How could u? (Yoongi)

1.1K 133 15
                                    


Aku seharusnya memperhatikan tanda-tanda dengan baik.

Sebenarnya semua terasa manis. Dia adalah benteng yang kupeluk dan selalu ada untuk melindungi. Tangannya bagaikan tuas yang selalu berayun untuk menciptakan kebahagiaanku. Namun keberadaannya itulah yang menyulut perasaan cinta, yang awalnya sahabat menjadi kekasih.

Apa aku salah mengira tentang perhatian yang ia berikan? Kurasa tidak. Bahkan ketika kami bertukar perasaan, jawaban yang sama terlontar. Sayang sekali, cinta itu buta. Bahkan mata yang terbuka lebar, rasa yang begitu jelas, tak ingin memperhatikan tanda-tanda.

Saat tangan Yoongi tak lagi menggenggam seperti biasanya. Saat seluruh perhatiannya tidak tercurah hanya padaku. Saat Yoongi tersenyum lebih lebar setelah kencan kami. Namun, jawaban tertulis dari percakapan  kami di ponsel sungguh membangunkanku dengan peringatan.

"Yoongi, apa kau baik-baik saja?"

"Hm."

Begitu singkat.

Aku mulai merasa titik di mana ia sudah tidak merasakan cinta menggebu. Apakah semua pasangan mengalami masa di mana mereka tidak perlu selalu berkomunikasi?

Meskipun ini bukan pertama kalinya aku berpacaran, tetapi ini adalah kali pertama untuk hubungan yang bertahan lama. Kami sudah 2 tahun merajut kasih dan itu membuatku takut. Aku takut untuk menghadapi masa ketika ia sudah tak merasakan gejolak yang sama denganku sekarang.

Aku tetap mencintainya, lalu kenapa ia tidak? Apa aku telah berbuat sesuatu yang salah?
Lalu jika saatnya datang, akankah aku bisa melupakan segalanya dengan cepat?

Hari ini aku memutuskan untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan Yoongi mengakhiri hubungan kami. Aku mulai belajar lebih lama, menonton drama dan menenggelamkan jiwaku ke kasur.

Mungkin sia-sia karena Hyejin, teman satu apartemenku, langsung bertanya alasan di balik raut wajahku yang tertekuk.

"Kau baik-baik saja?"

"Baik."

Biasanya aku tidak pernah menutupi kesedihan kalau berhadapan dengan Hyejin. Tetapi jika bersangkutan dengan Yoongi, ia akan membuatku optimis seperti 'ah, mungkin hanya perasaanmu saja'.

Aku mengerti keadaan kami. Aku, Hyejin, Yoongi dan Hoseok adalah teman baik di kampus. Kamar apartemen kami juga bersebelahan. Hyejin pun menjadi pacar Hoseok setelah mengetahui hubunganku dengan Yoongi. Kami sering keluar untuk melakukan double-date.

Napas panjang terhembus begitu saja ketika aku memasuki tempat tidur. Melakukan kegiatan sehari-hari dengan giat berhasil menghapus pikiran buruk tentang Yoongi. Poin di mana semuanya percuma adalah ketika aku merebahkan diri di kasur, saat atap kamar hanyalah pemandangan yang ada, pikiranku kembali mengingat sosok pria yang begitu aku cintai.

Kembali lagi, kenapa ia berhenti mencintai? Kami baik-baik saja. Kami tidak bertengkar.

Detik itu, ponselku berdering dan nama pria itu terbaca. Apa ia akan memutuskan hubungan lewat panggilan? Bukannya itu terlalu kejam?

"H-halo.."

"Hei, kau sudah sikat gigi dan cuci kaki? Sudah siap untuk tidur?"

Ia peduli? Kenapa? Katakan saja Yoon. Katakan kalau kau sudah tidak mencintaiku.

"Iya. Aku sudah di atas kasur. Kau sendiri?"

"Bagus. Aku juga. Berpikir tentang dirimu membuatku merindukanmu."

Aku merasakan mataku mulai berair dan panas. Kenapa Yoongi tidak segera mengakhirinya? Kenapa ia harus berlagak seperti ini?

"Aku juga merindukanmu, Yoon."

IMAGINE WITH BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang