk pada pagi hari dan ia lelah di malam hari.Padahal dia dulu tidak mempedulikan itu.Ia minta break sebentar dan akan menghubungi ku ketika ia sudah mulai longgar.

Iya,aku berusaha mengerti keadaannya yang sangat beda dengan diriku.Aku menunggunya.

Tapi,waktu sudah berjalan 5 bulan ia tak kunjung mengabarkan sesuatu padaku. Ketika aku berusaha menelponnya,nomor ponselnya ganti.

Ia mengirimkan email.

Jimin :

"(Y/N),Aku akan memberimu nomor ponselku yang baru jika aku sudah beli.Ponselku hilang."

Aku juga membalasnya.

(Y/N):

"Hai Jimin! Aku sangat merindukan mu.Kenapa ponselmu bisa hilang? Lain kali hati-hati ya.Bagaimana kabarmu?"

Waktu terus berjalan tapi tak ada satupun jawaban.Aku masih berpikir positif.Tapi,masih juga tidak ada jawaban setelah 6 bulan!

Aku mulai curiga dan gelisah.Aku tidak tahan dengan semua penantian ini.

Aku tidak lagi punya nomor ponselnya,email ku tidak dilihat.Hanya satu yang kutahu.Instagram nya.

Aku melihat akun miliknya dan betapa terkejutnya,ketika menemukan banyak foto baru.

Ia memposting banyak foto 1 jam yang lalu dan itu dengan seorang yang selalu aku waspadai selama ini.

Han Jieun.

Harapanku makin terasa pudar.
Tapi,masih saja aku menunggu.

Begitulah,hingga aku tahu Jimin sudah kembali ke Korea dan itulah mengapa aku menyesali semuanya.

"(Y/N)?kau ingat Jimin kan? Teman mu waktu kecil?"

Pertanyaan ibu membuatku penasaran.Kenapa tiba-tiba ibu membahas Jimin?

"Iya.Ada apa,bu?"

Ibu menunjukkan selembar kertas berwarna biru.

"Dia akan menikah.Bagaimana? Kapan kau menyusul nya?"

Pikiranku mendadak kosong. Semuanya terlihat semu dan berantakan.

"J-Jimin ada di rumah kan?"tanyaku pada ibu.

Ibu mengangguk dan dengan cepat aku berlari keluar dari rumah dan menuju rumah Jimin yang tidak jauh dari rumahku.

Entah beruntung atau tidak,Jimin tengah di depan rumah membuang sampah.Aku tanpa ragu menghampirinya.

"J-Jimin!"

Ia menoleh ke arahku. Itulah pertama kalinya mata hangat itu menyapaku lagi.

Ia terkejut dan mematung di sana.

Kami saling berpandangan dalam diam.

"K-kau kembali dan k-kau menikah d-dengan J-Jieun?"tanyaku. Hampir saja satu tetes air mata jatuh tapi Jimin segera menarik tanganku.

"Jimin!"seruku ketika ia memasukkan diriku paksa ke mobilnya.

"Sssst..kita akan bicara di sana."

Tapi aku tidak bisa lagi menahan kesedihanku.Aku terus meneriakkan kemarahan ku di mobilnya sedangkan Jimin hanya diam dan menjalankan mobilnya menuju tempat itu.

Kami berjalan ke bangku familiar itu dan duduk.

"(Y/N),Kumohon dengarkan aku dan penjelasanku."

Tapi,perasaan wanita sangat sensitif kan?!

"Kenapa kau menikahinya Jimin?! Kenapa---"

Aku terus menangis dan marah pada Jimin.

"SIAL! BAIKLAH SEKARANG DIAM! AKU TAK ADA PERASAAN APAPUN DENGANMU SEKARANG!"sentakan Jimin membuatku diam tanpa kata.

"Aku membuatnya hamil dan aku harus menikahinya.Aku juga..mencintainya.."suaranya perlahan melirih hampir seperti bisikan.

"Jadi (Y/N),aku..ingin kita berakhir."ia bangkit dari duduknya dan meninggalkanku yang terapung dalam kesedihan.

Sulit untukku bernapas. Sulit untuk percaya pada setiap kata-katanya.

Air mata menghujani pipiku.Aku marah,aku rindu,aku benci Jimin.

Penantian panjang ku semuanya sia-sia. Aku benar-benar bodoh.

Lagi-lagi di sini,saat musim gugur ia mengejutkan ku.

I hate you Jimin.

*Flashback Off*

Aku berdiri dari bangku itu. Aku mengumpulkan semua senyum dan luka yang Jimin berikan padaku.

Lagi-lagi air mataku menetes.

Semua janjinya.

"Terima kasih (Y/N)! Aku janji aku akan selalu bersamamu!Aku akan selalu mencintaimu!Aku hanya untukmu."

Liar.

Aku menghirup napasku mengingat tempat ini yang penuh memori bersama Jimin.

Aku mendekati pinggir sungai dan mulai merasakan semuanya memori menyerbu ingatan ku.

Janjiku padanya.

"Aku janji juga padamu Jimin.Aku hanya akan mencintaimu.Selamanya."

Aku tidak akan mengingkari nya tapi aku juga tidak akan menyakiti diriku lagi.

Tidak akan ada lagi rasa sakit untuk mencintai Jimin.

Tinggal beberapa langkah lagi.

"Aku hanya mencintaimu.Aku akan kembali untukmu.Kau mau berjanji untuk selalu mencintaiku juga kan?"

Aku mencintaimu Jimin.

Hadiah darinya.

"It's my gift.Our first kiss."

Selamanya.

Aku mengambil langkah terakhirku.

"It's my gift for you,Jimin.My death."

Dengan itu,tubuhku melayang dan dengan sekejap terjun ke dalam air. Aku menutup mataku dari semua rasa sakit.

Selamanya.

****

Musim gugur, di tempat ini. Aku memberi sesuatu yang mengejutkan untuk Jimin.

Semoga ia selalu mengingat tempat ini dan membawa memori kami bersamanya.
*******

END of Pain of Promises.

Gimana? Duh aku harap ini bagus :3 yang request,Ayo aku layanin mumpung longgar.

Gomawo for Vomments and read!

IMAGINE WITH BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang