Meninggalnya Kakak dan Nenekku

2.4K 96 2
                                    

Awal tahun 2008 kakakku mulai menempati salah satu kamar yang ada dirumahku. Kakakku menempati kamar yang sebelumnya aku tempati. Kamar itu berada di sebelah timur, dan tepat didepan kamar ada pohon jambu air yang aku tanam.

Kakakku pindah kerumahku, karena diminta oleh Ayahku untuk tinggal bersamanya. Saat itu kakakku mulai sakit-sakitan di usianya yang sudah menginjak usia 37 tahun, mungkin itu alasan kenapa ayahku memintanya pindah ke rumahku.

Kakakku itu orangnya cuek sama lawan jenisnya, sama persis seperti aku sifatnya. Walaupun kami kakak beradik, tapi jarang sekali kami mengobrol, bahkan jika bertemu di jalan saja, kami hanya tersenyum tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari bibir kami.

Tepat di akhir Mei tahun 2008, Kakakku jatuh sakit dan Dokter mendiagnosis kakakku mempunyai kelainan katup jantung. Saat itu kondisi kakakku sudah komplikasi, jadi tidak ada harapan lagi untuk sembuh.

Sebelum kakakku sakit, aku bermimpi ada perempuan berjilbab hitam, yang duduk disamping kakakku yang sedang terbaring di tempat tidurnya. Entah apakah mimpi itu adalah sebuah pertanda untukku, karena tepat seminggu setelah mimpi itu, kakakku yang sedang dirawat di RS Assobirin, akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir pada tanggal 08 Juni 2008.

Semenjak kepergian kakakku, rumahku kembali sepi, karena hanya tinggal aku, ayah, ibu dan nenekku. Kamar almarhum kakakku juga tidak pernah lagi di tempati, dan dibiarkan kosong begitu saja. Akupun tidak berani menempati kamar itu, karena belum terbiasa tidur sendiri.

Setahun setelah kepergian almarhum kakakku, tepatnya bulan Juli 2009 nenekku meninggal dunia diusianya yang sudah genap 90 tahun. Bertambah sepilah rumahku, karena hanya tinggal aku, ayah dan ibuku. Begitu lama kamar almarhum kakakku tidak ditempati, akhirnya ayahku memutuskan untuk menyewakan kamar almarhum kakakku. Ayahku merenovasi kamar almarhum kakakku, dan menjadikannya sebuah kontarakan dengan satu kamar tidur, ruang tamu dan dapur juga kamar mandi.

Setelah di renovasi, kamar almarhum kakakku tidak kunjung ada yang menyewanya. Ibuku meminta bantuan orang pintar untuk melihat kamar almarhum kakakku. Dari orang pintar itu, Ibuku diberitahu bahwa kamar itu ada pengunggunya, dan tidak suka jika ada yang menghuni. Lewat orang pintar itu, akhirnya tidak lama ada yang mau menempati kamar itu.

Tiga tahun tahun berlalu, semenjak kepergian almarhum kakakku, Ayahku mulai sakit-sakitan. Mungkin ayahku banyak pikiran, karena hanya aku sekarang, yang bisa diandalkannya. Seperti biasanya jika ada anggota keluargaku yang sakit, aku pasti mengalami mimpi dengan mahluk-mahluk tak kasat mata.

Juni tahun 2011 penyakit asam lambung ayahku kambuh, dan harus dirawat di Rumah Sakit. Beberapa hari berada di Rumah Sakit, Ayahku tidak menunjukkan perubahan, bahkan semakin merasa kesakitan. Sampai akhirnya ibuku memutuskan untuk memanggil orang pintar, sebut saja namanya Bpk. Suroto.

Datanglah Pak Suroto ke Rumah Sakit dengan membawa sebotol air mineral, yang sudah dibacakan doa-doa. Pak Suroto membasuhkan air itu ketubuh ayahku, juga menyuruh ayahku meminumnya. Tidak lama Pak Suroto mengajakku keluar ruang perawatan dan mulai menasehatiku,

"Ayahmu sakit karena banyak pikiran, dan itu yang membuat asam lambungnya naik, dan semua itu masalahnya ada di kamu Salwa" Pak Suroto menjelaskan padaku.

"Maksud Bapak! Ayah sakit karena memikirkan aku?" Tanyaku pada Pak Suroto.

"Iyah, Ayahmu terlalu memikirkan kamu! Jika kamu mau menuruti keinginan ayahmu, InsyaAllah ayahmu akan segera pulih" jawab Pak Suroto.

"Memang ayahku punya keinginan apa Pak?" Tanyaku bingung.

"Masa kamu tidak tahu sih, Bapak yakin kamu paham maksud bapak" jawab Pak Suroto tersenyum.

Aku hanya terdiam merenungi perkataan Pak Suroto tersebut, dan aku berpikir mungkinkah ayahku sakit, karena sampai saat ini aku belum juga menikah!" batinku mulai bertanya-tanya.

Saat itu memang usiaku sudah tidak muda lagi, usiaku sudah memasuki tahun ke 29, tapi memang belum ada tanda-tanda aku ingin menikah. Saat itu aku masih berpacaran dengan suamiku ketika ayahku jatuh sakit, namanya Nople. Aku dan Nople hanya terpaut usia 1 tahun, aku juga lebih tua darinya.

Setelah berpikir lama, akhirnya aku memutuskan untuk segera menikah dengan Nople, dan aku langsung mengutarakan niatku saat itu juga kepada ayahku yang sedang terbaring di Rumah Sakit.

"Ayah, jika memang ayah menginginkan aku untuk segera menikah, bicara saja terus terang, Aku pasti akan menuruti keinginan ayah!" ucapku sambil menangis, dan memeluk ayahku.

"Kamu sudah cukup umur untuk menikah, Ayah memang menginginkan kamu untuk segera menikah" balas Ayahku dan ikut menangis.

Ibuku yang saat itu berada di sana, ikut menangis dan kami menangis bersama.

Mahluk Hitam Itu Menyukai PutrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang