Suzy benar-benar tak bisa fokus, sampai mengabaikan namja di hadapannya. Fikirannya terus saja terpusat pada perkataan Jisung. Menjadi isrri Sehun? Yang benar saja..
"Hei, kau mau mengabaikan calon suamimu ya?" Namja berparas tampan itu menyentil kening Suzy, membuat yeoja itu melotot. "Ya! Kim!"
"Apa? Kau yang mengajakku keluar, tapi kau malah mengabaikanku." Taehyung-namja yang digadang-gadang menjadi calon suami Suzy itu mencibir. Suzy hanya meringis, merasa tak enak.
"Mian..."
"Jadi, kau mau membicarakan soal pernikahan atau soal-malam pertama?" Taehyung menaik turunkan alisnya.
TAK.
Satu memukul kepala Taehyung dengan sumpit. "Ya!"
"Tidak keduanya. Aku kan sudah bilang, aku sedang tak ada inspirasi, deadline ku tinggal 2 bulan lagi."
"Lomba desain itu?"
Suzy mengangguk.
"Hem...seharusnya aku mengajak Jenny tadi."
"Dia sudah meminta maaf karena tak bisa kemari."
Taehyung mengeryit. "Dia menelponmu?!"
Suzy mengangguk. "Wae? Solma-"
"Dia melihatku jalan dengan Yerin kemarin."
"Hya!! Kim Taehyung bodoh!!!"
"Aish...aku juga tidak tahu..arghh...padahal aku sudah berniat mengajaknya berkencan."
"Aish...kau bodoh sekali." Suzy mengerucutkan bibirnya, sebal.
"Bagaimana lagi, aku juga tidak tahu. Aku dan Yerin kan hanya pergi makan siang. Tapi...kau tahu sendiri, Yerin itu orangnya mudah bergaul dan ramah. Jadi-"
"Setidaknya jangan biarkan dia menyentuhmu sesukanya." Suzy berdecak, sedangkan Taehyung mengerjab, takjub.
"Wah, bagaimana kau bisa tahu?"
Suzy memutar dua bola matanya. "Jinca...kita sudah saling mengenal sejak SHS, tentu saja aku tahu. Kau kan paling suka disentuh-sentuh."
Taehyung mencebik.
"Baiklah...aku mengaku salah. Lalu apa yang harus aku lakukan?"
"Tentu saja meminta maaf. Kau ini bodoh atau apa!" Suzy sudah mulai kesal, membuat beberapa pengunjung cafe menatap ke arah mereka. Taehyung hanya tersenyum kecil, membuat beberapa yeoja di sana saling bisik karena si tampan mulai tebar pesona.
"Jangan sok tebar pesona."
Taehyung mengerucutkan bibirnya. "Minta maaf bagaimana, kan aku dan Jenny belum memulai hubungan."
"Ahh...benar juga."
"Kalau begitu-bilang saja-"Ponsel Suzy tiba-tiba bergetar, membuat yeoja itu segera mengangkatnya. Alisnya mengeryit. Sehun?
Yoboseyo, Sehun-ada apa?
Hanya mengingatkan, kau harus menjemput Jisung juga Chenle
Suzy terdiam. Astaga...hampir saja dia lupa.
Omo! Untung kau mengingatkan, gumawo Sehun~ah.
Emm-ya. Suzy?
Ya?
Apa-kau-malam ini sibuk?
Hah?
Maksudku-aku ada undangan makan malam dengan salah satu kolegaku, kalau kau tidak keberatan, apa kau mau menemaniku?
Astaga...bagaimana ini, bahkan desain yang ia kerjakan belum selesai.
Emm-baiklah.
Jeongmalyo?
Ne? I-iya...aku akan menemanimu.
Gumawo. Ah iya, apa kau perlu aku jemput dengan anak-anak.
Ne? Ah-tidak usah. Aku-bisa memakai taksi. Sambil melirik Taehyung, membuat namja itu melotot.
"Mwoya, sejak kapan sopir taksi setampan aku."
Baiklah. Josimhae.
Ne.
TUT."Nugu?"
"Sehun."
Taehyung mengangguk. "Namja yang kau bilang punya tujuh kurcaci itu ya?"
"Ya. Tapi kau tahu, kupikir kita lebih beruntung dari ketujuh anak itu."
"Maksudmu?"
"Sesibuk-sibuknya ayahku, ataupun ayah dan ibumu, setidaknya mereka masih meluangkan waktunya untuk berlibur atau berkumpul bersama-ya, walaupun ayahku sangat otoriter, tapi aku menyayanginya. Sedangkan mereka, kedua orang tua mereka bahkan menitipkan anak-anaknya pada paman dan bibinya."
"Wah...sok sekali, mereka yang membuat tapi tak mau repot-repot membesarkan."
Suzy mengangguk, mengiyakan. "Keundae Tae, apa kau mau mengantarku menjemput anak-anak?"
"Ne? Anak-anak?"
Suzy mengangguk. "Iya. Jisung dan Chenle. Kau tahu, mereka bersekolah di sekolah kita dulu. Hanlim."
--Suzy sudah berdiri di depan mobil Taehyung, sedangkan namja itu sibuk mengobrol dengan salah satu sunbae mereka, Kim Namjoon, yang setahu Suzy adalah ketua geng Taehyung-juga cucu dari pemilik sekolah.
Suzy segera melambai ke arah Chenle begitu mendapati namja berpipi gembul itu keluar dari gerbang sekolah.
"Nuna!" Remaja itu berlari ke arah Suzy.
"Bagaimana sekolahmu?" Suzy mengusap sayang kepala Chenle.
"Menyenangkan. Tapi, sedikit membosankan karena guru Bahasa Inggrisnya tak datang. Eoh, nuna-membawa mobil?" Chenle menatap heran mobil keluaran terbaru di depannya.
"Tidak. Ini milik temanku, itu."
Chenle menoleh, mengikuti arah telunjuj Suzy. Dilihatnya dua orang namja yang tengah berbincang. "Yang-memakai cardigan biru?"
"Eoh, maja, eotohke ara?"
Chenle tersenyum bangga, "Geurom..aku tidak yakin nuna mau dengan Pak Kim, walaupun dia muda dan pintar, tapi dia itu aneh. Dan lagi, kalau nuna memang dekat dengan Pak Kim, dia pasti akan menyapaku dan Jisung kalau bertemu."
Suzy tersenyum . "Aigoo..hipotesismu itu. Keundae, laki-laki bercardigan biru itu juga Kim."
"Ne?"
"Kim Taehyung."
Sesudahnya dua orang itu juga larut dalam pembicaraan, sampai Jisung datang, sekitar sepuluh menit setelah Chenle keluar. "Jisung~ah!" Chenle, seperti biasa, berteriak dengan suara lumba-lumbanya.
"Nuna!" Jisung berlari memeluk Suzy, membuat Chenle mencebik, kan dia yang memanggil, kenapa malah pengasuhnya yang dipeluk.
"Eh?" Suzy sedikit terkejut. Tapi kemudian ia memeluk remaja itu, netranya menatap Taehyung yang kini berjalan ke arah mereka.
"Anyeong." Suara bass itu membuat Jisung melepaskan pelukannya. Namja itu menatap Taehyung di hadapannya dengan tatapan heran. "Nugu?" Jisung menatap ke arah Suzy.
"Temanku. Kim Taehyung. Tadi kami baru saja keluar bersama, jadi dia mengantarku kemari."
Chenle dan Jisung hanya mengangguk. "Nuna, kajja."
Dan tanpa menunggu si pemilik mobil, dua anak itu sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil, membuat Suzy meringis. Tapi tidak dengan Taehyung, namja itu malah terkekeh. "Mereka menggemaskan."
"Ya. Sebenarnya, sangat menggemaskan."
"Mau makan siang bersama? Kita ke cafe Myungsoi hyeong, dia baru saja membuka cafe di sekitar sini."
"Jinca? Ka-"
"Nuna~" Chenle merengek dari dalam mobil, membuat kedua orang dewasa itu segera masuk.
Suasana di mobil menjadi hening, Chenle dan Jisung sejak tadi hanya saling tatap lalu keduanya menatap tajam ke arah Taehyung.
"Hei..aku ini bukan penjahat. Kenapa kalian memperhatikanku seperti itu." Kekeh Taehyung.
Jisung mendengus, sedangkan Chenle memutar kedua bola matanya.
"Kami tidak mengenalmu."
Suzy terkekeh. "Sasil.. Taehyung adalah sahabat SHS ku, kalian tahu, dia adalah murid terbaik di angkatannya. Dia dulu bersekolah di sekolah kalian."
Jisung dan Chenle saling tatap. "Ne?"
"Keundae, bukankah nuna bukan dari Seoul? Kenapa bisa bersahabat dengan paman ini?" Chenle menunjuk ke arah Taehyung.
"Mwoya...aku masih muda, kenapa kalian memanggilku paman, hyeong, panggil aku hyeong."
"Shireo." Jisung menolak.
"Eish...anak ini. Baijlah, sesukamu saja."
"Ahh...itu." Suzy menoleh ke arah Taehyung, meminta bantuan. "Kami bertemu di lomba lukis nasional, maja Tae?"
"E-eoh. Tapi dia kalah denganku, aku juara satu dan dia juara kedua."
Jisung dan Chenle mengangguk.
"Kalian mau makan siang?" Taehyung tersenyum ke arah belakang, menatap dua anak itu dari kaca di atas dashboard.
"Kami sudah makan siang, lagipula ini sudah jam 5 sore."
"Kalau begitu-cake? Muffin? Atau-es krim?" Taehyung tersenyum lebar, membuat dua anak itu saling tatap.
"Karena paman memaksa, baiklah." Jawab Chenle, membuat Suzy terkekeh.
"Kajja..." ucap yeoja itu.
**"Gumawo Tae." Suzy membuka pelan pintu mobil, sambil menatap ke kursi belakang, dua kurcacinya sedang tertidur.
"Tak mau kubantu?"
Suzy menggeleng, "Tidak usah. Aku akan membangunkan mereka saja. Aku tidak mau ada yang mengenali calon pemilik rumah sakit terbesar di Seoul ini."
Taehyung mendengus. "Terserah. Tapi...kapan-kapan ayo jalan-jalan lagi, tapi ajak mereka ya?" Taehyung menatap Suzy dengan aegyonya. Membuat yeoja itu menatapnya risih.
"Mwoya, ekspresimu itu."
"Ya-ya-jebal.."
"Aku tanyakan ke mereka, sudah. Aku mau bangunkan mereka dulu. Chenle ...ireona." Suzy mengusap lembut pipi remaja di depannya.
"Nuna....sudah sampai.?" namja itu terbangun, lalu dijawab anggukan oleh Suzy. "Jisung~i...ireona." Chenle menggoyangkan tubuh Jisung, lalu anak itu ikut terbangun.
"Kajja, turunlah, kita sudah sampai." Suzy menuntun Chenle, lalu Taehyung membantu Jisung.
"Aigoo..kau lucu sekali, jadi adikku mau tidak?" Taehyung mencubit gemas pipi Jisung, kemudian dibalas tatapan aneh dari anak itu.
Taehyung terkekeh, "Selamat malam."
"Paman..gumawo." Kedua anak itu melambai ke arah Taehyung yang sudah berada di dalam mobil.
"Ittabwa!"
---Jeno baru saja turun dari kamarnya dan langsung berlari kecil begitu melihat Suzy dan Chenle membawa dua kotak besar pattiserie yang berisi bermacam-macam cake. "Oh! Ppang!"
Jeno segera mendekat ke arah Chenle, mengambil kotak kue di tangan Chenle, membiarkan anak itu merebahkan tubuhnya di sofa ruang keluarga.
"Mwoha?" Haechan kini turun bersama Jaemin.
"Wah! Kim Pattiserie!" Jaemin memekik girang. Ya. Semenjak Suzy mengurangi kopi untuk Jaemin, anak itu sudah mulai bisa menerima, apalagi Suzy selalu memberikannya susu nabati, membuat namja itu merasa diperhatikan.
"Nuna membelinya? Sebanyak ini?" Haechan membuka kotak kue yang diambil dari Suzy.
"Tidak, tadi temanku yang membelinya. Dia menitipkannya untuk kalian."
"Teman?" Haechan menaikkan satu alisnya.
"Eoh. Taehyung samchon." Itu suara Chenle.
"Samchon?" Jeno menatap ke arah Suzy. Gadis itu terkekeh.
"Jisung dan Chenle belum begitu mengenal Taehyung, jadi mungkin karena belum akrab, ia memanggilnya samchon."
"Keundae, kenapa membeli kue sebanyak ini. Kim Pattiserie? Ini kesukaan yimo." Jaemin menunjuk semua kuenya.
Suzy hanya tersenyum, tak mungkin kan dia bilang kalau dia bersahabat dengan adik pemilik Kim Pattiserie?
"Kalian sudah makan?" Suzy melepas tasnya, meletakkannya di atas meja kounter.
"Ajik. Hyeong bilang kita akan pergi ke acara jamuan makan malam, jadi untuk apa memasak." Jaemin mengekori Suzy.
"Eoh, kalian semua ikut?"
Jaemin menggeleng. "Hanya aku, Jeno, juga Haechan."
"Baiklah, kalau begitu kalian bersiap-siaplah, nuna akan memasak makan malam untuk Jisung dan Chenle. Apa Mark dan Renjun sudah pulang?"
Jaemin menggeleng. "Sehun hyeong sudah pulang."
"Sehun?"
Jaemin mengangguk. "Tadi hyeong sempat keluar untuk membukakan pintu, tapi tak sampai satu menit, dia naik ke kamarnya lagi."
Suzy terdiam. "Ahh...begitu. geurae. Jaemin~nie, tolong suruh Jisung dan Chenle mandi, setelah itu bersiap makan malam. Nuna akan membuat udon untuk mereka."
Jaemin mengangguk. "Aegi!! Kajja...bersihkan tubuh kalian."
Suara Jaemin membuat Suzy terkekeh. Tapi..tunggu, Sehun? Namja itu berniat membukakan pintu? Apa dia melihat Taehyung tadi? Ah...kenapa ia jadi berfikiran aneh. "Mwoya, apa yang aku pikirkan, lebih baik aku melanjutkan memasak setelah itu bersiap-siap."~~~tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Around the Dwarfs
FanfictionSuzy tidak tahu kalau keputusannya untuk meninggalkan kehidupannya yang seperti putri akan begitu menyiksa. Belum lagi ia harus berinteraksi dengan para kurcaci berwajah malaikat tapi berkelakuan seperti iblis kecil. "Ahhh!!! Aku bisa gila!" -Suzy...