Suzy menutup rapat pintu layer luar tenda yang digunakan Jisung dan Chenle untuk tidur. Gadis itu juga memperbesar nyala lampu api unggun elektrik yang ada di luar tenda.
"Kenapa kau suka sekali membuatku khawatir."
Suzy tersentak ketika sebuah selimut menutup bahunya. "Sehun?"
"Kau fikir Taehyung?"
Suzy terkekeh. "Taehyung tak pernah memberikan selimut dengan cara seperti ini, terakhir kali kami tidur bersama, dia bahkan melempar selimut ke arahku dan memintaku tidur di sofa."
"MWO?! TIDUR BERSAMA?! YA!-" BUGH! Suzy memukul kaki Sehun. "AKH!"
"Kecilkan suaramu! Kau bisa membangunkan mereka!" Suzy menunjuk ke dalam tenda.
Sehun hanya bisa menghela nafas. "Arasseo...mian."
"Sudahlah, ayo masuk, di sini dingin- eoh!"
Sehun menarik tangan Suzy, membuat gadis itu tersandung selimut yang diberikan Sehun dan berakhir dengan ia jatuh ke belakang. "YA!" Suzy menatap garang ke arah Sehun, namja itu bukannya segera menolong tapi malah menatap Suzy dengan wajah memerah, menahan tawa.
"Ishh! Kenapa tidak menolongku!" Gadis itu beranjak, tapi malah hampir terjerembab lagi jika saja Sehun tidak segera menahan kedua bahunya.
"Aku baru tahu kalau kau ceroboh."kekeh namja itu. Suzy hanya mendengus. Sebal.
"Selimut ini terlalu panjang-Sehun?" Suzy mengerjab, antara gugup dan heran saat Sehun secara tiba-tiba menggendongnya.
"Diam saja, aku tidak mau melihatmu berbuat hal ceroboh lagi."
Suzy hanya diam, menundukkan wajahnya supaya Sehun tak melihat kalau wajahnya sudah memerah. Keduanya kini memasuki kamar Suzy, tanpa tahu kalau Jaemin dan Hao melihat sepasang muda mudi itu.
"Hyeong...kenapa Sehun samchon menggendong imo?" Hao mendongakkan kepalanya ke Jaemin. Namja itu hanya terdiam, berusaha mencari jawaban yang terdengar logis bagi anak sekecil Hao. Dalam hati, ia juga merutuki kedua orang itu yang dengan santainya melakkukan aksi 'romansa drama' tengah malam.
"Emm...itu- mungkin Suzy imo ketiduran." Jaemin tertawa hambar sambil menuntun Hao ke dapur, anak itu meminta susu tadi. Jaemin sebenarnya mau menanyakannya pada Yoongi, tapi pria itu sudah terlelap.
"Kenapa tidak dibangunkan? Appa selalu membangunkanku saat aku tidur di depan tv, lalu menyuruhku berjalan ke tempat tidur." Hao bermonolog dengan Jaemin yang sibuk mendudukkannya di kursi makan. Jaemin meringis. Uh! Ia baru tahu kalau Hao itu kritis sekali.
"Karena Hao adalah namja, jadi Hao harus bisa mandiri. Suzy imo adalah wanita, jadi tentu saja itu berbeda, mengerti?" Jaemin membuka kulkas dan mengambil dua kotak susu dari dalam sana.
"Kenapa berbeda?" Tanya anak itu, ingin tahu.
Jaemin menghela nafas. "Karena wanita itu spesial. Jadi...emm, Hao harus menjaga dan menyayanginya dengan baik. Algaetji?"
Hao mengangguk paham. "Berarti aku bisa memperlakukan Jaejaem seperti itu?"
Jaemin mengernyit sembari menuangkan susu ke dalam gelas, untuknya dan Hao.
"Jaemjaem?"
"Ne. Anak teman appa namanya Jaemjaem. Uri yeojachingu." Hao menerima susu dari Jaemin lalu meneguknya.
"Uhuk!! Yeo-yeojachingu?" Jaemin tersedak susu yang ia minum, terkejut, tentu saja. Dia saja belum pernah berpacaran, tapi anak sekecil Hao? Luar biasa.. Dunia benar-benar kejam.
"Ne. Yeoja yang aku sayangi dan harus aku jaga."
Jaemin menepuk dahinya. "Aigoo...sepertinya susu anak-anak sekarang kandungannya terlalu berat."
--Suzy menatap wajah Sehun yang kini terlelap di sampingnya. GREP. Satu tangan Sehun dengan mudah menarik tubuh Suzy merapat ke arahnya. Ya. Ini kali kedua mereka tidur bersama. Hanya tidur- ingat.
"Cepat tidur, ini sudah hampir pagi." Sehun bergumam pelan.
"Sehun..."
"Hem?" Namja itu masih memejamkan kedua matanya.
"Kau- benar-benar menyukaiku?"
Mendengar pertanyaan Suzy, namja itu segera membuka kedua matanya.
"Tidak. Aku sudah tidak menyukaimu."
Suzy terdiam, menunggu kelanjutan kalimat Sehun. "Aku benar-benar menyayangimu Suzy. Aku mencintaimu."
"Tapi aku harus pergi. Dan itu cukup lama Sehun."
"Aku bisa mengunjungimu di sana, kenapa kau tiba-tiba seperti ini, huh? Lagipula bukankah ada video call? Kita bisa lebih sering menghubungi satu sama lain. Tiga tahun tidak lama Suzy...percayalah."
Suzy mengangguk. "Aku hanya takut."
"Kau ragu?" Sehun menatap kedua manik Suzy. Gadis itu mengangguk.
"Aku takut kau pergi."
Sehun tersenyum lembut. "Aku tidak akan pergi. Atau...haruskan kita membuat Sehun junior dulu?!" Goda Sehun. Lalu Suzy terkekeh, menyembunyikan kepalanya di dada bidang Sehun.
"Jangan berlebihan Sehun." Kekeh Suzy.
"Baiklah...cepat tidur." Sehun mengusap pucuk kepala Suzy, memberikan kecupan kecil di sana.
***Haechan dan Renjun tengah menyiapkan sarapan. Jaemin? Anak itu ternyata ikut bergabung tidur di tenda dengan Hao, membuat Jisung dan Chenle terkejut saat bangun tadi. "Uhh...pantas saja seperti ada yang memeluk, ternyata Jaemin hyeong." Keluh si maknae saat ia menikmati susu buatan Haechan.
Chenle mengangguk. "Hao juga, anak itu terus mendusal di perutku."
Renjun terkekeh. "Itu artinya perutmu hangat, banyak gelembung lemaknya."
"Hyeong~."
"Eoh?" Yoongi terkejut saat mendapati remaja-remaja itu sibuk di dapur.
"Anyeonghaseyo." Keempatnya menyapa bersamaan, membuat Yoongi tersenyum, membayangkan begitu ramainya rumah keluarga Oh setiap harinya.
"Kalian memasak?" Pria itu mendekat ke dapur.
"Ne. Suzy nuna sepertinya belum bangun." Renjun tersenyum sopan. Berbeda dengan Haechan.
"Sepertinya mereka tidur bersama lagi." Cibir namja itu, membuat Renjun melotot lalu memukup mulut lemas saudara sepupunya itu.
Yoongi? Tentu saja ia terkejut. Jisung dan Chenle? Keduanya sudah sibuk bermain ring basket yang ada di sudut ruangan.
"Geurrae? Ahh...duduklah, aku akan buatkan sarapan untuk kalian." Yoongi mendekat ke arah Renjun.
"Gwaenchana.., kami-"
"Kau mau membuat roti isi kan? Bangunkan saja yang lain, hem?"
Renjun dan Haechan saling tatap lalu mengangguk. "Ne. Gamsahabnida."
Yoongi terkekeh. "Tak perlu seformal itu, panggil aku hyeong saja."
Haechan mengangguk. "Ne hyeong." Remaja itu lalu bergegas ke tenda, membangunkan Hao dan Jaemin. Sedangkan Renjun masih terdiam di sana.
"Hyeong..."
Yoongi menoleh. "Wae?"
"Apa...itu mungkin?" Lirih Renjun. Yoongi menghentikan kegiatannya memotong selada. "Aku akan berusaha."
"Benarkah?"
Pria itu mengangguk. "Mungkin aku akan membutuhkanmu juga, keterangannya akan lebih membantuku karena umurmu sudah hampir 20 tahun."
"Gumawo hyeong..." Renjun menunduk.
"Eishh...masih pagi, jangan menangis. Ppali, bangunkan yang lain."
Renjun mengangguk. "Ne."
Yoongi tersenyum tipis melihat kepergian Renjun. "Aku tidak paham jalan pikiran kedua orang tua mereka...mereka terlalu muda untuk merasakan hal-hal seperti ini.."TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Around the Dwarfs
FanfictionSuzy tidak tahu kalau keputusannya untuk meninggalkan kehidupannya yang seperti putri akan begitu menyiksa. Belum lagi ia harus berinteraksi dengan para kurcaci berwajah malaikat tapi berkelakuan seperti iblis kecil. "Ahhh!!! Aku bisa gila!" -Suzy...