BS : 26

93 15 3
                                    







Mengekori S.coups gue melangkah statis di koridor rumah sakit. Gue denger dari anak-anak svt katanya Riza lagi sakit. Sampai sempat koma juga, hari itu di rumah Svt emang gue sempet mergokin dia muntah-muntah. Gue yakin dia udah sakit sejak saat itu.

Gue ikus S.coups jenguk sekalian mau nyampain terima kasih karena udah bantu gue sembunyiin dari mama Seungcheol hari itu di rumah S.coups.

Tapi niat baik gue ini memang tak beriring pemikiran panjang jika akan ada pihak yang bisa salah paham.







"Untuk apa manusia ular itu kemari."







Hhhhh






See  kalimat apa yang menyambut kedatangan gue. Dino yang gue tahu paling sayang dan nempel banget sama Riza adalah yang paling frontal kalau nyindir gue.

Dan seperti yang seharusnya, berlama-lama di tempat ini membuat adu mulut antara Dino dan S.coups tak terelakan. Padahal gue mah gapapa terus dinyinyirin. Tapi S.coups ga terima, sampai satu bogeman mentah tak tertahan mendarat di pipi Dino sampai pemuda itu tersungkur.

S.coups narik gue keluar dan tak lama teriakan Riza menginginkan untuk di tinggal sendiri terdengar.

Lagi... gue merasa menjadi penghancur hubungan S.coups dengan orang di sekitarnya.
Apa kehadiran gue di samping s.coups emang membawa pengaruh seburuk itu?






Hari yang buruk membuat gue harus exstra menghadapi S.coups yang dalam suasana hati ga bagus. Tetap menemaninya sampai ia terlelap adalah yang teraman. Melihat banyaknya minuman keras di barpantry rumahnya bikin gue ga aman ninggalin dia sendiri.

Bangun dalam pelukan S.coups, wajar dong kalau rasanya nyaman banget. Tapi...

"Hyung! Aku benar-benar tidak mengerti cara berfikirmu!, bagaiman mungkin kau bisa jatuh cinta pada wanita yang bahkan sudah bersuami! Dasar wanita ular tak tahu diri!"


Bohong kalau batin gue ga terluka. Tapi semua sakit dan malu itu gue tahan untuk di bayar dengan detik ini, tetal bisa berada disisi pemuda ini.

Tapi kenapa gue merasa bersalah.





Melepas rengkuhan S.coups, gue segera pergi dari rumahnya.

Kini jong hyun yang terus berputar di otak gue. Entah akan semarah apa orang itu karena gue ga pulang semalaman.

Yah biarpun kami jarang berinteraksi tapi kalau tidurkan sekamar jadi dia pasti tahu kalau malam gue di rumah atau enggak.

Sudah hampir dini hari dan gue masih membeku di depan pintu unit yang amat gue kenal itu masih coba mengumpulkan nyali.

Baru menapaki area rumah gue di paksa nahan napas melihat ruang tamu yang berantakan.

Beberapa vas pecah dan sampahnya berserakan kaya baru di serbu topan.

Pada gagang pintu kamar terdapat darah yang gue asumsikan berasal dari tangan Jong Hyun yang terluka setelah menonjok kaca di runga tamu yang telah retak bergenangan merah.

Seketika tubuh gue meremang, ragu menyentuh gagang pintu dan memutarnya.

Beragam pikiran aneh muncul di piiran gue, tentang apa alasan dan bagaimana kondisi Jong Hyun sekarang.

Menguatkan diri, Pintu pun terbuka. Tak jauh beda dari ruang tamu, kamar pun sama kacaunya.

Seonggok tubuh tergeletak di atas kasur,

deru nafas teratur seketika melegakan hati gue.

Jong Hyun tertidur di tempat tidur dengan pose ga benar, gue angkat kakinya yang menggantung. Kemudian Menyentuh hati-hati tangannya yang terluka menghantam kaca.

"Sebenernya lo kenapa sih bang." Ujar gue pelan. Tapi sepetinya mengganggu pendengaran Jong Hyun.






Matanya terbuka, pandangannya sendu menusuk relung batin gue sampai yang paling dasar.

Kenapa lo mandang gue seolah gue orang yang udah nyakitin elu?

Kan .... ga .... mungkin.






Jong hyun beringsut bangun, buruan gue tahan.

"Mau kemana? Lo luka, biar gue obatin dulu."

Jujur, gue ga berani nanya apa penyebab dari ini semua karena takut ... kalau gue beneran adalah alasan dia sampai marah begini.

Dia hentak tangan gue tapi tetep kembali gue tahan buat pergi.
Dia balik badan dan nampar muka gue tiba-tiba.



Terkejut? Pasti.



Saking syoknya badan gue sampai limbung jatuh ke lantai. Sumpah, gue ga percaya Jong hyun bisa setega ini.

Dia narik badan gue bangun ga ada lembut-lembutnya sama sekali, tatapan mata sendu yang melemahkan perasaan gue tadi udah hilang berganti dengan pandangan penuh amarah.

Dia lempar badan gue ketempat tidur. Dengan cepat menindih gue yang mulai gemetar ketakutan.

"Bang, lo mau apa? Jangan-bang-Ja-Jangan..."

Dan seperti yang kalian bayangkan.




Semua perlawanan gue sia-sia di bawah kim Jong Hyun yang seperti bukan orang yang gue kenal.

Dia nyobek baju gue dan mencumbu tanpa rasa.

Seperti sudah di butakan nafsu berselimut emosi  Jong hyun tak sedikitpun menghiraukan tiap penolakan gue.











"Akhhh!"














Dan akhirnya Jong Hyun berhasil
... merenggut apa yang selama ini telah mati-matian gue jaga.








"Da-darah?"









Nafas gue masih tertahan merasakan perih yang mulai menjalar. Punggung gue yang sempat terangkat kembali mencium permukan sprei. Air mata merembes begitu saja.

"Sssakit... hiks hiks"















"Kamu--kamu... "






"Masih perawan?"













-TBC-


No faedah banget anjirrr~
🙈🙈🙈


Author... no Comment~



*210119*

-Im_inlove09💞💞










💙Let's Voment juseyo~~💙

Blue Sky | Kim Jong HyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang