Bismillahirrahmanirrahiim...
Author's Pov
Hujan yang belum reda membuat Khaula masih berada dalam mode galau paripurna. Pikirannya masih jauh terdampar pada sebuah acara konser yang baru dimulai, rasa sesalnya adalah karena Khaula merasa dia sudah sedekat itu dengan idolanya tapi dekatnya jarak memang bukan acuan untuk memastikan adanya pertemuan. Khaula tahu, ini seperti konsep takdir jodoh ataupun rezeki. Sedekat apapun, jika bukan rezeki ya tidak akan bertemu. Secinta apapun, kalau tidak jodoh ya mustahil bersatu.
Begitu Khaula mengulang-ulangi gerutuannya sendiri hingga terdengar oleh Khansa yang memang sedang mengobrol dengannya sambil tiduran di ranjang.Khansa sempat tersentil oleh ucapan Khaula itu, dipikirnya Khaula juga sedang menyinggungnya, berusaha membuatnya berpikir ulang soal perpisahannya dengan Bang Odi. Ya, sejauh ini Khaula memang akrab dengan Bang Odi sama seperti Kahfi. Apalagi Bang Odi adalah salah satu sumber asupan kegiatan per-k-pop-an nya. Entah itu membelikan Khaula kaset-kaset drama terbaru, atau saat teknologi mulai berkembang tak jarang Bang Odi menghadiahi Khaula harddisk berisikan ratusan judul drama korea dan variety show yang sebenarnya diperuntukkan untuk Khansa tapi Khansa tidak terlalu suka. Pokoknya Bang Odi menjadi kakak iparnya adalah sebuah kesyukuran bagi Khaula, tapi dia memang senang menertawakan jarak usia Khansa dan suaminya yang seperti ayah dan anak. Padahal kelihatannya usia memang hanya angka. Kepribadian Bang Odi nyatanya tidak setua itu. Khansa bahkan terkadang lebih tua karena terlalu serius. Itu yang sering membuat Khansa naik pitam, bertengkar dengan Khaula lalu Khansa akan kembali menangisi takdirnya.
Ting
TongTing
TongBel rumah Khansa berbunyi berulang kali. Kakak beradik itu baru menyadari suaranya di dentingan ke sekian.
Kesal dengan Khaula yang membuatnya kehilangan hasrat untuk melakukan apa-apa, Khansa memberi perintah agar Khaula yang membuka pintu. Anak bungsu memang selalu menjadi yang disuruh-suruh, kata-kata pamungkas itu tidak pernah bisa dibantah Khaula dengan IQ nya yang tidak seberapa.
Tidak mungkin juga dia membuat Abati atau Ummi yang membuka pintu. Bang Odi belum pulang dan Kahfi menikmati kembali tidurnya. Suruh Ammu Hasan? Sama tidak sopannya.
Khaula melangkah malas menuju pintu utama sambil tetap menggerutu, "siapa sih yang bertamu gak tau waktu?!"Dibalik pintu nampak laki-laki perempuan seperti ayah dan anak, anaknya berekspresi ramah memberi salam dengan tampilan busana casual dipadu dengan hijab segiempat yang diikatkan ujungnya pada bagian leher.
Sementara ayahnya berwajah tidak bersahabat, aura negatif Khaula rasakan begitu besar saat berhadapan dengannya."Mana Ustadz Fuad?!" sahutnya membuat Khaula sedikit tersentak. Anaknya mengambil alih dengan menyapa Khaula seusai meraih tangan ayahnya agar tenang dulu.
"Ini Khaula, ya? Wah.. Akhirnya ketemu ya." serunya riang sembari mendekati Khaula untuk menempelkan pipinya ke pipi Khaula. Khaula menurut saja sambil tersenyum canggung sama sekali tidak bisa menebak siapa sosok yang terlihat sangat mengenalnya ini.
"Bingung, ya? Kenalin aku Natasha" serunya lagi seperti tahu kebingungan Khaula yang masih mematung didepannya tapi kemudian tersadarkan oleh pikiran negatif tentang berbagai macam motif kejahatan di ibukota yang tidak bisa ditebak,
"jangan-jangan orang ini mau rampok?"
Cara berpikir putri bungsu ustad Fuad itu memang random sekali."Cari siapa, ya?"
"Ustadz Fuad, ada?"
"Ada, didalam. Ada perlu apa, ya? Kayanya abati gak lagi janjian sama siapa-siapa" tegas Khaula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yaa Abati [SELESAI]
SpiritualTidak ada yang bisa memilih untuk dilahirkan menjadi apa dan menjadi bagian dari keluarga seperti apa. Hal itu sepenuhnya merupakan goresan tangan Tuhan. Mungkin memang benar... Tertakdir lahir sebagai anak ustad, adalah suatu keberuntungan sebab...