13

353 59 1
                                    

Chenle sudah terlihat lebih baik sore ini. Tapi tidak dengan Suzy. Gadis itu terlihat gelisah sejak tadi. "Waeyo? Apa ada masalah? Kau terlihat-" kalimat Sehun terhenti saat Suzy tiba-tiba memegang pergelangan tangannya. "Sehun~ssi, bisakah aku meminta bantuanmu?" Suzy menatap memohon pada Sehun. Bagaimana tidak, Irene menelponnya siang tadi dan memberitahunya kalau Seungjae demam tinggi. Ditambah lagi, ia terus menanyakan aunty nya. Suzy. Jadi, bagaimana bisa dia tidak khawatir. Renjun juga sedang ada ujian, jadi dia tak ke rumah sakit. Anak itu sedang fokus untuk persiapan ujian kelulusan.
"Aku- harus pergi ke suatu tempat. Bisakah? Sebentar saja. Aku akan pulang sebelum makan malam."
Sehun terdiam. Sebenarnya tak apa Suzy pergi, tapi dirinya lah yang tak merelakan. Lagipula, Jiwon juga ada di rumah. Ibunya selalu menemani Chenle. "Eodi?" Singkat dan jelas.
Suzy hanya terdiam. Tak mungkin dia mengatakan hal yang sebenarnya. "Keuge..aku tak bisa mengatakannya padamu, mian."
Sehun menghela nafas. "Geurrae, kalau begitu, aku akan mengantarmu."
Suzy segera menggeleng. "Tidak. Tidak usah. Taehyung akan menjemputku. Aku berjanji tidak akan lama. Sungguh." Suzy kini mengatupkan kedya tangannya. Sehun memejamkan sejenak kedua matanya.
"Geurrae. Sebelum makan malam."
Suzy mengangguk girang. Gadis itu lalu mengambil ponsel dan dompetnya. Setelah itu pergi keluar rumah besar Keluarga Oh. Meninggalkan Sehun yang terlihat begitu menyedihkan. "Aish..ada apa denganku.." namja itu mengerang, frustasi.
**

Dua hari ini, Mark terlihat seperti mayat hidup. Banyak diam, jarang mau menyentuh makanan dan tak bersemangat. Jiwon dan Seo Jeon sedang berada di Jepang. Keduanya mengantar Chenle untuk menemui sang ibu yang kebetulan berada di Jepang.
Suzy selesai menyiapkan makan malam. Dibantu Sehun juga Renjun. "Nuna, bagaimana keadaan Seungjae?" Renjun sedikit berbisik, takut terdengar Sehun.
"Dia sudah membaik. Ah...dia menanyakanmu, juga sunbaemu-"
"Mina nuna?"
Suzy mengangguk. "Aigoo...kau sudah memanggilnya nuna eoh?" Goda Suzy.
"Geurom..one step further." Renjun tersenyum penuh kemenangan. "Geundae..bukankah ini sudah satu setengah bulan..apa nuna.."
Suzy tersenyum. "Belum. Aku sudah mengirimkan sketsanya, tapi mereka menolaknya. Seminggu lagi aku akan mengirim yang kedua, kuharap ini berhasil."
Sehun yang sejak tadi mengelap piring, berdehem pelan. "Apa kalian sedang bergosip?" Namja itu menatap sinis, membuat Jaemin dan Jisung yang baru datang keheranan.
"Waeyo hyeong? Wajahmu terlihat menyeramkan." Jaemin duduk di kursi yang ada di samping Sehun, diikuti Jisung.
"Gwaenchana. Jeno, Haechan eodi?" Sehun melirik sekilas.
Kedua bola mata Jisung bergerak liar, sedangkan Jaemin mencoba bersikap tenang. "Mereka bilang, ada pelajaran tambahan. Nan mollayo."
Sehun menghentikan aktivitasnya. "Mwo? Kelas tambahan?" Namja itu menatap Jaemin, anak itu mengangguk.
"Eoh. Waeyo hyeong?"
"Lalu kenapa kau tidak?" Sehun menatap curiga.
Jaemin hanya terkekeh.
"Na? Aigoo..nan ddukddukhae. Renjun ddo.." Jaemin menunjuk ke arah Renjun. Suzy yang memahami situasi, hanya tersenyum kecil. "Maja. Haechan selalu mengeluh kalau nilai bahasa Inggrisnya tak pernah meningkat, sedangkan Jeno, kalau tidak salah dia mau mampir ke Kim Partisery." Yeoja itu meletakkan sup kesukaan Jaemin di meja.
"Wahh..nuna jjang." Jaemin menatap penuh minat pada sup di hadapannya.
Renjun menarik tempat di depan Sehun, lalu Suzy di sampingnya.
"Geurrae. Ah, Renjun~ah, besok malam-"
"Arata. Eomma memintaku ke Jepang, matji?" Renjun memotong perkataan Sehun, namja itu mengangguk.
"Hyeong akan mengantarmu." Tambah Sehun.
Renjun mengangguk. Lalu suasana meja makan menjadi hening. Dan Suzy benci itu.
"Aku akan makan di kamar dengan Mark, kalian, makan yang banyak setelah itu belajar, hem?"
Renjun dan Jisung mengangguk paham, sedangkan Jaemin masih asik menyuap sup buatan Suzy.
--

