BS : 33

75 13 1
                                    

Melepaskan S.coups 

Atau pergi meninggalkan Jong Hyun sejauh mungkin.

Pilihan mudah.

Namun sekarang, memilih orang yang gue cinta

atau menyelamatkan dua orang wanita serta hidup seorang janin adalah yang terpampang di depan mata.

Jika gue ninggalin S.coups, Teh Raina dan janinnya terselamatkan.

Riza dan hatinya... mungkin akan bisa sedikit terobati. Dan jika S.coups kembali bersama Riza makan nyawa pemuda itu pun akan aman.

Jika ada pilihan untuk menghilangkan diri gue sendiri pasti ini yang gue pilih.
Namun itu egois.

Terlalu banyak orang yang gue sayang dan sekarang bergantung pada keputusan gue.

Air mata menetes tanpa gue perintah. Mengusap foto berbingkai yang banjir linangan air mata gue.

S.coups... kalau dengan aku ninggalin kamu dan Hidup kamu aman. Aku sangat-sangat rela.

Maaf kalau ini egois menurut kamu. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya sejak dulu aku lakukan.

Mengakhiri hubungan kita dan pergi jauh dari hidup kamu.

Gue letakan surat itu di dalam laci nakas di kamar S.coups. setelah merapikan penampilan gue pun turun ke bawah dan menyapa anak-anak SVT yang lagi ngumpul.

WooJi, Vernon, Jun, MinGyu,
The8, Jeong Han dan S.coups
Semuanya girang begitu gue selesai masak, mereka pada berebut kursi saat gue sibuk menata makanan. Sampai tanpa sadar jiwa guru BK gue keluar karena melihat kerusuhan yang anak TK ini ciptakan.

S.coups ketawa dan mengusap rambut gue. "Sabar ih, kamu makin cantik kalau marah bikin aku takut aja." Dia narikin kursi untuk gue.

"Takut kenapa?"

"Takut para bocah punya niat nikung kamu dari aku."

Anjir

Receh banget

Gue cuma bisa blushing dengan pipi merah semerah-merahnya. Anak-anak di pimpin MinGyu yang lempar-lempar daun bawang udah ngecie-ciein ga jelas.

Ga tahan sama atmosfer yang kian memalukan, gue pamit balik ke dapur sembari melepas apron.

Dan tanpa diminta air mata mengucur saat gue mencuci tangan di Wastavel...

Perih, sakit, ini semua terlalu indah untuk jadi kenyataan bukan? Hidup damai di tengah para pangeran yang menjaga lo itu lebih pantas menjadi mimpi

Namun kenapa untuk bangun dari Mimpi ini harus semenyakitkan ini?

&&&

Gue meneguk salivah untuk yang kesekian kali, seorang pemuda berseragam karyawan cafe menghampiri dengan membawa minuman yang gue pesan.

"Silahkan." Ujarnya dingin dengan tatapan tak suka ke gue. WAJAR. Karena SeungKwang masuk kubu sayang Riza garis keraz.

"Makasih." Canggung tapi gue coba memberanikan diri bertanya.

"Riza... apa dia belum datang?"
Gue emang berniat menemui Riza, tanpa janjian.

Gue dateng ke cafe ini karena denger-denger Riza sering mampir kemari. Karena sekarang gadis itu ga kerja di rumah sakit lagi, gue ga tau kenapa tapi kata MinGyu dia lagi fokus pada pengobatannya.

Blue Sky | Kim Jong HyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang