Suzy tersenyum kecil begitu mendapati Haechan tengah duduk di ayunan samping kolam renang sambil mendengarkan musik. "Kau suka musik ballad?" Yeoja itu menoleh ke arah Haechan begitu ia berhasil mencabut satu headset dari anak itu dan memasangnya di telinga.
"Ya."
Suzy mengangguk. "Aku lebih suka NCT. Kau tahu?"
Haechan menggeleng. Lalu setelahnya Suzy memonopoli ponsel remaja di sampingnya. "Cha, dengarkan ini. Timeless."
***Ini sudah hampir seminggu Suzy tinggal di rumah keluarga Oh. Hari ini Jiwon dan Seo Jeon sedang pergi ke Jeolla, mengurusi salah satu usaha penginapan di sana. Dan hanya tinggal Suzy juga Sehun yang ada untuk mengawasi anak-anak.
"Nuna, sedang apa?" Itu suara Jaemin yang baru saja datang dari sekolah.
Suzy yang memang sedang sibuk membuat japcay jadi terkejut. "Eh- a-aku membuat japcay. Kau sendirian?" Gadis itu memindahkan mangkuk besar yang dia pakai ke meja pantri, agar lebih leluasa berbicara dengan Jaemin. Anak itu mengangguk.
"Renjun sibuk dengan program beasiswanya di rumah sakit, Haechan sibuk berlatih piano, dan Jeno, dia mengambil kelas tambahan bahasa asing." Jaemin membuka kulkas, mengambil sekotak americano.
Suzy mengangguk. "Tsk, jangan terlalu sering minum seperti ini. Sudah seminggu ini aku setiap hari melihatmu minum americano. 3 kali sehari, benarkan?" Suzy menarik kotak americano yang hampir diminum Jaemin, membuat anak itu terdiam karena terkejut.
"Nuna! Aish..aku kan tidak bisa minum susu, jadi aku minum kopi. Jinca! Kembalikan nuna!" Jaemin kini melangkah ke arah Suzy, tapi yeoja itu buru-buru melempar kotak americano itu ke tempat sampah di bawah pantri. Membuat Jaemin melotot.
"YA!"
"Wae? Itu tidak baik, cepat, naik ke kamarmu dan ganti baju, setelah itu kita makan malam bersama."
"Aish..." Jaemin kini membuka pintu kulkas, kemudian meringis begitu menyadari kalau itu adalah kotak americano terakhirnya. Padahal seingatnya, pagi tadi masih ada banyak di sini.
"Mencari americanomu ya? Aku sudah membuangnya."
"APA?!"
"Ya. Jadi, mulai saat ini, kau hanya boleh minum americano sekali sehari. Lalu minggu depan, dua hari sekali, sampai begitu-seterusnya."
"NEO MICHEO?! YA, NEO NUGUJI!! Aish..dapdaphae."
Setelahnya Jaemin memilih pergi, terlalu kesal karena tiba-tiba Suzy mengusik hidupnya dan americano kesukaannya.
Dan Suzy hanya bisa menghela nafas, "Aku hanya tidak mau kau menyiksa diri dengan minum seperti itu Jaemin~ah...ahh..maafkan nuna." Gadis itu bergumam pelan. Sehun yang baru saja datang dan mendapati teriakan Jaemin segera berlari ke dapur, sampai lupa memakai sandal rumah. Dan begitu sampai, yang dilihatnya pertama kali adalah Suzy yang tengah menunduk sambil terdiam.
"Apa terjadi sesuatu dengan Jaemin?" Sehun berdiri di samping Suzy, menatap gadis itu.
"Oh? Kau sudah pulang? Kenapa cepat sekali." Suzy memutar tubuhnya menghadap Sehun, namja itu tersenyum.
"Ada apa dengan Jaemin?" Sehun kembali mengulang pertanyaannya.
"Aku menyimpan semua americanonya. Aku pikir tidak baik membiarkan dia minum americano sesering itu. Itu bahaya untuk lambungnya."
Sehun tersenyum, lalu tanpa sadar mengusap pucuk kepala Suzy. "Terimakasih sudah perhatian dengannya, aku akan bicara dengannya nanti."
Suzy menggeleng, "Sehun~ssi..apa-maksudku, biar aku saja yang bicara dengannya, karena dengan begitu aku bisa menjelaskan semuanya."
Sehun mengangguk, "Baiklah, aku akan naik, setelah itu membantumu di sini."
Suzy mengangguk, "Mau mandi dengan air hangat? Aku bisa menyiapkannya untukmu."
Sehun menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang, menatap Suzy dengan alis terangkat. "Apa itu tak merepotkan?"
Suzy menggeleng. "Baiklah. Ahh..jadi seperti ini rasanya ada yang menyiapkan air hangat saat pulang kantor. Kau sudah seperti seorang istri ya." Sehun terkekeh, membuat Suzy terdiam tiba-tiba.
Apa? Istri? Oh! Tidak, kenapa ia malah menawarkan air hangat ke Sehun. Terkutuk memang respon otaknya. Sial.
--"Jaemin hyeong eodi?" Jisung menatap semua hyeongnya juga Suzy. Ya. Anak itu memang dekat sekali dengan Jaemin. Jeno hanya melirik sekilas ke arah Suzy. "Aku akan mengantarkan makan malamnya, kalian makan saja." Suzy segera beranjak, tapi tangannya sudah lebih dulu ditahan Sehun yang duduk di kursi kepala meja. "Selesaikan makanmu dulu."
"Gwaenchana, aku bisa makan dengan Jaemin." Suzy tersenyum simpul.
Lalu gadis itu melepas tangan Sehun perlahan, menyisakan tatapan heran para anak-anak di depan mereka.
"Ya, apa Sehun hyeong menyukai Suzy nuna?" Jeno berbisik pada Renjun.
"Molla. Habiskan saja makananmu." Renjun menyuap capjay ke mulutnya.
"Eish.."
Sedangkan Mark hanya tersenyum. "Kuno sekali caranya."
"Apa hyeong?" Chenle menoleh ke arah Mark yang duduk di sampingnya.
"Aniya. Meogo."
"Mwoya." Chenle memdesis.
--"Jaemin? Bolehkan aku masuk?" Suzy mengetuk pelan pintu kamar Jaemin. Tak ada jawaban dan Suzy memilih masuk. Dilihatnya anak itu sibuk dengan ponsel di tangannya. Bermain game dan mengabaikan Suzy. "Aku tahu kau marah padaku."
Jaemin hanya diam.
"Jaemin...maaf kalau sikapku membuatmu kesal. Tapi kau harus tahu, minum kopi setiap hari itu tak baik. Tingkat cafeinnya tinggi. Tak baik untuk lambungmu."
"Jangan sok peduli."
Suzy tersenyum. Anak itu sudah mulai luluh. "Terserah kau mau menilaiku bagaimana, aku tidak peduli. Sekarang, kau makan ne, ini sudah lewat dari jam makan malam.."
Jaemin kini mengalihkan tatapannya dari ponsel, "Shireo."
"Kau tahu, aku sejak dulu selalu penasaran bagaimana rasanya jadi seorang kakak. Dan sekarang, aku sedikit bisa memahaminya."
"Suapi aku." Jaemin masih asik memainkan gamenya. Suzy hanya terkekeh. "Ppalli."
"Arasseo. Aaa..." Suzy menyuapi namja di hadapannya sambil sesekali tersenyum. "Jadi, kau mau memaafkanku?"
"Aku tidak bilang seperti itu."
Suzy tersenyum. "Baiklah. Kalau begitu, mulai besok, aku akan menyiapkan susu nabati untukmu."
Jaemin terdiam.
"Apa aku harus menyuapimu seperti ini?"
"Kalau nuna memaksa, terserahlah."
Dan Suzy hanya tersenyum. Tak begitu sulit membujuk Jaemin.
"Ahh...kau menggemaskan. Jaeminie...aku memanggilmu begitu ya?" Suzy mengusak kepala Jaemin.
Namja itu terdiam, "Jaeminie?"
"Eoh, bukankah terdengar manis?"
"Geurrae, sesuka nuna saja. Suapi lagi."
--Sehun yang melihat dari celah kecil di pintu hanya tersenyum. "Bukankah Suzy nuna sangat tipe hyeong sekali?" Haechan menaik turunkan alisnya.
"Mwoya, cepat kembali ke kamarmu dan belajar."
Haechan terkekeh. "Tidak usah malu hyeong. Ya, aku tahu kalau hyeong dan nuna sejak beberapa hari lalu sering berduaan di kolam renang---"
"Ish...anak ini. Cepat masuk ke kamarmu atau-"
"Mwo? Mwo?"
"Neo-"
"Sehun~ssi?" Suzy menatap heran namja di hadapannya. "Kalian-Haechan, bukankah harusnya kau belajar?"
Anak itu tersenyum. "Maja nuna, keundae, Sehun hyeong memintaku untuk memanggil nuna."
"Mworagu?!" Sehun memekik, membuat Suzy kebingungan.
"Na?"
"Eish..tidak usah malu hyeong." Haechan menepuk bahu Sehun, membuat namja itu melotot. "Na kanda. Anyeong nuna."
"Dasar setan kecil. Awas saja dia."
"Sehun~ssi?"
Sehun menatap ke arah Suzy, sesekali melirik ke dalam kamar Jaemin dan Jeno. Takut-takut kalau anak itu mengintip. "Mau menemaniku duduk di samping kolam renang?"
"Hem?"
"Kajja."
Dan Suzy hanya bisa menghela nafas. Dia bahkan belum mengiyakan, tapi Sehun sudah menariknya.
--"Kau sedang banyak pikiran?" Suzy melirik sesekali ke arah Sehun. Dan gadis itu tiba-tiba merasa sesak nafas. Sehun-namja di sampingnya benar-benar terlihat seperti dewa. Bahkan di malam hari yang hanya di sinari lampu taman dan cahaya bulan, dia bisa terlihat begitu bersinar. "Tampan..." gumam Suzy.
"Ha?" Sehun kini menoleh ke arah Suzy. Keduanya saling berhadapan, membuat Suzy buru-buru memalingkan wajah.
"A-ani...aku bertanya, apa kau sedang banyak pikiran?"
"Hem...bisa dibilang begitu." Sehun sekarang berjalan ke tepi kolam, duduk di sana dan mencelupkan kakinya ke kolam. "Kemari."
Suzy hanya menurut lalu duduk di samping Sehun.
"Aku tidak tahu, ini keputusan yang benar atau tidak kalau aku menceritakannya denganmu. Tapi, karena kau sekarang jadi pengasuh anak-anak, jadi kau harus tahu." Sehun menatap Suzy.
"Mwoga?"
"Jisung. Kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai, dan imo memutuskan untuk membawa anak itu ke Jepang."
"Jepang?"
Sehun mengangguk. "Aku sengaja belum memberitahunya...dia-pasti akan terpukul memdengar berita ini.." Sehun menundukkan wajahnya, tersenyum miris. Suzy perlahan mengangkat tangannya, menepuk pelan punggung Sehun.
"Gwaenchana..aku akan membantumu."
"Gumawo."
Suzy hanya tersenyum, membuat Sehun mau tak mau ikut tersenyum. Tanpa menyadari kalau Chenle berada tak jauh dari mereka. Ya. Sejak tadi, anak itu belajar di gazebo dekat pintu belakang. Mendengarkan pembicaraan Sehun dan Suzy, tanpa disengaja.~~~Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Around the Dwarfs
FanfictionSuzy tidak tahu kalau keputusannya untuk meninggalkan kehidupannya yang seperti putri akan begitu menyiksa. Belum lagi ia harus berinteraksi dengan para kurcaci berwajah malaikat tapi berkelakuan seperti iblis kecil. "Ahhh!!! Aku bisa gila!" -Suzy...