5

445 84 6
                                    

Suzy menghela nafas panjang, netranya sesekali melirik ke arah Renjun yang berdiri tepat di sampingnya-menatapnya dengan tatapan tajam. "Dimana Haechan?"
"Haechan dan yang lainnya akan sampai setengah jam lagi. Mereka menunggu saudara termuda kami. Dan aku, aku sengaja berangkat lebih dulu karena aku juga melakukan penelitian di sini, program beasiswa."
Suzy mengangguk. "Dan jangan kira aku lupa tujuanku nuna, jadi jelaskan padaku sebelum yang lain datang."
Suzy lagi-lagi menghela nafas, lalu dengan berat hati-ia akhirnya mulai bermonolog.
--

Sehun membuka pelan pintu kamar rawat Suzy, diikuti adik-adiknya. Ya-tadi dia sempat terlambat karena menjemput para kurcacinya. "Jadi ini ruangannya hyeong?" Jaemin menunjuk ruang VIP di depannya, lalu tanpa menunggu persetujuan Sehun, Chenle dan Jisung sudah lebih dulu masuk ke sana.
"Eh? Hyeong?" Chenle sedikit terkejut begitu mendapati Renjun sedang menyuapkan apel ke mulut gadis yang kini tengah bersandar di kepala ranjang rumah sakit.
"Wasseo?" Renjun tersenyum ramah, membuat Chenle dan Jisung saling pandang. Haechan, Jeno juga Jaemin yang baru saja masuk juga hanya menatap keduanya dengan tatapan heran.
"Nuna! Apa yang dilakukan namja es ini padamu?!" Haechan segera menarik apel yang ada di tangan Renjun.
"Jangan berlebihan, aku hanya menyuapinya." Renjun mendengus.
"Kalau begitu aku juga mau menyuapi nuna, kka!" Haechan menggeser tubuh Renjun, lalu beralih duduk di sisi ranjang. "Nuna, jangan dekat-dekat dengan Renjun, dia itu menyeramkan, denganku saja ne?" Haechan tersenyum manis, membuat Renjun mendengus, sedangkan yang lain hanya terkekeh. Sehun? Namja itu hanya terdiam sambil memperhatikan Haechan dan Suzy. "Nuna, aaa-"
---

Para anak-anak sedang sibuk menata kamar Suzy. Jisung bahkan sibuk menata baju-baju yang baru saja dibeli Jiwon untuk Suzy. Sedangkan Chenle dan Renjun sibuk menatap seprei-dan Haechan, sibuk keluar masuk kamar, memastikan Suzy sampai atau belum. "Ya! Hyeong, ppali bantu aku menata pakaian ini!" Jisung protes-tak terima, apalagi Haechan terlihat seperti setrika yang sering dipakai bibi Ahn. Membuatnya pusing.
"Eish, aku harus memastikan kalau everything gonna be okay, did you know my baby?" Haechan mengerjabkan kedua matanya.
"Eish...hyeong jincaaa!!!"
---
Suzy, gadis itu kemarin sudah diperbolehkan pulang- dan sekarang Sehun sedang menjemput Suzy di rumah sakit bersama Jaemin dan Jeno.
"Kemana Haechan dan yang lain?" Suzy menatap Jaemin dan Jeno bergantian.
"Di rumah, hyeong tidak mau repot kalau kami semua ikut." Jaemin tersenyum-tampan, batin Suzy.
Yeoja itu mengangguk. Sedangkan Jeno kini menyerahkan coat yang baru saja mereka beli untuk Suzy.
"Ini nuna, pakai, supaya hangat." Suzy hanya mengangguk lalu berjalan keluar ruangan, di belakang Jaemin sama Jeno, beriringan dengan Sehun. "Mereka berdua yang paling penurut diantara yang lain." Sehun berbisik di telinga Suzy, membuat gadis itu tersenyum.
"Geurrae? Kupikir Renjun yang paling menurut diantara mereka semua."
Sehun terkekeh, "Renjun? Mwoya, dia terlalu teguh dengan pendiriannya-YAK!" Sehun reflek menarik pinggang Suzy begitu seseorang tak sengaja menabrak Suzy di lorong rumah sakit. Membuat seorang suster yang berlari di belakang pria itu membungkukkan tubuhnya ke arah Sehun yang sekarang tengah memeluk Suzy. "Tuan, maafkan pasien itu, dia sedang dalam tahab penyembuhan, tapi kadang kami kesusahan untuk menanganinya."
Sehun mendesis, "Tsk. Setidaknya awasi dia-gwaenchana?" Sehun menurunkan tatapannya ke arah Suzy yang masih memeluknya-pasti yeoja itu terkejut-pikirnya. Sedangkan Suzy, yeoja itu hanya terdiam, berusaha mengontrol detak jantungnya yang tiba-tiba tak terkendali.
Jaemin dan Jeno yang baru sampai di lobi terlihat kebingungan karena tak menemukan hyeongnya dan Suzy. Jaemin menepuk pundak Jeno begitu netranya menangkap pemandangan seperti drama-drama yang sering dilihat Jiwon-imo nya.
"Daebak!" Jaemin bergumam pelan, yang kemudian diikuti anggukan Jeno. Bagaimana tidak, Sehun sekarang tengah menggendong Suzy seperti dalam adegan di drama DOTS. Itu salah satu scene yang Jaemin ingat saat menemani Jiwon menonton.
"Baru awal saja sudah bisa menggendong Suzy nuna, bagaimana kalau setahun, jangan-jangan kita akan dapat keponakan." Jaemin berbisik.
"Mwoya-pikiranmu benar-benar." Jeno mendesis. "Tapi, kalau bisa aku mau keponakan perempuan."
Kini ganti Jaemin yang mendesis. Jeno benar-benar menyebalkan.

###Renjun dan Suzy

"Jadi, bisa nuna jelaskan semuanya?" Renjun kini berdiri di samping Suzy sembari melipat tangan di depan dada. Suzy hanya bisa menghela nafas.
"Baiklah, tapi berjanji padaku- jangan katakan hal ini pada siapapun."
"Aku tak pernah mengingkari janjiku-dan aku tidak suka dibohongi." Renjun berkata tegas.
"Baiklah, geurom..duduklah di sini." Suzy menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur lalu menepuk sisi ranjang, menyuruh Renjun mendudukinya. Namja itu hanya menurut. "Ceritaku ini panjang, kau bisa lelah kalau berdiri." Suzy terkekeh, membuat Renjun menarik sudut bibirnya. Suzy orang yang nyaman. "Cha, mari kita mulai. Namaku-Bae Suzy."
"Bae? Maksud-"
"Ya-ayahku adalah salah satu bagian dari pemilik rumah sakit ini."
"Lalu kenapa nu-na-"
Suzy tersenyum kecil, "Nuna-panggil aku Suzy nuna, seperti saat ada Jin oppa tadi. Suzy nuna-Suzy-nuna." Eja Suzy.
Renjun menghela nafas, "Baiklah, lalu kenapa nuna bilang tak memiliki keluarga di sini?"
"Karena aku memang tak punya keluarga yang mendukungku di sini."
"Hah? Tak mendukungmu? Lalu paman tadi?" Renjun kini dibuat bingung. Dan Suzy hanya terkekeh, paman? Yang benar saja.
"Eish..hyeong, panggil saja dia Jin hyeong. Namanya Jin-Kim Seokjin. Dia kakak iparku-dan kakakku adalah Bae Irene dia salah satu dokter juga di sini."
"Ne? Dokter Irene? Bukankah dia salah satu kepala dokter di sini?"
Suzy mengangguk. "Aigoo, kau pintar sekali." Suzy mengusap pucuk kepala Renjun, membuat remaja itu terdiam. "Ahh, rambutmu lembut sekali, aku menyukainya. Uwu uwu sekali."
"Uwu uwu?" Renjun mengulangi kalimat Suzy.
"Iya-itu artinya lucu. Jadi adikku mau ya?" Kekeh Suzy. Renjun terdiam. Itu ungkapan sederhana tapi entah kenapa cukup membuat Renjun tersentuh.
"Tsk-nuna pikir aku bayi. Keundae, kenapa tak ada yang mendukung nuna?"
"Hem?" Suzy masih mengusap rambut Renjun, "Karena-ayahku melarangku jadi desainer. Dia-juga menjodohkanku dengan seseorang. Dan aku tidak menyukainya. Eonni dan oppa juga tak bisa berbuat apapun-jadi hanya ini yang bisa kulakukan." Suzy tersenyum.
"Melarikan diri di rumah sakit milik ayahmu sendiri? Lucu sekali cara melarikan dirimu nuna." Sarkas Renjun-yang kemudian dihadiahi cubitan di kedua pipi oleh Suzy-membuat Renjun sedikit jengkel.
"Kau tahu, tempat persembunyian paling aman adalah di sekitar wilayah musuhmu sendiri."
"Kalau begitu, nuna pulang saja-bukankah itu lebih dekat dengan ayahmu?"
Dan Suzy mendesis, "Itu artinya aku bunuh diri."
Renjun terkekeh, "Tapi-bagaimana kalau nanti ayah nuna tahu kalau nuna ada di rumah kami?"
Suzy terdiam sejenak, "Kalau begitu, kau harus melindungiku, bagaimana?" Suzy mengangkat kedua alisnya.
"Memangnya apa yang mau nuna berikan kalau aku mau melindungi nuna?" Kini ganti Renjun yang memberikan smirknya.
"Tentu saja kau akan mendapatkan nuna, bagaimana? Yeppeun nuna." Suzy mengerjabkan kedua matanya, membuat Renjun tertawa.
"Mwoya-yeppeun nuna? Menggelikan-tsk. Ya nuna, kita baru saja bertemu dan kau sudah bersikap seperti ini. Aigoo~"
Dan Suzy terkekeh, "Gwaenchana, lagipula nanti bukannya aku akan mengasuh kalian. Jadi-sebagai langkah awal pendekatan dan agar kau bisa melindungi nuna, jadi...suapi nuna ne?"
"Whatt?" Renjun setengah memekik.
"Renjunie..."
Dan akhirnya Renjun mendengus, dia kalah di hari pertama bertemu calon pengasuhnya.


~~~tbc

Around the DwarfsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang