Misunderstood (Jimin)

1.3K 149 14
                                    


Pernahkah kalian mendengar kata-kata bahwa jika kau mencintai seseorang, maka perjuangkanlah perasaan itu?

Begitulah pemahaman yang kupegang ketika hatiku bersimpuh jatuh pada seorang laki-laki. Laki-laki yang menangkap perhatianku dengan mata yang ikut tersenyum bersamaan dengan garis bibirnya.

Mungkin banyak gadis yang jatuh hati pada laki-laki bak es kutub yang tak suka tersenyum, namun semua juga tahu bahwa pria dingin berpotensi besar untuk menciptakan luka.

Jadi, pria seperti Park Jimin yang manis berakhir menjadi tipe idamanku. Tapi, kabar burung tentang Jimin terus beterbangan.

"Kau masih yakin untuk menyukai Park Jimin? Ia seorang playboy, (Y/N)!" bisik teman sebangku ku.

Keramaian yang dihimpun dalam kantin sekolah menyamarkan obrolan kami berdua. Lagipula tidak ada yang tertarik untuk mendengar percakapan siswi biasa seperti kami.

"Aku sudah bilang padamu untuk tidak berburuk sangka. Dia hanya terlalu ramah." ujar ku sambil memainkan kaleng soda dengan jari-jariku.

"Karena itulah keramahan nya yang keterlaluan menjadi senjata ampuh untuk meluluhkan hati banyak gadis. Jangan tertipu dengan pria sepertinya. "

Aku melemparkan tatapan ke arah Jimin yang kebetulan sedang ada di meja sebrang. Ia memang mempunyai banyak teman, tidak memandang laki-laki ataupun wanita. Jadi untuk mendekati dirinya adalah salah satu hal yang sulit.

"Kau terdengar seperti tidak menginginkan diriku bahagia, Yunhee?" tanya ku sedikit kesal. Entah mengapa perkataan teman sebangku itu membuat harapan ku pupus dan aku sedikit merasa terhina.

"Bukan seperti itu. Aku hanya ingin kau berhati-hati."

"Akan aku buktikan kalau Jimin bukan laki-laki seperti gosip murahan mu itu."

Dengan kata-kata pahit itu, aku beranjak pergi meninggalkan Yunhee yang terpaku dalam keterkejutan.











"Bodoh. Apa yang baru saja aku katakan ada Yunhee?! Bagaimana kalau dia marah padaku?" rutuk ku bertubi-tubi kepada pantulan diriku di cermin toilet sekolah. Aku sering ceroboh dan berpikiran singkat sebelum berbicara. Bagaimana aku bisa menghadapi Yunhee saat aku kembali ke kelas?! Oh Tuhan!

Suara pintu tertutup menyita perhatian ku sesaat. Yunhee kembali menuju tempat duduknya di sampingku lalu mengeluarkan buku nya.

Pertanda guru akan datang...

Benar saja, tidak lama kemudian guru kami datang dengan senyuman nya. Pelajaran pun dimulai sehingga tak ada kesempatan bagi aku dan Yunhee untuk memperbaiki obrolan tadi.

"Well, kita lanjutkan pada aktivitas kelompok. Saya akan membagi pasangan kalian untuk menyelesaikan aktivitas ini."

Dengan perlahan nama-nama bersilih berganti diserukan begitu juga dengan Yunhee. Aku tidak sekelompok dengan nya.

"Lee (Y/N)"

Aku menundukkan kepala ketika nama ku disebutkan. Berdoa dalam hati agar dipasangkan dengan seseorang yang mau bekerja sama.

"...Park Jimin."

Napas ku seolah sesaat tercekat di tenggorokan, mata ku melebar bersamaan dengan pacuan detak jantung ku yang cepat.

Aku tidak salah dengar, kan? Park Jimin? Dia akan jadi pasangan ku untuk tugas ini?

Gila! Ini terasa sangat tidak mungkin.

"Baiklah. Kalian boleh berpindah bangku dengan pasangan kalian untuk melanjutkan diskusi."

Hingga saat ku menyadari aura ketidaksukaan dari tatapan Yunhee, otak ku berinisiatif untuk segera bangkit dan pindah bangku.

IMAGINE WITH BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang