[7] Mission

2.9K 736 70
                                    

Aku menopang dagu sambil memonitor layar ponselku yang tergeletak di atas meja. Sebuah pesan terkirim jelas tertera disana. Setelah mengumpulkan segala bentuk keraguan, akhirnya yang terwujud adalah tekad yang hanya didasari oleh rasa terimakasih semata.

Paman, apakah paman bisa membantuku? Aku akan memberikan banyak informasi tentang Keita sebagai gantinya.

Aku mengirim pesan tersebut kepada polisi yang kutemui kemarin. Terkesan seperti aku tengah memanfaatkan. Tapi aku tidak tau harus memulai dari apa.

Membantu apa?

Pesan tersebut membuatku tersentak dan segera mengetik huruf-huruf berikutnya sebagai balasan.

Hyunsuk datang kekelas sambil membawa Midam beserta Kokoro. Mereka duduk mengelilingiku sementara aku masih sibuk berkutat dengan ponselku.

"Lihat, sepertinya sehabis kecelakaan dia langsung punya kekasih." Midam berujar asal sembari memandangku sambil terkekeh geli.

"Ey, tidak mungkin," protes Kokoro.

Aku sedang tidak ingin menanggapi. Jadi kubiarkan saja mereka berkembang dengan pemikiran mereka masing-masing.

"Hyunsuk hyung kau sudah minum obatmu?" Aku hanya mencoba menjadi Gunho, jadi kurasa aku harus mengatakan hal itu.

Setelah pesan kepada polisi itu terkirim, aku memandang Hyunsuk—yang juga tengah memandangku—dengan wajah datar.

"Kau sudah kembali Gunho?"

Mungkin kembali yang dimaksud Hyunsuk adalah kembalinya ingatanku yang dia pikir telah hilang. Andai dia tau bahwa Gunho yang asli tidak akan pernah kembali lagi.

"Tidak. Kokoro yang mengatakannya padaku," aku berujar cuek.

Hyunsuk mendecih dan duduk diatas meja dihadapanku. "Sudah kuduga. Cara berbicaramu saja masih berbeda dengan yang dulu, sekalipun kau mengucapkan kalimat yang sama."

"Begitu juga dengan rautmu," imbuh Midam.

Aku mendesah. Kemudian memandang mereka bertiga sscara bergantian. "Apa kalian akan menerimaku jika aku terus begini?"

Tentu saja pertanyaan itu lantas membuat mereka mengernyitkan dahi.

"Maksudmu?" tanya Kokoro.

"Jika aku yang dulu selamanya tidak akan kembali, apa kalian akan tetap menerimaku dengan sifat baruku ini?"

Aku tidak tau dari mana datangnya keberanianku untuk mengutarakan hal tersebut kepada teman-temannya Gunho. Mungkin karena aku sedikit takut merusak kehidupannya dengan sifat alamiku yang sedikit kurang baik ini.

"Tentu saja. Kau juga selalu menerimaku bagaimana pun juga," jawab Hyunsuk sambil merangkulku.

Aku hanya pura-pura tertawa.

Bagi orang lain, yang mati adalah Keita dan yang hidup adalah Gunho. Meskipun yang terjadi adalah sebaliknya. Namun sekarang, bagiku yang hidup hanyalah Gunho yang baru karena Keita yang lama tetap kuanggap mati.

Aku bukan Gunho. Aku tidak bisa sebaik dia. Aku tidak bisa terus tersenyum sepertinya. Tapi aku juga bukan Keita. Aku tidak sendirian lagi. Sifat acuhku akan sosialisasi juga telah berkurang. Aku bahkan ikut campur masalah orang yang sudah mati.

altero ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang