Suzy tersenyum begitu melihat Haechan memasuki ruang rawatnya. "Aigoo, kau bisa menangis juga ya?" Suzy terkekeh begitu mendapati Haechan berjalan diikuti dua namja lainnya.
"Maafkan aku-nuna." Haechan kini menatap Suzy dengan dua mata sembabnya. Sehun dan Mark yang ada di belakangnya hanya tersenyum kecil.
"Gwaenchana, lagipula aku tak apa. Jangan pergi sendirian lagi, arasseo?"
Haechan mengangguk. Sehun lagi-lagi tersenyum, tak biasanya dia patuh pada orang asing.
"Maaf, sudah merepotkanmu Suzy~ssi." Itu suara Sehun. "Oh Sehun ibnida, mereka adalah adikku, Oh Mark dan Oh Haechan."
Mark membungkukkan tubuhnya.
"Mark ibnida."
Suzy hanya tersenyum, "Mwoya, kau tampan sekali. Keundae, aku merasa wajahmu tak asing." Suzy bergumam.
"Ye?" Mark sedikit keheranan.
"Aniya-aniya, lupakan saja." Suzy menggeleng. Irene yang melihat itu hanya tersenyum, "Aku akan tinggalkan kalian, hubungi suster Kang kalau kalian membutuhkan sesuatu."
Sehun membungkukkan tubuhnya, "Terimakasih dokter Bae."
Lalu ruangan kembali hening. "Aku berterimakasih karena kau sudah menyelamatkan adikku." Suara Sehun memecah keheningan.
Suzy hanya tersenyum, netranya menatap Haechan yang kini duduk di samping Mark, sedangkan Sehun, dia berdiri di samping tempat tidur Suzy.
"Kau tidak mau duduk?" Suzy menatap Sehun, sedikit tak nyaman melihat namja itu berdiri, terkesan kaku sekali.
"Gwaenchana. Ah, apa keluargamu sudah tahu?"
"Hem? Ahh...aku-sendirian."
Sehun mengerjab. "Sendirian?"
Suzy mengangguk. "Aku tak punya tujuan pulang, makanya aku memutuskan menemani adikmu tadi."CEKLEK.
Pintu ruangan terbuka dan menampilkan sosok Seo Jeon juga Jiwon. "Eomma."
"Astaga Chani~ya, gwaenchana? Apa kau terluka?" Jiwon segera memeluk keponakannya itu, Seo Jeon juga melakukan hal yang sama.
Haechan hanya menggeleng lalu mendekap Jiwon erat, tangisnya pecah. "Mianhae yimo..."
"Gwaenchana...kau bersama yimo sekarang." Jiwon mengusap lembut punggung Haechan, pemandangan yang sangat Suzy rindukan. Dipeluk seorang ibu.
"Agashi, aku benar-benar berterimakasih, karena kau sudah menyelamatkan anakku." Seo Jeon menatap Suzy yang kini masih memusatkan perhatiannya pada Haechan dan Jiwon.
"A-ah..ye, gwaenchanseubnida."
"Sebagai gantinya, aku akan membayar semua biaya pengobatanmu dan-"
"A-ah, tidak perlu paman, aku-"
Seo Jeon terdiam. "Tidak-anggap saja itu ucapan terimakasihku."
"Itu balas budi kami untukmu nak, kami berhutang budi padamu." Kali ini Jiwon tersenyum ke arah Suzy-sungguh, melihat Jiwon membuat Suzy merindukan ibunya. "Apa keluargamu sudah tahu kalau kau di rumah sakit?"
"Dia hidup sendirian eomma."
Jiwon terdiam. "Sendirian?"
"Ke-keuge-sasil..keluargaku di Gwangju dan-aku ke Seoul untuk mencari pekerjaan."
Jiwon kini beranjak dari duduknya, melepaskan pelukan Haechan, menyandarkan kepala keponakannya itu ke dada suaminya secara perlahan-ya, Haechan tertidur. "Kalau begitu, tinggalah bersama kami, kau juga bisa bekerja bersamaku, kau bisa mengurus anak-anak?"
Suzy mengerjab. Mengurus anak-anak? Yang benar saja, mengurus Seungjae-keponakan kecilnya saja dia kuwalahan, apalagi anak-anak; catat, anak-anak, yang artinya itu lebih dari satu.
"Ah, benar, kau bisa mengasuh Haechan juga saudara-saudaranya yang lain." Itu kalimat persetujuan dari Seo Jeon.
Suzy masih terdiam. "Benar, aku juga tidak akan kesepian." Itu Sehun yang juga tersenyum ke arahnya.
Astaga- Suzy bisa gila. "N-ne? A-aku takut merepotkan."
"Tidak-kau tidak akan merepotkan. Kau bisa menemaniku, bagaimana?"
Suzy akhirnya mengangguk. Irene yang sejak tadi berniat masuk, hanya terdiam di depan pintu. Senyumnya mengembang, "Semoga kau bisa lebih dewasa setelah ini sayang."
***Jaemin, Jeno juga Renjun kini tengah berkumpul di kamar Renjun. Ketiganya sibuk dengan pikiran masing-masing. "Pasti Haechan sangat takut."
Jeno menoleh ke arah Renjun, "Kau benar."
"Aku merasa bersalah karena meninggalkannya." Jaemin menghela nafas.
Lalu ketiganya mulai memejamkan mata, berharap saat mereka membuka mata, Haechan mereka dalam keadaan baik-baik saja.~~~tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Around the Dwarfs
FanfictionSuzy tidak tahu kalau keputusannya untuk meninggalkan kehidupannya yang seperti putri akan begitu menyiksa. Belum lagi ia harus berinteraksi dengan para kurcaci berwajah malaikat tapi berkelakuan seperti iblis kecil. "Ahhh!!! Aku bisa gila!" -Suzy...