Bismillahirrahmanirrahiim...
Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tokoh, tempat dan kejadian merupakan sebuah kebetulan tanpa adanya faktor kesengajaan.
Enjoy the story!
•••••••
Assalamualaikum semuanya.
Izinkan aku memperkenalkan diri lebih dulu.Namaku, Khaula Nabiha. Di rumah aku dipanggil adek karena aku anak terakhir. Ya gitulah...
Di sekolah dipanggilnya seenak lidah orang aja, ada yang panggil Khaula, ada yang panggil Nabiha, ada yang Biha aja.Tapi aku lebih suka dipanggil Nabi. Dalam bahasa Korea Na-Bi artinya kupu-kupu. Thanks to my parents karena kasih aku nama yang bisa dijadiin nama Korea. Ihhiy.
Karena aku suka kupu-kupu dan suka sekali dengan Korea maka aku membuat nama Koreaku sendiri dengan marga Oh sebagai pelengkapnya. Oh Na Bi.
"Kenapa Oh?"
"Karena istrinya Oh Sehun lah, apa lagi."
Begitu biasanya aku jawab orang-orang kepo dan berhasil membuat mulutnya bungkam seketika. Yang tau Oh Sehun siapa biasanya akan bereaksi lebih dengan misuh-misuh sendiri.
Hahaha.
Silahkan hujatku sepuasnya, aku sudah biasa :)Hari ini rumahku ramai.
Keluargaku berkumpul semua. Sebuah hal yang paling tidak ku sukai.
Karena kumpul keluarga artinya sibuk.
Aku yang akan sibuk membantu ummiku di balik layar a.k.a dapur. Ya inisih gak papa, walau lelah tapi berpahala, insyaAllah berkah.Yang aku tidak suka adalah, setiap kali kumpul keluarga berarti aku harus siap kepanasan kuping mendengar aku dibanding-bandingkan dengan kedua kakak-kakakku, lagi dan lagi.
Aku harus apa jika kedua kakakku itu memiliki segudang prestasi tapi aku tidak punya apapun yang bisa dibanggakan? Cuma punya sederet bias yang selalu ku idolakan, dan setumpuk list drama yang menunggu untuk kutonton setiap liburan. Hiks.Ketika kakak-kakakku itu khatam hafalan qur'an sebelum lulus SMP, kak Khansa bahkan hafalannya sudah mutqin* 10 juz waktu seumur aku sekarang. Aku yang sekarang baru masuk SMA hapalan juz 30 aja masih nyangkut-nyangkut.
Tau gak sih? Dengan mereka membanding-bandingkan seperti itu tidak mengubah apa-apa denganku, kecuali cuma menambah rasa sedih yang semakin mengubur kepercayaan diri. Mereka harusnya mengerti, tidak ada yang lebih besar keinginannya mengkhatamkan hafalan quran kecuali aku sendiri.Tapi emang gak bisa.... Sedih aku tuh..
Kata Abati, "Jangan bilang gak bisa, kalau kamu bilang gak bisa, maka alquran akan semakin sulit kamu hapalkan."
Aku sudah menanamkan keyakinan itu sejak lama. Tapi nyatanya emang susaaaah. Sampai nangis darah juga susah sekali untuk bisa lancarin hapalan aku. Gak tau kenapa...
Kak Kahfi sering bilang, "Halah, hapalin lagu oppa-oppa aja gampang, hapalin alquran bilangnya susah. Gak guna hidup kamu, Dek!"
Pedas sekali memang. Mulutnya kakakku yang satu itu, kalau ngatain orang gak kira-kira. Sampai ketampanannya yang menduplikasi Park Chanyeol itu luntur seketika.
Untung kakakku dia tuh...
Untung mirip Chanyeol....
Jadi tetap sayang.Kalau mirip Sehun, nanti aku cinta. Bahaya.
*ups.Nah ini nih yang sering dibanding-bandingin orang juga. Soal wajah. Paling benci aku tuh....
Tiap kali ketemu sama kenalan Abati, atau keluarga jauh, atau siapapun itu pasti kalimatnya selalu sama
"Oh ini anak bungsunya ustadz Fuad? Kok gak mirip ya?"
"Beda ya sama kakak-kakaknya..."
Dan kalimat lainnya yang bermakna sama. Sama-sama menegaskan kalau aku emang paling jelek dari dua kakakku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yaa Abati [SELESAI]
SpiritualTidak ada yang bisa memilih untuk dilahirkan menjadi apa dan menjadi bagian dari keluarga seperti apa. Hal itu sepenuhnya merupakan goresan tangan Tuhan. Mungkin memang benar... Tertakdir lahir sebagai anak ustad, adalah suatu keberuntungan sebab...