Kami pun pulang dari Festival lampion, aku dan fielup berjalan beriringan sampai di pertigaan arah rumahku, dan kami berpisah disana. Karena stok susu Kirani kebetulan habis, sebelum pulang ke rumah aku mampir ke toko susu.
Tapi ketika selesai dari toko susu, Athifa meminta kami mampir ketempat mandi bola. Begitulah Athifa, pasti selalu menagih janjiku dan aku pun menurutinya untuk mandi bola. Athifa tidak mau main sendiri disana, ia berusaha membangunkan Kirani yang sedang tertidur digendonganku.
Karena gangguan dari kakaknya, akhirnya Kirani terbangun dan ikut mandi bola disana.
Selesai dari mandi bola, kami pulang kerumah yang saat itu sudah menunjukkan jam 9 malam. Beberapa menit dirumah aku membersihkan tubuh Kirani dengan mengelapnya pakai air hangat.Ketika aku lap badan Kirani dengan air hangat, badannya masih adem tapi entah kenapa setelah itu badan Kirani tiba-tiba panas. Karena khawatir panas Kirani berujung kejang, aku langsung memberinya obat penurun panas, dan alhamdulillah panasnya turun.
Keesokan harinya aku membawa Kirani ke RS karena memang sudah jadwal rutin untuk kontrol ke Dr. Khatin. Berhubung suamiku sedang libur kerja, suamikulah yang mengantar Kirani untuk kontrol bulanan, dan bertemu dengan Dr. Khatin.
Dari Dr. Khatin, kirani mendapatkan obat racikan penurun panas. Tapi karena menurut suamiku panas Kirani sudah turun. Akhirnya obat itu tidak langsung ditebus oleh suamiku, ia langsung membawa Kirani pulang ke rumah.
Karena memang seperti biasanya, akulah nanti yang akan mengambil obat-obatan tersebut setelah pulang kerja. Dari tempat kerja, aku selalu memantau kondisi Kirani melalui telpon. Sepulang dari RS aku pastikan lagi kalau Kirani tidak panas badannya.
Aku menelepon suamiku, dan meminta suamiku untuk mengukur suhu tubuh Kirani. Suamiku memastikan bahwa Kirani tidak panas, diukur suhu badannya hanya 37.4°. Ya memang menurut Dr. Khatin suhu tubuh 37.4° itu masih dikategorikan normal. Aku sedikit lega mengetahui suhu tubuh Kirani tidak panas, dan sore harinya aku pastikan lagi lewat telpon mengenai kondisi Kirani.
Ternyata suamiku sudah tidak ada dirumah, ia sudah pergi untuk ngojek yang memang kerjaan sampingannya ketika libur kerja.
Aku pun bertanya kepada ayahku tentang kondisi Kirani, dan ayahku bilang Kirani sedang tidur dan badannya tidak panas, aku sedikit lega mendengarnya.Tapi betapa kagetnya aku, tidak lama aku menutup telponku, ada telpon masuk dari no hanphone ayahku, tapi bukan suara ayahku yang kudengar melainkan suara tetanggaku yang mengatakan Kirani sedang kejang.
"Hallo mpok" suara tetanggaku di telepon.
"Ini siapa?" tanyaku
"Ini mamahnya Hafiz mpok, engkong enggak bisa nelpon karena Kirani lagi kejang" jawab mamanya Hafiz, ibu dari teman mainnya Kirani.
"Astagfirullah, tadi barusan saya telpon lagi tidur, kok tiba-tiba kejang?" tanyaku terkejut, dan kepalaku penuh dengan tanda tanya.
"Iya saya juga enggak tahu, karena dengar suara ramai-ramai makanya kesini" jawab Mamahnya Hafiz.
"Oh.. ya sudah kamu tolong bantu saya yah buat kasih obat ke Kirani" ucapku meminta tolong.
"Biar aku kasih ke Engkong ya Mpok HPnya" balas Mamahnya Hafiz.
"Enggak usah, takut engkongnya panik, saya minta tolong kamu saja yang bantu yah" pintaku
"Iya deh Mpok" balas Mamahnya Hafiz.
"Kamu tolong masuk ke kamar mpok, nah disamping TV ada laci warna pink, dan didalamnya ada obat buat Kejang, namanya Stesolid" ucapku.
"Iyah mpok, ini sudah dikamar dan sudah lihat lacinya" balas Mamahnya Hafiz.
Pada saat aku sedang menjelaskan kepada mamahnya Hafiz, tiba-tiba aku mendengar suara ayahku yang memberitahu letak obat tersebut.
"Ini sudah ketemu mpok obatnya, dikasih tahu engkong" ucap mamahnya Hafiz.
"Oh ya sudah kamu kasih obatnya itu lewat dubur yah, dipencet semua sampai habis obatnya" ucapku.
Dsinilah letak kesalahanku, karena panik aku melupakan kalau dirumah ada 2 jenis obat stesolid, yang 1 oral buat minum dan yang satu lagi lewat dubur.
Telponku tiba-tiba dimatikan oleh ayahku, lalu aku mencoba menelpon lagi untuk memastikan obat apa yang sudah diberikan tadi oleh ayahku.
"Hallo Yah, gimana sudah selesai memberikan obatnya? tanyaku pada ayahku.
"Sudah dimasukkan obatnya" jawab Ayahku.
"Bentuk obatnya seperti apa yah?" tanyaku penasaran dan cemas.
"Pokoknya sudah dimasukkan, terus dedek mau dibawa kemana ini?" jawab Ayahku terburu-buru.
"Ya sudah bawa ke rumah sakit aja Yah" jawabku.
Ayahku menutup kembali telpon dariku. Aku berusaha untuk mengubungi suamiku, tapi telponku tidak pernah dijawab. Akhirnya aku kirim WA agar nanti Ia membacanya.
"Yank kamu dimana?, dedek sekarang kejang, kamu cepat pulang" Isi WA dariku dan tidak lama suamiku membaca dan membalasnya.
"Aku habis narik, ini lagi di Ciledug. Aku pulang sekarang" balasan WA dari suamiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahluk Hitam Itu Menyukai Putriku
Mystère / ThrillerIni adalah cerita tentang putri kecilku bernama Kirani, yang disukai oleh Mahluk tak kasat mata, berbulu hitam dan bermata merah, atau sering disebut Gandaruwo. Sejak usia 5 bulan putriku mulai jatuh sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit. Keterbata...