"Mark?" Suzy membuka pelan pintu kamar Mark dan mendapati namja itu tertidur. "Nuna tahu kau belum tidur." Suzy duduk di meja belajar remaja itu.
"Aku tidak lapar nuna."
"Tapi kalau kau tak makan, nuna tak akan makan malam."
Mark akhirnya bangun, menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur. "Nuna~~hajima."
Suzy hanya terkikik. "Apa efek patah hati separah ini?" Suzy mengambil sesuap sup, lalu menyuapkan pada Mark.
Mark hanya diam.
"Tak apa. Kalau kau tahu sekarang, setidaknya kau masih bisa mencari gadis lain yang lebih baik kan?"
Mark masih bungkam.
"Tsk. Kau ini, ya-yeojachingumu itu-sasil..nuna pernah melihatnya dengan namja lain."
Mark membulatkan kedua matanya, menoleh ke arah Suzy yang bersiap mengarahkan suapan sup pada Mark.
"Eodi?! Gotjimal. Pasti nuna hanya mau menghiburku kan?" Sela Mark.
Suzy menggeleng. "Tentu saja tidak. Waktu itu aku pergi dengan Taehyung, mana mungkin aku berbohong." Suzy beralih mengambil sendok dari piring yabg dia bawa, mengarahkannya pada Mark, menyuapi namja yang patah hati itu. "Mark..dengar, kau masih sangat muda. Patah hati hanya akan membuatmu tak fokus mengejar masa depan. Kalau memang kau sulit menerima keputusan gadis itu, coba kau pikirkan baik-baik. Gadis yang baik itu akan perhatian pada kekasihnya, memarahimu kalau kau berbuat salah, marah saat kau bersama yeoja lain juga manja padamu. Dia juga akan perhatian dengan adik-adikmu."
Mark terdiam. Koeun tak pernah memenuhi kriteria yang disebutkan Suzy. Tidak-Koeun itu manja padanya, tapi apa itu termasuk?
Mark menatap ragu ke arah Suzy. "Apa nuna juga melakukannya dengan namjachingu nuna?"
Suzy menggeleng. "Aku belum pernah berpacaran, tapi aku selalu bersikap seperti itu pada ayahku. Aku dan yeojachingumu itu sama-sama wanita, kau paham?"
Mark mengangguk. "Keundae-darimana nuna tahu kalau wanita yang nuna lihat itu yeojachinguku?"
Suzy terkekeh. "Oh Mark~ astaga, kau masih memasang foto gadis itu di pigura meja belajarmu, mana mungkin aku tidak tahu."
Mark meringis. Oh..sebegitu sukanya kah dia dengan Koeun? Mengenaskan sekali.
***

Jaemin menatap heran ke arah Mark yang terlihat lebih baik dari kemarin. "Hyeong? Sudah sembuh dari patah hatinya?" Jaemin mencomot selembar roti dan menyesap susu nabati yang sudah disiapkan Suzy. Mark menaikan kedua alisnya sembari tersenyum.
"Heol...kemarin saja meraung-raung, sekarang..cih." cibir sang adik.
Jeno dan Haechan tak berapa lama muncul dan bergabung dengan yang lainnya, yang terakhir adalah Jisung. Anak itu terlihat sangat kusut.
"Gwaenchana?" Jeno menyodorkan susu pada saudara sepupu terkecilnya.
Jisung menggeleng. "Hyeong?" Anak itu menoleh pada Haechan.
"Wae?"
"Aku-"
Haechan menoleh pada Jisung lalu menaikkan sebelah alisnya. "Aku-"
"Tsk...wae...malhae." Haechan mulai geram, membuat Jisung mencebik.
"Bantu aku membolos hari ini." Bisik Jisung.
--

Mark hari ini terlihat lebih ceria di mata Sunwoo. Ya-sejak dua hari lalu, temannya itu terlihat begitu tak bersemangat- seperti tak punya arah, berjalan seperti mayat hidup, untung saja Mark itu tampan, coba kalau tidak, mana mau Sunwoo menemani sahabat yang patah hati semacam Mark. "Hey, sudah tak patah hati lagi?" Sunwoo menoleh ke samping-meja Mark.
Mark tersenyum lebar. "Tidak. Aku sudah mengikhlaskannya."
Sunwoo mengangguk. "Apa katamu sajalah. Keundae- kudengar, Koeun pagi ini berangkat bersama sunbae itu."
Mark mengangguk. "Aro. Na boine."
"Yee?! Kau-melihatnya?! Jincaaa?!"
Mark mengangguk. "Eoh. Aku hanya berharap, semoga sunbae itu tak dicampakkan sepertiku."
Sunwoo menatap tak percaya ke arah Mark. "Wahh...yeoksi..apa kau menunggu gadis itu mendapatkan karmanya?"
"Emm...gerseyo."
"Wah...aku tak tahu kalau kau pendendam Mark."
Mark mencebik. "Hya, kau berkata seperti itu karena Umji setia, coba saja kalau sampai-"
TAK!
Sunwoo memukul kepala belakang Mark, membuat si empunya melotot. "Neo, jangan menyamakan bidadariku dengan rubah betina itu."
"Tsk...bidadari. Dasar budak cinta."
"HYA!"

~~~Tbc

Around the DwarfsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang