6

426 70 1
                                    

Tuan Bae menatap Jin dan Irene bergantian. "Kau sengaja tak memberitahukan padaku kalau anak itu tertusuk dan di rawat di rumah sakit?" Pria itu duduk di depan anak dan menantunya.
Irene hanya terdiam, tatapannya dingin-mirip dengan sang ayah.
"Ya."
Tuan Bae-Bae Dongwook menghela nafas. "Kau-juga mendukungnya?" Dongwook menunjuk ke arah Jin-namja itu hanya menunduk, lalu setelahnya menghela nafas. "Aboenim-aku tahu, tujuanmu melarang Suzy baik, kau ingin menjaganya, seperti kau menjaga Irene. Tapi, dia tak nyaman. Dia hanya ingin mengejar mimpinya sebagai desainer."
"Jangan sok menasehatiku-"
"Animida, geunyang..setidaknya, bukankah kau harus menghargai usahanya? Kau harus berbangga karena dia masih mau berusaha. Setidaknya-bisakah ayah memberinya waktu untuk menunjukkan usahanya?"
Irene terdiam, ia menatap suaminya dengan tatapan haru. "Oppa~" yeoja itu berkata pelan.
"Usaha? Lalu kau mengabaikan usahaku?" Sarkas Dongwook.
Jin menghela nafas.
"Ayah~ Suzy bahkan mengatakan padaku agar tak memberitahu ayah agar dia tak khawatir."
"Suzy akan sangat kecewa kalau ayah membawanya keluar dari sana. Anak-anak itu-mereka bahkan terlihat begitu gembira ketika mengunjungi Suzy."
"Anak-anak?" Dongwook mengeryitkan keningnya.
"Ya-anak dan keponakan Tuan Oh."
Dongwook menghela nafas. "Aku tahu kalian akan terus memaksaku untuk menyetujui ide anak itu."
Irene tersenyum.
"Geurae, aku akan memberinya waktu. 3 bulan- kalau dia bisa memanfaatkan kesempatan itu dengan baik, aku akan mengijinkannya menjadi seorang desainer."
Jin tersenyum lega.
"Tapi, kalau tidak, maka aku akan segera menikahkannya dengan Taehyung."
Irene mengangguk, setidaknya Suzy masih memiliki waktu 3 bulan.
Setelahnya, Dongwook memilih untuk melangkah ke halaman belakang, menghampiri cucunya-Kim Seungjae yang sibuk bermain dengan dinosaurusnya.
**

Rumah Keluarga Oh
Suzy sejak tadi tak diizinkan melakukan pekerjaan apapun. Hanya duduk-berbaring-dan berjalan di ruangan kamarnya. Ya-dia akui, kamar ini lebih luas dari kamarnya, tapi tetap saja ia tak nyaman. Apalagi-banyak sekali aksesoris berwarna pink di kamar ini. Hah...itu seperti kamar Irene.
"Kau pasti bosan?"
Suzy hampir terjungkal ke belakang kalau saja Sehun tak segera memegangi kursi yang ia duduki sekarang. "Kapan kau masuk ke sini?" Suzy mengerjab-menatap namja di hadapannya yang terlihat begitu keren hanya dengan memakai kemeja putih dengan lengan tergulung setengah. Astaga~ dia bahkan bisa melihat otot tangan Sehun. Oh Tuhan-tolong jauhkan pikiran kotor dari kepala Suzy sekarang.
"Kau tidak menutup pintunya."
Suzy mengangguk. Lalu hening.
"Mau berkeliling denganku?" Sehun tersenyum.
"Ibumu menyuruhku istirahat." Suzy kini mendudukkan dirinya di tepi kasur.
"Tidak kalau kau bersamaku."
"Hah?!" Yeoja itu menoleh dan disambut anggukan Sehun.
"Kajja."
--

Jiwon tersenyum menyaksikan kebersamaan Sehun dan Suzy di tepi kolam. "Astaga, bukankah mereka cocok sekali." Wanita itu terkekeh.
"Imo!"
Wanita itu menoleh, dilihatnya Jisung dan Chenle yang baru saja masuk dan kini tengah melepas sepatunya. "Imo! Lihat! Aku mendapatkan nilai 100 di tugas matematika ku." Chenle memeluk Jiwon, membuat wanita itu terkekeh sambil membalas pelukan keponakannya.
Sedangkan Jisung hanya terdiam, namja termuda di keluarga Oh itu hanya menatap Jiwon dengan tatapan sayu. "Jisung~ah, ada apa, tak mau memeluk imo?"
Jisung menggeleng, "Aku lelah." Namja itu berbalik lalu mengambil jas seragamnya kemudian memilih naik ke kamarnya.
"Dia sejak tadi hanya diam, mungkin ini soal paman?"
Jiwon mengangguk. "Ada apa lagi dengan mereka, astaga..bagaimana bisa mereka menelantarkan anak-anaknya seperti ini." Jiwon bergumam pelan, tapi Chenle mendengarnya.
"Maja, mereka menelantarkan kami." Namja itu bergumam pelan, sangat pelan.
***

Mark saat ini berada di depan rumah sakit tempat Suzy di rawat. Tadi, Renjun menelponnya untuk menjemputnya di sana. Ya-ini sudah terlalu malam untuk bocah di bawah umur pulang sendirian. Namja itu tersenyum begitu mendapati ponselnya berdering. Koeun. Entah kenapa gadis itu selalu membuat Mark terpesona. Cantik. Dan-anggun.
Kedua matanya teralih dari ponsel di tangannya begitu mendengar suara Renjun, tapi adiknya itu tak sendirian. Ia bersama seorang gadis. Dan anehnya, Mark merasa wajah gadis itu tak asing.
"Ah, itu kakakmu?" Mina menatap ke arah Mark yang berdiri di depan gerbang rumah sakit. Renjun mengangguk.
"Sunbae benar-benar tak akan pulang?"
Mina tersenyum kecil. "Aku mau menyelesaikannya dulu, cepat, dia pasti menunggumu. Ingat, kau ini masih di bawah umur." Gadis itu terkekeh, membuat Renjun terdiam. "Renjun?"
"A-ah, ne. Anyeong sunbae."
Mina lagi-lagi mengangguk lalu melambai ke arah Renjun yang sudah berjalan ke arah Mark.
"Andai oppa seperti itu." Gumam gadis itu. "Tsk, mana mungkin. Dunia pasti kiamat." Setelahnya gadis itu kembali masuk ke rumah sakit, menyelesaikan proyek beasiswa semester awalnya.
"Nugu?" Mark menunjuk ke arah Mina dengan dagunya.
"Uri sunbae."
Mark mengangguk. "Kajja."

~~~tbc

Around the DwarfsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang