[17] Last Day?

2.6K 724 61
                                    

Ibu Hyunsuk mengabariku tadi pagi, bahwa Hyunsuk akan melakukan operasi besok. Dia menawarkanku untuk datang. Aku mengiyakan. Namun dalam hati merasa bimbang.

Aku harap aku masih hidup.

Beberapa hari ini aku tidak tidur sama sekali. Rasanya begitu mengerikan hanya untuk menutup mata. Tekanan datang terus menerus setiap detik jam yang berlalu. Membuatku merasa harus terjaga dan mengapresiasi waktu lebih baik lagi.

Aku keluar dari apartemen dengan kemeja tartan berwarna hitam dan biru. Kuputuskan untuk bolos kuliah lagi hari ini dan melangkah menuju pemakamanku sendiri.

Makam Keita.

Kalau dipikir, aku belum pernah mengunjungi jasad ku sendiri. Namun, kutemukan Linlin disana dengan masih menggunakan seragam sekolahnya. Dia kaget mendapatiku begitu juga denganku.

"Gunho oppa?"

Aku tersenyum dan berjongkok sepertinya. "Kau sering kesini?"

Gadis itu mengangguk. "Nyaris setiap hari setelah pulang sekolah."

Aku menghela nafas. Terpaku pada nisan bertuliskan namaku sendiri. Setiap kali aku menyadari bahwa aku sudah mati, aku merasa dadaku mulai menyempit. Rasanya begitu sesak.

"Aku ingin sekali pamer padanya bahwa aku sudah tidak diganggu lagi." Linlin terkekeh parau.

Aku tersenyum sekali lagi dan mengusap puncak kepalanya. "Kerja bagus."

Linlin menatapku heran. Manik kami bertemu dan memberi efek kecanggungan. Aku menurunkan tanganku dengan kikuk.

"Terkadang aku pikir kau adalah Keita oppa." Linlin menghena nafasnya. "Caramu bicara, caramu berprilaku, semuanya mirip Keita oppa."

Aku sampai bingung ingin mengatakan apa. Sehingga kesenyapanlah yang mengambil alih keadaan.

"Apa kau punya masalah dengan Jihoon oppa?" Menyadari situasi canggung tersebut, Linlin segera merubah topik.

"Ya, banyak hal yang terjadi," jawabku seadanya. "Tapi akhir-akhir ini sudah cukup membaik."

Linlin tiba-tiba tersenyum kearahku. "Kemarin, aku melihat Jihoon memegang foto kalian sambil tertawa."

Aku menatap Linlin balik. Pupilku sedikit melebar.

"Benarkah? Park Jihoon tertawa?"

Linlin mengangguk. "Ketika kutanya alasannya, dia malah sedikit muram dan berkata bahwa ia sangat merindukan semua yang ia lakukan bersama teman-teman lamanya."

Aku menunduk. Apa itu artinya Jihoon telah memaafkan Gunho?

Apa aku berhasil?

Secara tak sadar aku tersenyum tipis sekali. Ikut senang atas termaafkannya Gunho. Kini, ia sudah tidak punya ganjalan dan sepatutnya beristirahat dengan tenang.

Selamat Gunho hyung.

Aku mengalihkan pandanganku pada Linlin. Jika Gunho bisa pergi dengan tenang, maka aku juga harus. Maka, aku mempertimbangkan apa yang Yoonbin saran kan padaku beberapa waktu lalu.

"Linlin apa kau ada acara hari ini?"

Linlin berpikir sejenak. "Tidak."

Aku tersenyum senang. "Hari ini, kau adalah kekasihku. Okay? Ayo bersenang-senang."

"Ap-apa? Kau sudah gila oppa?"

Tanpa mengindahkan protesnya, aku menarik Linlin untuk ikut bersamaku. Dan dia tidak punya pilihan lain selain mengekor.

altero ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang