10

390 74 4
                                    

Haechan memutuskan untuk tak ikut ke perjamuan karena ia memilih menonton film dengan Jisung dan Chenle di kamar para maknae. Tapi perjamuan makan malam itu berlangsung lancar.
"Aku tidak tahu kalau nuna bisa berbahasa Jepang." Jaemin memainkan ponselnya di kursi belakang mobil sambil sesekali melirik ke arah Suzy yang duduk di depan, menemani Sehun.
Gadis itu tersenyum. Tentu saja dia bisa berbahasa Jepang, neneknya adalah orang Jepang yang menetap di Korea. "Ya, aku belajar di JHS."
Jeno dan Jaemin mengangguk. Sedangkan Sehun, namja itu sejak keberangkatan mereka tadi hanya diam. Ia bahkan hanya berbicara dengan kolega bisnisnya, tapi tak sekalipun bicara dengan Suzy, bahkan Jeno dan Jaemin.
"Hyeong, ayo ke Kim Patisery." Jeno menggoyangkan bahu Sehun. Tapi namja itu hanya terdiam. "Hyeong..." kali ini Jeno kembali merengek, mengguncang bahu kakaknya sedikit keras, membuat Sehun menghentikan mobilnya tiba-tiba. Hampir menyebabkan kepala Jaemin terbentur kursi depannya.
"Astaga!" Suzy memekik, terkejut. "Se-"
"Kakakmu sedang menyetir Jeno! Kau tidak diajari sopan santun eoh?!" Suara Sehun meninggi, membuat Suzy keheranan.
Jeno? Remaja itu terlihat terkejut, lalu memundurkan tubuhnya dan menyandarkannya di kursi belakang, Jaemin juga hanya terdiam. Mereka belum pernah melihat Sehun seperti sekarang.
"Jeno hanya meminta untuk mampir ke toko kue, kenapa-"
"Seharusnya, sebagai pengasuh, kau mengajarkan sopan santun ke mereka. Aku sedang menyetir, bagaimana kalau fokusku hilang? Lagipula ini sudah malam!"
Suzy terdiam sesaat, "Tak bisakah kau berkata lebih lembut pada adikmu?"
"Mworagu? Berkata lembut? Ya, aku bukan kau- Suzy, yang bisa bersikap lembut dengan semua orang, bahkan dengan setiap pria."
Suzy tersentak. "Mwo?!"
Jaemin menatap bergantian ke arah dua orang dewasa di depannya. "Hyeong.."
Sehun menghela nafas. "Kau bisa ke toko kue besok pagi Jeno."
Jeno terdiam, tak menjawab. "Tapi besok kami harus berangkat untuk karya wisata ke Nami." Jaemin melirik ke arah Jeno, tahu kalau sepupunya itu memiliki perasaan yang sensitif.
Sehun memejamkan kedua matanya, "Ini sudah malam Oh Jeno. Kau bisa membelinya pulang dari karya wisata." Nada suara Sehun melembut.
"Ne hyeong." Remaja itu menjawab pelan, tapi Suzy cukup tahu, Jeno sedang menahan rasa kecewanya.
"Jeno?"
Remaja itu mendongak, menatap ke arah Suzy. "Kau mau membelinya dengan nuna? Kajja."
Sehun segera menoleh ke arah Suzy. "Suzy~ssi!"
"Nuna.."
"Gwaenchana, kajja. Nuna bisa menjagamu. Heum?"
--
Sehun benar-benar tak habis pikir. Kenapa tadi dia bisa lepas kendali seperti itu. Dia menghempaskan tubuhnya ke sofa ruang tengah. Dia dan Jaemin baru saja tiba di rumah, berdua. Karena Suzy benar-benar memaksa membawa Jeno pergi bersamanya.
"Hyeong." Jaemin menyerahkan segelas air putih dingin pada kakak sepupunya itu.
"Mian." Sehun menatap ke arah Jaemin yang sibuk dengan ponselnya. Remaja itu tersenyum kecil.
"Gwaenchana. Aku sudah terbiasa, tapi sepertinya Jeno belum. Appa sering memarahi Mark hyeong." Jawab Jaemin datar, membuat Sehun merasa bersalah.
"Mianhae."
"Em. Apa hyeong sedang banyak pikiran?" Jaemin menyalakan tv bersamaan dengan Renjun yang baru saja datang.
"Dimana Suzy nuna?" Remaja itu menatap bergantian ke arah Sehun dan Jaemin.
"Suzy?" Sehun mengernyitkan keningnya.
"Nuna pergi bersama Jeno, ke Kim Pattisery. Waeji?" Jaemin mengerjabkan kedua matanya. Renjun menganggukkan kepalanya. Setidaknya bisa ia tanyakan nanti. "Aniya. Eoh, ada titipan dari Yujin." Renjun mengeluarkan sebuah buku bersampul merah jambu dari tasnya, lalu meletakkannya di atas meja setelah itu naik ke kamarnya.
"Eoh, gumawo."
Sehun menatap ke arah Jaemin. "Neo yeocin?"
Remaja itu menggeleng. "Geunyang chingu."
***

Suzy pagi ini sibuk menyiapkan bekal untuk Jeno, Jaemin, Haechan dan Renjun yang akan pergi ke Nami.
KREK.
Suzy menolehkan kepalanya ke belakang begitu mendengar suara kursi. Sehun.
"Kau memasak untuk anak-anak?" Suara lembut namja itu, entah kenapa malah membuat Suzy kesal.
"Ya."
Sehun menghela nafas. "Mian."
"Gwaenchana. Lagipula memang aku harus lebih mendidik mereka lebih baik lagi, aku tidak ingin mempermalukan keluarga terpandang Oh."
Sehun terdiam. Kedua matanya kini menatap ke arah Suzy yang tengah menyiapkan bekal untuk keponakannya.
"Nuna!" -Jeno.
"Mwoya-mwoya, lihat ini, aku seperti melihat eomma di dapur." Jaemin segera menarik kursinya.
"Nuna, jadi apa yang harus aku lakukan?" Renjun berjalan ke arah Suzy.
"Ada apa dengannya, sejak semalam dia aneh." Haechan menarik kursi di samping Jeno, menunjuk Renjun dengan dagunya. Namja itu hanya mengedik.
"Apa dia punya pacar sekarang?" Jaemin mengeryitkan keningnya.
"Maldo andwae." Haechan mencibir.
Sehun hanya menatap adik-adiknya. Sebenarnya, sejak Suzy berada di rumah mereka, anak-anak itu semakin sering tersenyum.
"Imo dan samchon akan pulang hari ini." Sehun mendorong gelas susu ke arah Jisung dan Chenle yang baru saja duduk di samping kanan dan kirinya. Tapi keduanya hanya terdiam, tak menyentuh susu mereka sama sekali. Seolah-olah memgabaikan Sehun yangsedang berbicara dengan mereka.
Sama dengan anak-anak, Suzy juga sepertinya enggan berkomentar. "Renjun~ah, kau jadi berangkat dengan nuna?"
Renjun mendongakkan kepalanya. "Ah..apa nuna-"
"Ya. Aku harus menemui seseorang."
Renjun mengangguk paham, membuat anak-anak lain keluarga Oh menatap heran, juga Sehun.
"Nuna akan pergi?"
Suzy mengangguk. "Ne. Hanya sebentar. Nanti aku akan menjemput kalian lagi." Suzy tersenyum lembut.
Jisung mengangguk. "Apa dengan Samchon itu lagi?"
Suzy menggeleng. "Aniya. Tapi, mungkin nanti aku bisa memintanya mengantarku menjemput kalian."
"Kalau begitu belikan kue lagi untukku nuna." Jeno menjeda, membuat Haechan mendengus.
"Dasar." Gumam namja itu.
"Tentu saja. Kau akan mendapatkan yang lebih banyak hari ini."
Jeno bersorak riang. Sedangkan Mark yang baru saja datang hanya menatap heran ke arah Sehun.
"Hem..aku mencium bau-bau kecemburuan di sini." Bisik namja itu pada Sehun, membuat namja itu mendelik.

~~~Tbc

Around the DwarfsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang