2. Khansa Nabila

4.7K 706 49
                                    

Bismillahirrahmanirrahiim.

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat dan kejadian, itu hanya kebetulan semata dan tanpa unsur kesengajaan.

Selamat membaca!

Jangan lupa responnya untuk kisah ini ya. 😄

••••••••

"Untuk pria yang jasanya tak lekang oleh waktu, yang cintanya tak terlihat namun selalu utuh...

Baarakallahu fii umrik wa hayatik. Semoga Allah selalu mencurahkan, berkah, rahmat, karunia dan kemuliaannya kepada Abati hingga ke surga. Aamiin.

Allah mencintai Abati. Kami juga :")...

By: Your sparkling pearl 💟 "

Hari ini seharusnya hari yang bahagia. Hari dimana aku akan mengirim pesan bertabur cinta dan doa kepadanya seperti tahun-tahun sebelumnya.

Tapi hari ini, pesan yang kukirimkan mungkin akan menjadi sembilu yang menyayat hatinya. Menancapkan pilu yang sanggup mengoyak kalbu. Dan melenyapkan segala rasa bangga tanpa tersisa.

Aku menjerit dalam isak.
Meski berusaha kutahan, namun airmata yang akhirnya mengalir hebat itu hanya semakin menambah rasa sesak. Berulang kali aku mengentak dada yang terasa semakin sempit rongganya.

Tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa aku akan bertindak sejauh ini dan menghancurkan hati beliau sehancur-hancurnya.

Abati. Ayahku. Pahlawanku. Idolaku. Cinta pertamaku. Yang sejak dulu penuh percaya diri kuanggap diriku sebagai putri emasnya. Dimana impian dan harapanku kugantungkan sesuai harapannya. Yang segala tingkah dan prilaku ku meneladaninya. Dan sepanjang hidupku kuhabiskan hanya untuk membuatnya bangga.

Biar kuperkenalkan diriku dulu...

Namaku Khansa Nabila.
Putri pertama seorang ayah dari sejuta umat.

Begitu yang selalu beliau katakan dan harus ku ikhlaskan.
Bahwa beliau bukan hanya ayahku, tetapi juga ayah bagi seluruh santri yang bernaung di pesantren kami, bahkan juga bagi seluruh masyarakat yang membutuhkan beliau.

Sejak dulu, kami diminta untuk menerima hal itu. Bahwa kami-- keluarganya, bukanlah prioritas utama bagi beliau. Namun meskipun begitu, tak pernah kurasa dinomor duakan olehnya. Segalanya terasa begitu sempurna, hingga akupun akhirnya bergabung dalam gerbong dakwahnya, membantu meringankan bebannya. Sebagai tugas seorang anak pertama.

Sudahkah kuceritakan bagaimana keluargaku?

Tidak begitu spesial. Namun selalu menjadi bahan pembicaraan.

Aku anak pertama sekaligus cucu pertama, generasi ketiga dari keluarga bangsawan yang atas izin Allah dikaruniakan hidayah untuk berislam dengan benar. Namun masih saja ada serentetan aturan adat istiadat keluargaku yang terkadang membuat kerutan di keningku.

Awalnya tidak sulit. Meski segala sesuatu yang akan kami lakukan harus mendapatkan persetujuan dari 2 hukum. Hukum syariat dan hukum adat keluarga.
Tidak jarang ketika hukum syariat membolehkan, hukum adat justru melarang. Ataupun sebaliknya. Terkadang juga hukum syariat melarang, hukum adat malah akan lebih ketat. Hal seperti itu yang lambat laun menumbuhkan kebingungan dan kebimbangan tentang bagaimana aku seharusnya bersikap.

Contohnya ketika sejak kecil---kecuali ketika di Madinah, aku tidak terbiasa melakukan apapun dengan tanganku sendiri. Katakanlah, sejak dalam kandungan, setiap anggota keluarga ini telah dihadiahi seorang ibu asuh yang akan melakukan apapun yang diperlukan. Di masa lalu, mungkin mereka disebut dengan budak. Tetapi karena dalam islam tidak ada istilah perbudakan, maka bahasa itu diperhalus menjadi ibu asuh. Padahal sama saja, sedang melayangkan protes hanya akan membuang waktu.

Yaa Abati [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang