Di kantor aku mulai tidak tenang, aku meminta izin kepada Managerku untuk pulang lebih cepat, walau jam pulang sebenarnya hanya kurang 10 menit saja.
Managerku mengizinkan aku pulang lebih cepat, dan salah satu teman kantorku ternyata meminta izin juga kepada managerku untuk mengantar aku, agar aku lebih cepat sampai di RS.
Setelah dapat izin, aku dan temanku langsung pulang dan menuju Rumah Sakit. Dalam perjalanan, temanku mencoba menenangkanku yang sedang panik.
Sepanjang perjalanan ke RS aku mencoba kembali menghubungi ayahku, dan memastikan lagi obat apa yang sudah diberikannya kepada Kirani.
"Yah... gimana dedek sudah dibawa ke RS?" tanyaku ditelpon.
"Sudah, sama ibumu dan neneknya Hafiz naik motor" jawab ayahku.
"Aku mau mastiin lagi obat yang tadi diberikan yah, apa sudah benar itu obat yang lewat dubur" ucapku.
"Ayah gak tau, yang pasti namanya stesolid warnanya Pink" jawab Ayahku.
Ternyata saat aku sedang menelpon ayahku, suamiku sudah sampai dirumah dan ayahku memberikan telponnya ke suamiku.
"Kenapa Bun?" tanya suamiku.
"Yank coba kamu liatin obat yang sudah diberikan oleh ayah untuk Kirani, benar gak itu yang lewat dubur?. Kamu foto deh nanti kirim ke aku lewat WA" ucapku dan mengakhiri sambungan telpon itu.
Aku masih dijalan saat suamiku mengirimkan gambar obat yang diberikan oleh ayahku kepada Kirani. Saat aku melihat foto yang dikirim suamiku, aku kaget karena yang diberikan adalah obat yang seharusnya untuk di minum.
"Ini semua salahku kenapa aku bisa ceroboh dan melupakan kalau ada 2 jenis obat kejang dirumah"gumamku dalam hati.
20 menit perjalanan yang aku tempuh dari kantor ke RS, akhirnya aku sampai di RS, tapi temanku tidak bisa mengantarku sampai ke IGD karena Ia harus pulang. Baru masuk ruang IGD, aku ditanya oleh salah satu Suster yang sedang berjaga.
"Ada yang bisa dibantu Bu?" tanya Suster jaga itu.
"Sus saya cari pasien anak atas nama Kirani?" Jawabku bertanya.
"Oh.. mungkin yang diruang sebelah itu Bu" jawab Suster sambil menunjukkan ruang Kirani yang sedang ditangani oleh Dokter.
Diruangan itu ternyata ada ibu dan neneknya Hafiz, ibuku terlihat lemas dan cemas sekali melihat kondisi Kirani. Kirani sendiri sedang ditangani oleh Dokter, kulihat Kirani sudah tidak kejang lagi dan tangannya sudah diinfus.
"Ibu orang tuanya pasien ini yah?" tanya Suster yang sedang menangani Kirani.
"Iya Sus, saya ibunya" jawabku
"Oh.. kalau begitu silahkan urus pendaftarannya ya Bu di depan IGD ruangannya" pinta Suster
"Baiklah Suster, tapi sebelumnya saya mau info Sus tadi dirumah, Kirani salah diberikan obat kejang. Obat buat minum malah diberikan lewat anus" ucapku.
"Waduh kok bisa Bu!" balas Suster terkejut.
"Iyah Sus, karena panik aku lupa kalau dirumah ada 2 obat" jawabku.
"Pantes aja Bu, tadi saya tanya ibu yang bawa dedek kesini, katanya sudah dikasih obat tapi kok pakai pipet. saya sebenarnya heran tapi ya sudahlah soalnya ibunya terlihat panik. Sampai-sampai saya tanya nama si dedek aja, ibunya malah lupa" ucap Suster.
"Lalu bagaimana Sus, itu berbahaya tidak yah?" tanyaku.
Kulihat Suster mengampiri Dokter yang sedang memeriksa Kirani, dan memberitahu perihal yang terjadi kepada Kirani. Dokter jaga selesai memeriksa Kirani, dan mendatangiku untuk menanyakan kejadian saat Kirani kejang.
"Tadi kejangnya berapa lama Bu?" tanya Dokter jaga tersebut.
"Saya tidak tau Dok, soalnya saat kejang saya masih dikantor" jawabku.
"Mungkin nenek Hafiz tau berapa lama tadi Kirani kejang?" Aku bertanya kepada nenek Hafiz yang sedang bersamaku.
"Lumayan lama Dok, ada kali 5 menit lebih" nenek Hafiz menjawab pertanyaan Dokter.
"Kejangnya seperti apa Bu?" tanya dokter kembali kepada nenek Hafiz.
"Badannya kaku dan matanya keatas Dok" jawab nenek Hafiz.
"Katanya sudah diberi obat kejang yah?" tanya dokter lagi
"Iya Dok, tadi memberikan obatnya pakai pipet yang dimasukkan ke duburnya. Tapi katanya salah obatnya Dok, seharusnya obat itu untuk diminum" nenek Hafiz kembali menjawab pertanyaan Dokter.
"Iya Dok, tadi saya yang pandu lewat telpon tapi karena panik, saya lupa kalau punya 2 obat, jadi salah kasih obat deh" akupun menjelaskan kepada Dokter.
"Tapi pipet obatnya tidak sampai pecahkan Bu?" tanya dokter lagi.
"Enggak Dok masih utuh pipetnya, dan saat diperjalanan ke RS anaknya sudah muntah Dok" jawab nenek Hafiz.
"Kalau salah seperti itu kasih obatnya gimana Dok?"tanyaku.
"Tidak apa-apa Bu" jawab dokter singkat.
"Dok, masih perlu diberikan obat kejang lewat duburkah?" tanya salah satu suster disana.
"Berapa tadi panasnya?" tanya Dokter
"Tadi panasnya 40°, Dok" jawab Suster tersebut.
"Berikan obat penurun panas lewat infus saja" jawab Dokter sambil berlalu ke ruangannya.
Lalu aku diminta suster kembali, untuk mengurus pendaftaran Kirani, agar bisa segera ke ruang rawat. Ini adalah ke 8 kalinya Kirani dirawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahluk Hitam Itu Menyukai Putriku
Mystery / ThrillerIni adalah cerita tentang putri kecilku bernama Kirani, yang disukai oleh Mahluk tak kasat mata, berbulu hitam dan bermata merah, atau sering disebut Gandaruwo. Sejak usia 5 bulan putriku mulai jatuh sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit. Keterbata...