Mahluk Hitam Itu Pergi Meninggalkan Rumahku

855 35 2
                                    

"Enggak apa-apa mbak, yang penting macannya enggak ganggu. Sebenarnya semalam waktu mba ke rumah Anay, ada beberapa penunggu rumah yang ikut kesini, mereka mau tau mbak ngapain kerumah Anay. Mereka juga minta izin buat ikut masuk ke dalam rumah Anay, ya Anay persilahkan mereka masuk. Dan mereka juga berusaha buat nyerang Anay, tapi masih bisa Anay tanganin. Sengaja semalam itu Anay enggak cerita sama mbak Salwa, takut mbak kepikiran" jawab Anay.

"Iya Nay untung kamu enggak cerita, karena aku penakut orangnya, he..he.., terus si hitam gimana Nay sudah pergi atau masih ada di rumah?" tanyaku penasaran.

"Jam 1 pagi pemimpinnya datang ke rumah Anay juga mbak, si hitam itu meminta agar tetap bisa tinggal di rumah mbak dan berjanji tidak akan mengganggu lagi, tapi sama ayah Anay tidak diizinkan, mereka semua harus pergi dari sana malam itu juga. Mereka semua mau pergi kok dari rumah mbak Salwa" jawab Anay.

"Alhamdulillah Nay kalau mereka sudah pergi" balasku.

"Mbak Salwa jangan terlalu mikirin si hitam yah, biar urusan si hitam Anay yang tanganin dan InsyaAllah rumah mbak Salwa masih Anay pantau kok dari sini" kata Anay di WA.

"Iya Nay, terima kasih yah" balasku.

"Sekarang mbak konsen aja sama Kirani yang lagi sakit, terus kalau bisa Kirani kasih minyak wangi yang semalam Anay berikan, soalnya Anay lihat di RS lebih banyak lagi MGnya" kata Anay.

"Oh begitu ya Nay, memang sih disini suasananya bikin bulu kuduk merinding" balasku.

"Iya mbak, semoga Kirani cepet sembuh ya mbak, maaf Anay belum bisa jenguk kesana" kata Anay.

"Aamiin, iya Nay tidak apa-apa. Terima kasih ya sudah mau dengerin curhatan aku" balasku.

"Iya mbak sama-sama, oh ya mbak amplop yang semalam mbak titip ke Anay sudah Anay berikan ke anak Yatim yah, dan air mawarnya juga sudah digunakan untuk jiarah ke makam pagi ini. Semoga menjadi berkah buat mbak sekeluarga". anay mengirimkan foto anak yatim tersebut ke WA aku.

"Terima kasih banyak ya Nay," tanpa terasa air mataku mengalir melihat foto anak yatim itu, pedih rasanya melihat anak itu, anak sekecil itu sudah menjadi yatim.

Suamiku datang dengan membawa semua kebutuhan Kirani untuk di ruang NICU, Aku dan suamiku segera memberikannya kepada suster di sana. Suamiku juga membawa makanan untuk kami sarapan pagi itu.
Sambil sarapan pagi, aku dan suamiku kembali membahas kondisi Kirani.

"Gimana ya yank keadaan dedek sekarang?" tanyaku kepada suamiku.

"Ya semoga sudah membaik Bun, kamu jangan terlalu panik, kita berdoa saja semoga dedek tidak apa-apa" jawab suamiku.

"Ibu mana sih yank, tidak panik lihat putrinya seperti itu" ucapku.

"Aku ngerti Bun, aku juga sedih tapi dedek kan sekarang sedang diobati, kita pasrahkan saja kepada Allah Swt. Tadi dirumah ayah nanya dedek gimana keadaannya! aku bilang aja enggak apa-apa. Takut Ayah kepikiran, aku juga bilang kalau mau ke RS telpon dulu" balas suamiku.

"Iya Yank, ayah sama ibu jangan dikasih tau dulu takut kepikiran, ibu kan punya darah tinggi sedangkan ayah ada asam lambung, kalau banyak pikiran takutnya penyakitnya kambuh" ucapku.

"Ya karena itu aku tidak kasih tahu tadi Bun" balas suamiku.

"Yank tadi aku ada WA ke Anay, aku ngasih tau kondisi Kirani sama Anay, sekalian tanya apakah si hitam sudah pergi. Terus kata Anay si hitam sudah pergi dari rumah yank" ucapku.

"Alhamdulillah kalau si Hitam sudah pergi" balas suamiku.

"Apa kita pindah rumah aja Yank, kasian dedek kalau sakit-sakitan terus" ucapku memberi saran.

"Ya kalau memang itu yang terbaik, nanti aku cari kontrakan" balas suamiku.

"Kalau bisa secepatnya Yank, sebelum dedek pulang dari RS kamu sudah dapat kontrakan" ucapku lagi.

"Iyah semoga ada kontrakan yang kosong dan cocok" balas suamiku.

Sambil menunggu jam besuk ruang NICU dibuka, aku dan suamiku hanya duduk-duduk diruang tunggu, kadang merebahkan badanku sekedar melepas lelah.

Tidak terasa waktu cepat sekali berlalu dan jam besuk pun tiba. Di luar ruang NICU sudah ada beberapa ibu-ibu yang juga menunggu disana. Setelah pintu dibuka, aku masuk ke dalam menemui Kirani, sedangkan suamiku menunggu diluar karena hanya boleh satu orang yang menjenguk. Jadi aku dan suamiku bergantian menjenguk Kirani.

Didalam aku melihat Kirani sedang tertidur, aku masuk keruang rawatnya. Tapi aku hanya bisa melihat Kirani, aku tidak berani membelainya takut Kirani terbangun. Aku tidak lama diruang rawat Kirani, aku harus bergantian dengan suamiku. Suamiku juga tidak lama didalam, karena tidak tega melihat Kirani dengan alat-alat medis itu.

Siang itu ayah-ibuku dan Athifa menelpon aku, dan mengatakan mereka sudah berada di RS, lalu suamiku menjemput mereka di bawah, karena ayah-ibuku belum tahu ruangan Kirani dirawat. Sesampainya kedua orang tuaku diluar ruang rawat Kirani, aku menjelaskan dengan hati-hati dan perlahan-lahan mengenai kondisi Kirani, karena tidak mau membuat mereka khawatir.

Ayah dan ibuku mau mengerti dengan semua penjelasanku, pertama ibuku yang menjenguk Kirani baru setelah itu ayahku.
Saat ayahku menjenguk, Kirani terbangun dan menangis, Kirani terus saja memanggilku, tapi tidak mau juga ditinggal oleh kakeknya.

Aku diperbolehkan masuk oleh Suster karena melihat Kirani menangis. Didalam aku memangkunya dan mencoba menghentikan tangisannya. Tapi Kirani tetap saja tidak mau berhenti menangis, dan terus meminta susu kepadaku. Tapi suster tetap saja belum mengizinkan Kirani untuk minum susu.

Mahluk Hitam Itu Menyukai PutrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang