Spin Off [Kokoro-Yoshi]

2.3K 667 17
                                    

Tidak dikunci.

Bukannya merasa senang, Kokoro malah merasa sesuatu yang aneh pasti sedang terjadi. Dengan segera ia membuka pintu dan masuk kedalam. Tidak ada siapapun. Berulang kali ia meneriaki nama anak-anak panti juga bibi Shin.

Kokoro akui, ia mulai senang berada disini. Ia suka anak kecil dan senang bermain dengan mereka.

Kokoro meletakkan barang bawaannya diatas meja. Namun, sesuatu yang pelik menyapa indera penciumannya. Seperti bau besi yang lebih terkesan amis.

Kokoro menegak kasar salivanya. Ia mengambil tongkat baseball milik Seunghun di ujung ruangan. Lalu berjalan pelan menuju asal bau tersebut. Yang mana mengarah pada toilet belakang.

Kokoro mengeratkan pegangannya pada tongkat itu sembari membuka pintu toilet. Ia sudah siap memukul setelah pintu itu terbuka.

Namun, seketika ia lantas menjatuhkan tongkat tersebut. Bunyi kayu beradu dengan lantai terdengar nyaring.


Rasanya waktu seakan melambat.

Kala mendapati Yoshi yang berdiri memandangnya dengan tatapan kosong. Sebelah tangannya mengenggam pisau, sebelanya lagi sudah bercucuran darah. Tepat di pergelangan tangan. Lantai-lantai kamar mandi dipenuhi bercak-bercak kemerahan.

"Yoshi..." ujar Kokoro syok. Suaranya tidak bisa keluar lebih besar lagi.

Tangan Yoshi bergetar. Suara-suara dari imajinasi nya tak berhenti mengusiknya. Membuatnya kesulitan untuk mengontrol tubuhnya sendiri. Ia memandang Kokoro. Mungkin, gadis itu akan berlari meninggalkannya juga setelah ini. Persis seperti yang dilakukan oleh semua orang yang ia jumpai.

Tubuh Yoshi semakin bergetar. Ia mendekatkan kembali pisau tersebut ke nadinya. Seakan belum puas menyakiti diri sendiri.

"Yoshi!" Teriak Kokoro cepat. "Jatuhkan benda itu!"

Tangan Yoshi masih bergetar. Pasokan udara disekitarnya semakin menyempit. Seiring dengan darah yang kian bercucuran dan wajahnya yang semakin pucat. Nafasnya memburu tidak stabil.

"Jatuhkan!" Pinta Kokoro sekali lagi. Ia memandang Yoshi sambil menahan bulir yang entah sejak kapan telah berlabuh di pelupuk matanya. Ia maju selangkah. "Tenanglah. Kau bisa ceritakan padaku pelan-pelan."

Yoshi memandang Kokoro dengan mempertahankan getaran ditubuhnya. Matanya berair. "Selamatkan aku."

Kokoro mengernyitkan keningnya. Melihat Yoshi seperti ini membuatnya ingin menangis juga. Padahal sebelumnya ia begitu membenci pria ini. Tapi hari ini berbeda. Pemuda itu sangat kosong dan sangat membutuhkan pertolongan.

"Selamatkan aku. Kumohon," ujar Yoshi lagi. Namun tangannya malah semakin mengencangkan pisau dan ujungnya bahkan sudah menyentuh kulit tangan satunya. "Mereka tidak mau berhenti."

Tentu saja, Kokoro semakin heran dan syok lagi mendengar penuturan itu. "Mereka siapa?"

"Mereka terus menyalahkanku. Dan menyuruhku untuk memotong tanganku sendiri."

Sepertinya Kokoro tau apa yang sedang terjadi. Ada sebuah penyakit mental yang bernama Schizophrenia. Dimana penderitanya mengalami gangguan halusinasi berupa bisikan atau bahkan bentuk visualisasi yang ia ciptakan sendiri. Kokoro sangat tau bahwa gangguan ini begitu berbahaya. Penderitanya banyak sekali yang melakukan bunuh diri. Dan itu mungkin sedang terjadi pada Yoshi. Tidak sia-sia Kokoro masuk jurusan psikolog.

Kokoro maju satu langkah lagi. "Jatuhkan itu. Jangan dengarkan mereka."

Yoshi memandang Kokoro. Lalu beralih pada kubangan darahnya sendiri. "Tapi mereka menyuruhku melakukannya."

"Kau tidak harus menurutinya," Kokoro berujar lembut sambil maju selangkah demi selangkah menuju kearah Yoshi dengan penuh kehati-hatian. "Jatuhkan. Aku akan menyelamatkanmu. Aku janji."

Yoshi terdiam. Ia menatap manik coklat milik Kokoro yang terlihat tulus. Ia menjatuhkan pisau tersebut. Dengan cepat Kokoro menendang benda tajam itu sejauh-jauhnya. Lalu ia memeluk tubuh Yoshi yang masih sedikit bergetar. Menepuknya pelan seraya berkata, bahwa semuanya akan membaik. Yoshi tidak pernah merasa senyaman ini sebelumnya. Ia menangis sepuas-puasnya. Lupa pada rasa malunya sebagai laki-laki.

Lama kelamaan, Kokoro menyadari pelukan Yoshi semakin memberat. Hingga ia tidak sanggup menopang. Panik menyergapinya ketika melihat bahwa Yoshi tidak sadarkan diri. Ia mengambil handuk dan melilitkannya asal ke pergelangan tangan pria itu yang masih bercucuran darah.

Kemudian gadis itu lantas menelepon ambulans.

---




altero ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang