8

399 71 6
                                    

Chenle mengetuk pelan pintu kamar Suzy, membuat yeoja yang sibuk membuat desain dress itu mengerutkan dahi. "Chenle? Bukankah ini sudah malam?"
Namja itu hanya menatap Suzy dengan mata berkaca. "Nuna~"
Oh, astaga...tatapan anak itu sungguh membuatnya ikut berkaca juga. Ini mengingatkannya pada kenangan saat ia datang ke kamar Irene-sebulan setelah kematian ibunya.
Gadis itu buru-buru menghampiri Chenle, lalu menuntunnya duduk di tepi ranjang Suzy. "Kau mau bercerita?" Suzy mengusap pucuk kepala Chenle. "Aku-aku-bolehkah...aku memeluk nuna?" Suara itu kini memelan, membuat Suzy tertegun.
"Geurom...kenapa tak boleh? Cha~." Suzy merentangkan tangannya dan disambut pelukan oleh Chenle. Namja itu akhirnya menangis di pelukan Suzy sampai tertidur, membuat gadis itu tersenyum miris. "Aku pikir, kehilangan ibu itu sudah menyakitkan, tapi...kenapa aku merasa, kalian lebih terluka dariku. Hah...hidup di tengah keluarga yang sibuk memang mengerikan, geutji?" Suzy mengusap lembut punggung Chenle, lalu membaringkan namja itu di tempat tidurnya dan menarik selimut sampai batas leher Chenle. Setelahnya, ia kembali menyibukkan diri dengan desain bajunya. Kontesnya tinggal 2 setengah bulan lagi. Dan ia bahkan belum memberikan konsep rancangan ke dosennya. "Hah..." gadis itu menghela nafas sambil menatap desain di depannya. Sudah lembar ke sepuluh, tapi ia belum bisa juga mendapat inspirasi. "Aku butuh udara segar.  Tidak, lebih baik besok saja, lagipula ini sudah malam." Gadis itu sudah menguap, lalu memilih menidurkan kepalanya di meja  dan terlelap di sana.

Mark baru saja menutup pintu kulkas dan hampir saja memekik saat melihat Sehun di depannya. "Aish! Hyeong! Jangan muncul tiba-tiba. Astaga...hampir saja aku berteriak." Mark mengelus dadanya sambil menggeleng kecil. Sehun itu berkulit putih, tinggi, bayangkan saja dia muncul tiba-tiba di hadapan Mark yang baru saja menutup pintu kulkas dan menatap Mark dengan tatapan datarnya. Gila! Jantung Mark seperti mau copot.
"Apa Chenle tidur di kamarmu?" Sehun menarik kursi makan di depan Mark. Anak itu menggeleng.
"Mungkin di kamar Renjun?"
Sehun menggeleng. "Tidak. Renjun dan Haechan sudah tidur. Jeno dan Jaemin juga." Mark mencebikkan mulutnya. "Solma- Suzy nuna?"
Sehun mengeryit. "Mana mungkin, Chenle tak begitu suka dengan-ya! Aish...kenapa dia malah pergi." Sehun segera menyusul Mark yang sudah lebih dulu ke kamar Suzy. Mark membuka pelan pintu kamar pengasuhnya dan menemukan Chenle sedang tertidur di kasur besar milik Suzy. Sedangkan gadis itu tidur serupa anak SMA yang sedang sibuk dengan ujian. "Did you see that?"
Sehun mengangguk. Namja itu lalu masuk ke kamar Suzy. Keningnya mengeryit saat menemukan tumpukan desain baju di sekitar meja Suzy. Tapi ia kemudian menyadari bahwa posisi tidur Suzy tak begitu nyaman. Dan Sehun, dengan ringannya menggendong yeoja di depannya, membuat Mark melotot.
"Ya, hyeong, mau dibawa kemana Suzy nuna?" Namja itu mengikuti Sehun. Ke kamar Sehun? Yang benar saja...
"Hyeong, kau tidak berniat membuat-"
"Mark, shut up and go to your room!" Sehun mendelik, membuat Mark memutar kedua bola matanya.
"Hanya mengingatkan hyeong. Aku belum ingin punya keponakan."
"Oh Mark!"
***

Tujuh pasang mata menatap tajam ke arah Sehun dan Suzy yang kini duduk di kursi ruang makan. Berdampingan. Sehun di kursi kepala dan Suzy di sebelah kanannya. Benar-benar seperti Tuan dan Ny Oh. "Jadi? Ada yang bisa menjelaskan, kenapa saat aku membangunkan hyeong pagi ini, aku malah melihat hyeong dan nuna tidur di ranjang yang sama?" Jeno menyipitkan matanya sambil menunjuk Sehun dan Suzy secara bergantian.
Suzy hanya berdehem pelan, melirik ke arah Sehun. "Kami tak melakukan apapun, lagipula, aku tak tega melihat pengasuh kalian tidur di meja, seperti anak SMA saja."
Haechan mengeryit. "Kenapa Suzy nuna bisa tidur di meja?"
"Semalam aku tidur di kamar nuna." Chenle tersenyum lebar. Sehun hanya mengangguk.
"Keundae, bukankah hyeong bisa tidur di kamar appa, kenapa malah tidur berdua. Aneh sekali." Jeno bergumam pelan. Sedangkan Mark hanya terkekeh.
"Aigoo...ya, Oh Jeno, kau akan tahu jawabannya kalau kau sudah jatuh cinta. Kajja, habiskan makananmu, kalian akan berangkat denganku." Mark beranjak dari kursinya.
Renjun mendongak, "Hyeong, aku berangkat sendiri saja."
Jaemin mengeryit. "Eiii...kau pasti mau-emmbb!"
Renjun buru-buru menutup mulut Jaemin. Saudaranya itu memang TMI sekali.
"Aigoo...terserah kau saja. Kajja." Mark beranjak diikuti Jeno, Jaemin juga Haechan. Jisung dan Chenle? Dua anak itu berangkat dengan Sehun juga Suzy.
"Keundae, apa kau mau berangkat dengan seseorang?" Suzy berbisik pada Renjun. Namja itu hanya mengeryit, tak peduli dengan bisikan Suzy. "Jangan lupa membawa payung, hari ini ramalan cuaca bilang akan hujan."
Renjun mendesis. "Jangan terlalu banyak nonton drama nuna, lagipula aku mau berangkat dengan Chani. Kalau hujan ya tinggal berteduh. Lagipula, menggunakan satu payung dengan namja akan terlihat aneh." Lalu setelahnya anak itu beranjak dan Suzy hanya mengerucutkan bibirnya, membuat Sehun menahan nafas, sungguh, ia benar-benar gemas melihat setiap ekspresi Suzy.
"Geurom, bawa saja dua payung."
"Kami namja, aish...nuna, kau bisa membuatku terlambat." Renjun menatap geram ke arah Suzy yang malah disambut kekehan oleh yeoja itu.
"Aigoo...lucu sekali dia." Suzy terkikik.
Sehun hanya menggeleng, sedangkan Jisung hanya terdiam. Sejak kemarin, anak itu terlihat tak fokus. Suzy dan Sehun yang menyadari hal itu hanya saling pandang.
"Jisung~ah, kau tidak mau menghabiskan makananmu?" Suzy mengusap kepala namja kelas satu SHS itu. Anak itu menggeleng.
Suzy meringis. "Baiklah, kalau begitu nuna akan membawakanmu bekal saja, bagaimana?"
Jisung mendongak. "Bekal?" Bertanya seolah kata itu begitu asing untuknya. Suzy mengangguk.
"Masih ada sepulu menit, sebentar, nuna akan buatkan sandwich spesial untukmu dan Chenle."
Lalu Suzy berjalan ke dapur, diikuti Sehun yang mengekorinya. "Apa aku tak dapat?" Sehun melirik Suzy yang berdiri di sampingnya. Cantik. Sangat cantik.
"Kau mau?"
"Tentu saja."
"Baiklah. Lagipula...aku sudah merepotkanmu semalam. Gumawo."
Sehun menggeleng. "Tidak. Aku yang berterimakasih karena kau mau berbagi tempat tidur denganku."
"Hanya berbagi, itu tak masalah. Aku dulu bergabung di grup pecinta alam saat semester awal, jadi hal-hal seperti itu wajar dilakukan saat di hutan."
Sehun mengikuti setiap pergerakan Suzy yang kini sibuk menata bekal milik Jisung dan Chenle. "Bahkan kau menambahkan karakter kesukaan mereka di makanan itu?" Sehun menunjuk karakter wajah kartun di atas sandwich Jisung, begitu juga Chenle. Suzy hanya mengangguk.
"Kau mau kubuatkan juga?"
Sehun menggeleng. "Tidak usah, melihatmu seperti sekarang saja sudah lebih dari menyenangkan, lagipula aku bukan anak kecil lagi."
Suzy hanya terdiam. Apa Sehun memang orang yang seperti ini? Frontal sekali. Suzy akhirnya memilih kembali ke meja makan, menata bekal kedua anak termuda di keluarga Oh. "Kajja. Kita berangkat."
Tapi Jisung masih terdiam. "Jisung?"
"Nuna, apa kau mau jadi istri Sehun hyeong?"
"Apa?!" -Suzy.
Chenle hanya mengerjab dan Sehun menghela nafas. Bahkan Jisung sudah menyeranh di awal start, mengacaukan pendekatan Sehun saja.

~~~tbc

Around the DwarfsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang