17

309 51 11
                                    

Sehari semenjak kepulangan Renjun dan Chenle, ada suasana berbeda yang ditemukan Suzy. Gadis itu bukannya tak tahu kalau kedua orang tua anak itu sedang proses bercerai dan keduanya memperebutkan hak asuh, tapi yang menjadi fokusnya adalah, nilai Renjun terus mengalami penurunan dan itu mengancam pada beasiswa yang akan dia terima dari rumah sakit milik ayah Suzy.
Tuan dan Ny Oh juga masih berada di Shanghai, menjadi penengah untuk keduanya. Bahkan menurut Sehun, kedua orang tuanya juga berjuang untuk mendapatkan hak asuh Renjun dan Chenle.
"Dia masih belum mau keluar kamar?" Sehun yang baru sampai di depan pintu kamar Renjun menghentikan langkahnya. Iya, Suzy baru saja membujuk anak itu, tapi dia bersikeras menolak. "Belum. Chenle bahkan sudah lebih dulu tertidur."
Sehun mengeryit. "Tidur? Tapi dia tidak ada di kamar". (Jisung dan Chenle satu kamar)
"Di kamarku."
Sehun mengangguk.
"Sehun?"
"Ya?" Sehun mendongakkan kepalanya.
"Apa..kau ada waktu akhir minggu ini?" Tanya Suzy ragu.
Sehun mengeryit heran. "Waeyo? Kau mau mengajakku berkencan?" Kekehnya.
Suzy mendengus. "Tidak. Dan jangan harap."
Sehun mencebik.
"Aku mau mengajak anak-anak berlibur di vila milik Taehyung. Minggu ini mereka libur dari hari Jumat."
Sejujurnya Sehun ingin menolak ide Suzy, tapi mengingat situasi rumah yang sedang kacau dan ayah ibunya juga tengah sibuk mengurus perceraian paman dan bibinya, sepertinya akan lebih baik kalau ia menerima tawaran Suzy.
"Sehun? Kau mendengarkan aku tidak sih?"
"Iya bae...aku mendengarkanmu." Sehun mencubit gemas pipi Suzy, membuat gadis itu mendengus. Tapi tunggu, apakah Sehun tahu marganya?
"Kau memanggilku apa? Bae?"
"Eoh. You are my Bae." Sehun kemudian mencuri kecupan di pipi Suzy.
CUP.
"Ya!" Pekik yeoja itu.
"Kita akan berangkat ke vila temanmu itu, tapi sepertinya aku butuh meminjam van milik paman Shin."
"Van? Bukankah kalian punya beberapa mobil?"
"Aku tak mungkin membiarkan Mark menyetir jarak jauh." Cibir Sehun.
Suzy mendengus. "Tak perlu. Aku bisa menyetir."
"Kau? Tidak-tidak. Kita akan satu mobil. Kalau kau menolak, maka aku tak akan mengijinkan kau membawa anak-anak." Tegas Sehun. Oh...dasar si keras kepala, batin Suzy.
"Baiklah, terserahmu saja."
***

"Nunaa! Apa benar kita akan pergi berlibur?" Jisung berlari kecil disusul Chenle dibelakangnya. Mereka baru saja pulang, dijemput oleh sopir Lee.
"Seperti tak pernah berlibur saja..." cibir Chenle.
Jisung mengerucutkan bibirnya, lucu. "Ishh...ini berbeda, tak ada orang tua. Benar kan nuna?"
Chenle mengerjab. Tak ada orang tua? Terdengar menarik. Lagipula...ia juga sejak dulu seperti tak punya orang tua. Uang saja banyak, tapi family time jarang sekali.
"Hanya ada Sehun hyeong, Taehyung hyeong juga kita semua.." Suzy menarik kursi di pantri dapur.
Jisung dan Chenle bersorak. "Yesss! Kemana?" Kini Chenle terlihat antusias. Remaja itu melepaskan tasnya dan meletakkan di meja pantri, diikuti Jisung.
"Gapyeong. Kita akan ke sana. Tae hyeong mengundang kita menginap di sana selama tiga hari." Suzy menatap dua remaja di depannya.
"Wahhh! Tae samchon?" Jisung merespon dengan wajah senang. Juga Chenle.
"Kalau begitu, ayo kita tata keperluannya Jisung~ah!" Remaja berkulit putih itu segera menarik sepupunya, meninggalkan Suzy yang sibuk membereskan tas dua kurcaci itu.
--

Makan malam terasa begitu ramai setelah Sehun mengumumkan kalau lusa mereka akan ke Gapyeong untuk menginap di vila Taehyung. Haechan dan Jaemin adalah orang yang paling terlihat gembira di sana. Sedangkan Jeno dan Renjun, terlihat biasa saja. "Wahh...Tae hyeong yang waktu itu kan? Aku tidak tahu kalau dia punya vila di Gapyeong. Jinca...kupikir dia pasti termasuk jajaran chaebol."
"Maja. Sehun hyeong saja kalah." Cibir Jaemin, membuat Sehun melotot. Dasar adik durhaka.
"Sudahh...ah iya, Taehyung mau berbicara dengan kalian, nanti setelah makan malam, ke kamar nuna ne?"
"Asssa! Tae hyeong terbaikk!!" Jaemin berseru riang, membuat Jeno menggeleng heran. Selesai makan malam, kecuali Renjun, remaja-remaja itu segera melesat ke kamar Suzy. Memonopoli ponsel sang pengasuh dan berbincang ria dengan Taehyung.
-

"Sendirian? Kenapa tak bergabung dengan yang lain?" Suzy memberikan segelas susu cokelat pada Renjun yang tengah duduk di halaman belakang. "Tidak ingin. Mereka berisik."
Suzy terkekeh. "Menangis itu bukan berarti lemah. Ada kalanya, kita butuh meluapkan emosi. Tak apa Renjunie...kau memang kakak, tapi kau juga memiliki batasan emosi. Heum?" Suzy meregangkan kedua tangannya, memberi isyarat Renjun untuk masuk ke pelukannya.
Namja itu hanya menundukkan kepala, air matanya sudah merengsak memaksa keluar. "Gwaenchana...nuna akan selalu ada kalau kau membutuhkan sandaran...kajja..ini gratis." Suzy tersenyum lembut.
Lalu tanpa menunggu lama, Renjun sudah memeluk Suzy dengan erat, menangis di pelukan pengasuhnya.
"Hiks....mereka...mereka akan bercerai..aku tak mau berpisah dengan Chenle..hiks.."
Suzy hanya bisa mengusap lembut rambut hitam Renjun. "Paman dan bibimu sedang berjuang untuk hak asuh kalian..."
"Hiks...paman?" Renjun mendongakkan kepalanya.
Suzy mengangguk. "Kau harus yakin, walaupun kemungkinannya kecil, tapi kau sudah bisa menentukan pilihanmu. Maka dari itu, kau juga harus berjuang..pertahankan beasiswamu. Jadi, kau bisa memiliki alasan untuk menetap di sini."
Renjun semakin mengeratkan pelukannya ke Suzy. "Hiks...nuna...gumawoo...gumawoo..."
"Kau adik Bae Suzy...Oh Renjun adalah adik Bae Suzy...ingat itu, hem?" Suzy mengeratkan pelukannya pada Renjun. Menyalurkan kekuatan untuk si sulung.

Mark yang baru saja pulang, sejak tadi hanya terdiam sambil menatap ke halaman belakang. "Gumawo nuna...jeongmal gumawo..." senyumnya mengembang, begitu tulus.

~~~TBC~~~

Around the DwarfsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang