14

372 61 9
                                    

Suzy baru saja selesai membersihkan kamar anak-anak saat telpon di ruang bawah berbunyi. Gadis itu segera turun.
KLIK.
Suzy meletakkan telponnya, wajahnya memerah, lalu dengan segera dia menelpon Taehyung, tapi yang ia dapat malah penolakan. Dasar sahabat sialan. Pada akhirnya, gadis itu menelpon Myungsoo, meminta namja itu untuk mengantarnya ke sekolah Jisung. Ya-pihak sekolah menelpon Suzy dan mengatakan kalau Jisung sudah membolos dua kali selama seminggu ini.
"Jadi ada masalah apa dengan kurcaci-kurcacimu itu?" Myungsoo sedikit tersenyum sambil melirik ke arah Suzy yang duduk di kursi depan.
"Astaga...aku tidak tahu kalau anak laki-laki bisa sangat semenjengkelkan ini. Anak termuda keluarga Oh membolos dua kali. Astaga oppa..benar-benar."
Myungsoo terkekeh. "Hei, tak apa. Aku dulu juga sering membolos. Bukankah Taehyung juga seperti itu?"
Suzy mendengus. "Jangan menyebut namanya. Benar-benar teman sialan-dia-"
"Language Bae Suzy." Sergah Myungsoo.
Suzy hanya tersenyum kecil. Ya-Myungsoo itu memang terkenal paling santun-dibandingkan Suzy dan Taehyung.
-
Keduanya akhirnya sampai di sekolah Jisung, membuat beberapa guru muda di sana mengerjab heran. Ya. Myungsoo itu pemilik Kim Pattisery-tak ada yang tak mengenalnya, cabang tokonya dimana-mana, dia juga beberapa kali muncul di televisi juga menjadi brand ambassador produknya sendiri.
Suzy mengetuk pelan pintu ruang guru, diikuti Myungsoo yang berjalan di belakangnya. "Selamat  siang-bisakah aku bertemu dengan wali kelas Oh Jisung?"
"Ahh..kau pasti walinya? Aku wali kelas Oh Jisung-Park Jinyoung ibnida." Pria bersetelan rapi itu menjabat tangan Suzy dan Myungsoo bergantian.
Suzy membalasnya kemudian duduk di hadapan pria itu, sedangkan Myungsoo duduk di samping Suzy.
"Apa anda kakak Jisung?"
"Tidak. Aku pengasuhnya."
Jinyoung mengeryit. Pengasuh? "Ah...begitu. Jadi, selama dua hari belakangan, aku tak pernah menemukan Jisung di kelas. Anak itu selalu menghilang setelah makan siang."
Suzy menghela nafas. "Apa anda sudah mencarinya di seluruh bagian sekolah?"
Jinyoung mengangguk. "Ya. Setiap bagian sekolah ini dipasang cctv, jadi setiap pergerakan murid akan terpantau. Kemarin, aku masih membiarkan Jisung pergi-kupikir dia memang ada keperluan mendadak, tapi hari ini-aku tidak bisa membiarkannya. Ini-" Jinyoung memutar layar komputernya ke arah Suzy. "Ini adalah rekaman cctv. Tepat sebelum makan siang tafi, Jisung pergi keluar sekolah-dia membawa tas, bahkan ia sempat menyapa satpam sekolah."
Suzy terdiam.
"Apa anak itu pernah mengeluh sesuatu pada anda pak?" Itu suara Myungsoo.
Jinyoung menggeleng. "Tidak pernah. Dia termasuk murid yang pendiam."
"Ahh..kupikir, anda seharusnya tahu. Bukannya saya berlagak sok mengerti-tapi, sebagai seorang yang pernah mengalami masa smp dan sering membolos, kadang saya bosan dengan keadaan kelas." Myungsoo tersenyum ramah. Jinyoung hanya terdiam, lalu tersenyum sembari mengangguk.
"Saya paham. Tapi, Jisung cenderung tak aktif di kelas- juga saya beberapa kali memanggilnya, menanyakan apakah ada masalah dengannya atau keluarganya, tapi dia terus mengatakan kalau dia lelah. Apakah-dia ikut semacam kegiatan di luar sekolah?"
Suzy terdiam. Ibu Sehun memang memilihkan setiap kegiatan di luar sekolah untuk anak dan keponakannya, tapi setahunya, Jisung dan Chenle belum mengikuti kegiatan itu. Mereka masih terlalu kecil.
"Baiklah. Aku akan mencoba berbicara dengannya. Terimakasih saem."
Jinyoung hanya mengangguk, lalu menatap ke arah Myungsoo. "Kalau tidak salah-bukankah anda pemilik Kim Pattisery?"
Myungsoo mengangguk. "Ne."
"Ahh...pantas saja, sepertinya wajah anda tidak asing."
Myungsoo kembali mengangguk. "Anda bisa datang, saya akan memberikan salah satu kue terbaik, buatan dari sang koki." Myungsoo tersenyum bangga, membuat Jinyoung tersenyum.
"Baiklah. Saya akan ke sana." Lalu tatapannya beralih pada Suzy. "Jadi-"
"Saya hanya mengantarkannya, dia calon istri adik saya."
Suzy mencebik. "Tsk-selalu saja. Oppa, kajja."
Jinyoung tersenyum kecut-calon istri.
"Ah..begitu. Baiklah, sekali lagi saya ucapkan terimakasih."
Suzy hanya mengangguk, lalu menjabat tangan Jinyoung.
--
Sehun terkejut saat mendapati sosok namja di depan pagar rumahnya. Ya-padahal ini sudah hampir jam 8 malam. "Pak Kim, nuguseyo?" Sehun menepuk bahu Pak Kim yang sudah menghentikan mobilnya di depan gerbang. "Ahh..itu, sejak sore tadi dia terus berdiri di sana menunggu nona Suzy."
"Suzy?"
"Iya, tadi siang nona Suzy terlihat terburu-buru, lalu beberapa menit kemudian, ada mobil yang menjemputnya."
Sehun mengeryit. "Apa dia pergi lama?"
"Tidak. Nona hanya pergi sekitar dua jam, setelah itu kembali. Tepat sebelum saya menjemput anda di bandara, namja itu datang."
"Lalu, apa Suzy menemuinya?"
"Tidak. Nona tidak keluar sama sekali."
Sehun mengangguk. "Pak Kim, tolong nanti letakkan paper bag yang aku bawa di ruang tengah, lalu kopernya letakkan di depan pintu kamarku. Aku akan menemui namja itu."
Pak Kim hanya mengangguk, lalu membiarkan Sehun keluar dari mobil. "Apa yang akan dilakukannya, astaga...anak muda."
"Chogi.." Sehun menepuk pelan bahu Taehyung, membuat namja itu menoleh.
"Eoh, anyeonghaseyo. Maaf, aku pasti mengganggu, geutji?" Taehyung menatap penuh melas pada Sehun, membuatnya hanya bisa tersenyum kecil. Baru saja Sehun mau membuka mulutnya, Taehyung sudah lebih dulu berbicara. "Geundae, aku harus bertemu dengan Suzy. Bisakah kau membuatnya keluar. Dia pasti marah-astaga..padahal aku tadi tidak bermaksud mengabaikannya-"
"Aku akan menyampaikannya, tapi bisakah kau jangan menemuinya?"
Taehyung terdiam, kedua matanya mengerjab bersamaan. "A-apa?"
"Kembalilah-ini sudah malam."
"Wah...aku tidak tahu kalau kau seposesif ini. Ya, asal kau tahu-aku sudah bersama dengan Suzy sejak kami kecil, walaupun kami sempat berpisah saat aku ke Jepang, tapi kamu sudah di-"
"HYA! KIM TAEHYUNG!"
Sehun dan Taehyung terlonjak bergitu mendengar suara Suzy yang membuka pintu gerbang secara brutal. "Ish! Mulutmu ini memang." Gadis itu kini berdiri di depan Sehun, membelakangi namja itu dan menghadap tepat di wajah Taehyung.
"AAAA!! HYA! RAMBUTKU! YA! KELINCI BODOH LEPASKAN!" Taehyung berteriak kesakitan saat Suzy menarik rambutnya sampai kepala namja itu menunduk. "Dasar namja sialan-"
"Hya! Mulutmu itu-"
"Ishh...aro! Dasar menyebalkan! Kau lebih memilih Yerin dibanding mengantarku! Aishh. Menyebalkan!!" Suzy menguatkan tarikannya.
"AAA!! SAKIIT! LEPASKAN!"
"SHIREO!"
"LEPASKAN ATAU AKU AKAN MENIKAHIMU MALAM INI JUGA!"
Sehun melotot, kemudian melepaskan paksa tangan Suzy dari kepala Taehyung dan menarik kerah kaos yang dipakai Taehyung. Lalu satu pukulan mendarat di sudut bibir Taehyung.
BUAGH!
Suzy terkejut bukan main. "Oh Sehun! Astaga! Apa yang kau lakukan...!" Suzy berusaha menahan tangan Sehun, kemudian secara spontan mendorong bahu Sehun menjauh, membawanya masuk ke dalam rumah.
"Tae, pulanglah, besok kita bicara. Mianhae.." Suzy tersenyum kecil ke arah Taehyung, membuat namja itu mendengus.
"Aishh...namja itu gila atau bagaimana. Aku kan tak melakukan kesalahan apapun, dasar aneh."
"Oh Sehun, apa yang baru saja kau lakukan- astagaa..kenapa kau memukulnya, apa sa-"
"Perkataannya tadi-argghhh! Dia benar-benar!" Sehun mengerang frustasi.
"Perkataan?" Suzy mengeryit.
"Astaga...dia mau menikahimu, apa itu tak gila?!"
Suzy meringis, sebenarnya memang perjanjiannya seperti itu-batin Suzy.
"Gwaenchana, dia hanya bercanda, lagipula-"
"Dan kau membiarkannya?" Sehun menatap sarkas pada Suzy.
"Hah?"
"Aku tidak akan membiarkan dia menikahimu Suzy- karena aku tidak mau ada namja lain yang memilikimu."
Suzy hanya terdiam.
"Aku menyukaimu."
"Apa?"
"Aku menyukaimu Suzy. Saranghae."
Kedua mata Suzy membulat begitu merasakan Sehun menciumnya. Astaga-bahkan namja itu memejamkan kedua matanya.
"Bisakah-kita memulai hubungan seperti orang-orang di luar sana?" Sehun melepaskan ciumannya, menatap Suzy lalu kembali mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu. Kedua tangannya kini melingkar di pinggang Suzy. "Karena kau diam-maka aku simpulkan itu sebagai persetujuan."
Dan Sehun kembali mencium bibir Suzy.

Di lantai atas-Kamar Mark
"Astaga...apa yang mereka lakukan." Mark menggeleng begitu melihat kakak sepupu dan pengasuhnya berciuman. "Wahh...tidak tahu tempat."
"Waeyo hyeong?" Itu suara Jeno yang baru saja masuk.
"Hem? Aniya-geunyang, aku sedang melihat monyet berciuman." Mark tersenyum lebar.
"Monyet? Eodi?"
"Eishh...sudah hilang. Mereka hanya lewat tadi."
"Jinca?" Jeno kini menuju kasur Mark.
"Eoh- hanya satu monyet nakal yang kebetulan menyukai induk monyet." Kekeh Mark, membuat Jeno kebingungan.
"Induk monyet? Mwoyaa..."

~~~Tbc

Around the DwarfsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang