Bismillahirrahmanirrahiim...
Khansa's Pov
Akhirnya setelah melalui perdebatan panjang, kembali ke kampung halaman menjadi kesepakatan. Keluargaku bilang, untuk sementara. Tapi bagiku, nanti aku mencari cara lain agar kepulanganku ini untuk selamanya.
Meski keluargaku masih berusaha mencari jalan tengah agar rumah tanggaku dipertahankan, aku pun berusaha meyakinkan jika tetap melanjutkannya adalah penyiksaan.
Sayangnya, mereka menemukan kejanggalan ketika kuceritakan bagaimana usahaku hingga bisa kabur sejauh itu, ponselku disita untuk sementara waktu karena menurut mereka lingkaran pertemanan tidak sehat melalui ponsel yang mulai mempengaruhiku hingga berani berbuat sejauh itu maka aku harus dibenahi dan ditatar ulang kembali.Tidak mengapa!
Berhasil pulang ke rumah dan lepas dari suami, hanya itu yang kuinginkan.Aku mulai merancang rencana-rencana apa yang akan ku lakukan disini. Rencana yang tidak sempat ku lakukan saat dulu aku tiba-tiba dijodohkan. Kegiatan-kegiatan yang sudah sangat kurindukan karena hampir satu tahun tidak melakukan apa-apa.
Ini menyenangkan. Hidupku kembali normal seperti sedia kala. Bahkan lebih berwarna karena Natasha bergabung disana.
Natasha yang tiba-tiba muncul dan menjadi iparku.
Bukan main terkejutnya kami semua saat Kahfi mengakui pernikahannya dengan Natasha. Sekalipun itu tidak sah dan terpaksa, namun foto-foto yang terlanjur tersebar di media sosial dan mungkin juga di kalangan jamaah abati memaksa kami untuk menerima Natasha seperti perintah abati. Tidak sulit bagiku memulai keakraban dengan adik baruku itu, terlebih Khaula yang melonjak girang begitu tahu bahwa Natasha juga seorang fangirl saat Khaula iseng menanyainya.
Abati pun terlihat menghargai dan melindungi gadis itu, terlepas dari bagaimana caranya ia menjadi bagian dari keluarga kami, abati tak mempersoalkan itu secara nyata. Kecuali tetap menutupi kehamilannya sesuai permohonan ummi.
Hanya Kahfi dan Ummi yang masih berdingin hati menampakkan ketidak sukaannya atas kehadiran Natasha. Meski ummi tetap seorang bangsawan yang elegan, caranya bukan membenci terang-terangan, tetapi dengan mengujinya sampai diketahui seberapa jauh Natasha bertahan. Tapi selama seminggu ini, Natasha justru mengagumkan. Dia bertahan! Bahkan disertai senyuman.
Jika itu aku, aku takkan mampu berbuat baik pada seseorang yang jelas tidak menyukaiku. Ini sifat buruk, aku tahu. Itu mengapa aku merasa malu pada istri adikku itu.Kami pun masih bertanya-tanya bagaimana Kahfi bisa melakukan hal semacam ini. Masalahnya, kami memahami hal itu sebagai sebuah dosa besar yang dalam alquran perintah hukumannya adalah 100 kali cambukan dihadapan umum. Aku yakin abati punya alasan tersendiri kenapa bersikap tenang soal ini. Sama seperti keyakinanku bahwa Kahfi tidak mungkin selalai itu menggadaikan ketaatannya demi kenikmatan sesaat, meski jika ditanyai Kahfi selalu menjawab tidak tahu, tidak sadar ataupun khilaf.
Aku sering bertindak gila, tapi mungkin Kahfi jauh lebih gila, dan Natasha sama gilanya.*****
Author's pov
Sama seperti Khansa yang dibolehkan pulang dengan syarat ponselnya disita. Natasha pun diterima abati dengan syarat hanya sebatas status saja.
Bagaimanapun, pernikahannya dengan Kahfi tidak sah menurut syariat karena dirinya yang sedang mengandung.
Pernikahan tidak menghalalkan mereka. Maka dengan mempertimbangkan kondisi Natasha saat ini, Abati mengizinkan untuk ikut bersama mereka tapi tidak benar-benar menjalankan tugasnya sebagai istri dan juga menantu.
Meski di depan umum Natasha diperkenalkan sebagai istri Kahfi, namun di dalam rumah Kahfi dan Natasha masih menjadi asing. Begitupula ummi mereka yang masih sakit hati dengan perempuan yang mengandung 'calon cucu' nya itu.
Membayangkannya saja membuat darah ummi mendidih hebat. Jangan tanyakan bagaimana ibu tiga anak itu menjelaskan pada keluarga besarnya yang cukup syok melihat Kahfi pulang membawa istri. Ummi tak bisa berkata-kata, apalagi menceritakan kronologinya. Rasa malu sudah memenuhi ujung kaki hingga ubun-ubunnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yaa Abati [SELESAI]
SpiritualTidak ada yang bisa memilih untuk dilahirkan menjadi apa dan menjadi bagian dari keluarga seperti apa. Hal itu sepenuhnya merupakan goresan tangan Tuhan. Mungkin memang benar... Tertakdir lahir sebagai anak ustad, adalah suatu keberuntungan sebab...