Bismillahirrahmanirrahiim...
Author's Pov
((play mulmed nya yaaa))
Al baqarah : 214
Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka, kesengsaraan dan diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman bersamanya: "Kapankah datangnya pertolongan Allah?" ketahuilah, sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat dekat.
Seberapa besar hidupmu terasa aman di dunia?
Seberapa besar yang kau korbankan untuk surga?Yakinkah kau akan menghuni surga dengan ujian yang begitu-begitu saja?
Sedang orang-orang beriman dahulu diuji dengan taruhan darah dan nyawanya.Kahfi menyeka matanya yang mulai beriak.
Masih terdengar jelas kalimat-kalimat Abati di mobil saat diantar menuju Bandara pagi tadi.
Tentang perjuangan yang tak pernah ada ujungnya hingga jasad dan nyawa benar-benar terpisah.
Tentang hidup yang kesenangannya selalu melalaikan meski segiat apapun kita beribadah.Abati tidak marah saat putra-putrinya silih berganti memberikannya masalah.
Itu dianggap ujian baginya.
Ujian yang tak seberapa dibandingkan ujian yang ditimpakan untuk para rasul dan orang-orang beriman dahulu kala.Karena Abati percaya, seusai perjuangan panjang itu akan datang kemenangan.
Orang yang sering kali membuat kesalahan, suatu saat akan menjadi yang paling gigih mendakwahkan kebenaran.Karena roda terus berputar, yang berbuat salah bisa saja menyesal. Dan yang beriman hanya harus bertahan pada setiap ujian.
"Tidak mengapa sesekali berbuat salah, yang salah adalah jika tak mau bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuat. Minimal bertaubat, atau menanggung adzab di akhirat." Jawab Abati saat Kahfi menyampaikan permohonan maafnya karena telah mengecewakan Abati dengan menikahi Natasha diam-diam karena mungkin dihamilinya.
Kahfi kini menyerah pada matanya yang terus mengeluarkan cairan hangat. Tak lagi bisa menghapusnya, ia biarkan bulir-bulir itu kemudian menganak sungai di pipinya saat ia berusaha fokus dalam kemudinya untuk menjemput Khansa di bandara.
Pagi tadi rute perjalanannya sama. Ia pun menuju bandara, mengantar sang ayah yang duduk di kursi sebelahnya. Mengobrol bercengkrama, sambil memberi nasihat tak lupa.
Yang Kahfi paling ingat adalah, Abati menitip pesan untuk dia agar menjaga Natasha.
"Tuntun istrimu ke surga"
Begitu kata Abati seusai menyatakan bahwa Abati bisa melihat betapa Kahfi mencintai Natasha, kemudian menceritakan semua yang direncanakan Abati dengan istrinya itu.
Tuntun istrimu ke surga.
Kalimat itu terngiang tanpa mau hilang dari pendengarannya.
Terasa suara Abati masih terlalu nyata.
Seolah pesan itu merupakan wasiat untuknya."Nggaaaak! Nggaaaak! Abati gak kenapa-kenapa! Abati pasti pulang!"
Kahfi menggeleng keras dengan airmatanya yang berceceran. Ia bersikeras menolak perasaan bahwa pagi tadi Abati sedang memberinya wasiat. Wasiat terakhir di pertemuan terakhir mereka.
"Ayo, Ba. Pulanglah dengan kabar gembira... Kahfi butuh Abati untuk tetap menuntun kita semua."
*******
Khaula terkejut mendapati kakaknya yang tiba-tiba menjemput.
Senang memang, tapi Khaula belum ingin pulang. Program tahfizhnya belum selesai, dan memangnya uang 10 jutanya sudah terkumpul?
KAMU SEDANG MEMBACA
Yaa Abati [SELESAI]
SpiritualTidak ada yang bisa memilih untuk dilahirkan menjadi apa dan menjadi bagian dari keluarga seperti apa. Hal itu sepenuhnya merupakan goresan tangan Tuhan. Mungkin memang benar... Tertakdir lahir sebagai anak ustad, adalah suatu keberuntungan sebab...