"Kue...kue... kuenya Bu, ada nasi uduk juga" teriak ibu itu menawarkan makanan yang dijualnya, lalu menghampiriku.
"Kuenya mbak, hmm... kayanya saya tidak asing sama mbaknya!!" ucap Ibu itu padaku.
"Iya Bu, anak saya kan sering dirawat disini" jawabku.
"Oh...iya yang biasanya diruang Srikandi kan yah!" ucap Ibu itu lagi.
"Iya Bu, masih inget aja" jawabku.
"Memang sakit apa lagi putrinya, Mbak?" tanya si Ibu.
"Biasa panas, tapi sekarang nafasnya juga sesak makanya masuk NICU" jawabku.
"Ya ampun sampai masuk ICU, semoga lekas sembuh ya mbak buat putrinya" ucap si Ibu mendoakan putriku.
"Aamiin, terima kasih Bu" aku ngobrol dengan ibu itu sambil memilih kue yang akan aku beli, dan aku membeli beberapa kue untuk sarapan pagi itu.
Karena seringnya Kirani masuk rumah sakit, sampai-sampai pedagang disana mengenaliku. Ini adalah ke 7 kalinya Kirani dirawat di RS yang sama.
Pagi pun berganti siang, dimana waktu besuk telah tiba, aku kembali kesana untuk menjenguk Kirani. Masih seperti hari sebelumnya, sudah ada beberapa ibu yang setia menunggu untuk melihat anaknya didalam.
Pintu NICU dibuka oleh Scurity dan aku langsung masuk dengan ibu-ibu lainnya, aku sudah kangen sekali karena semalaman tidak melihat Kirani. Aku langsung menghampiri ke ruang Kirani dirawat, ternyata Kirani sedang ditemani oleh Suster. Di antara pasien yang ada hanya Kirani yang sedang ditemani oleh Suster, karena Kirani selalu berdiri jika tidak didampingi.
Aku melihat Kirani seperti ada yang aneh, aku lihat lagi ternyata Kirani sudah tidak menggunakan selang oksigen. Dalam hati aku menucap syukur kepada Allah Swt, karena siang itu Kirani sudah tidak sesak nafas lagi. Namun alat-alat medis lainnya masih menempel di tubuhnya.
Suster memberitahu aku kalau Kirani sudah mulai minum susu, dan Suster juga menjelaskan kalau ditenggorokan Kirani banyak sekali lendirnya. Tapi sudah dilakukan tindakan terhadap Kirani, dengan mengambil cairan lendir itu melalui selang dengan cara disedot.
Selain itu Kirani juga mendapatkan terapi uap yang dilakukan sebanyak 4 kali dalam sehari. Terapi tersebut untuk mengencerkan lendir yang ada ditenggorokannya. Kebetulan hari itu adalah hari minggu, Dr. Lailani visit di siang hari, aku beruntung saat Kirani diperiksa oleh Dokter aku ada disampingnya. Selesai memeriksa Kirani, Dokter memberitahu aku kalau siang itu Kirani sudah bisa dipindahkan ke ruang perawatan seperti biasanya.
Sore hari Kirani baru dapat dipindahkan ke ruang srikandi, sampai disana Kirani kembali menangis. Biasanya kalau baru hari pertama diruangan itu, Kirani memang sering menangis mungkin karena belum menyesuaikan diri. Mendengar Kirani menangis, Suster mengampiri Kirani dan berbicara.
"Hai... kamu si imoet, ngapain mampir dulu ke gedung baru, enggak langsung kesini aja" candaan suster tersebut kepada putriku, yang sudah sangat mengenali putriku karena seringnya ia dirawat di ruangan itu.
"He..he.. iya nih Sus, disuruh ngerasain gedung baru kayanya" akupun menjawab candaan suster tersebut.
"Kenapa menangis, Kirani?" tanya suster lagi.
"Itu Suster, Kiraninya lihat teh manis diatas meja tadi pas lewat ruangan suster, terus minta deh" jawabku.
"Oh.. belum dapat yah, tunggu ya.. bentar lagi makan sorenya datang" ucap Suster ramah.
"Iya Suster" jawabku, saat sampai diruang srikandi memang sudah jam makan sore.
Malam itu akhirnya aku bisa menemani kembali Kirani diruang perawatan, aku bisa memeluknya dan menyusuinya sepuas hatiku.
Aku ditemani oleh ayahku malam itu, karena memang seperti biasanya suamiku tidak bisa menemaniku saat Kirani dirawat.
Suamiku juga punya penyakit batuk yang belum bisa disembuhkan, jadi kalau ia menginap di RS sudah pasti pasien lain akan terganggu oleh suara batuknya.Makanya selama 7 kali Kirani dirawat selalu ayahku yang menemaniku dan Kirani di RS.
Malam itu Kirani tidur begitu nyenyak, terbangun karena terapi uap yang dilakukan di tengah malam. Terapi uap itu memang dilakukan sebanyak 4 kali sehari per 6 jam sekali. Makanya walau tengah malam tetap harus di uap.Hari senin Dr. Khatin mulai praktek kembali setelah cuti selama 3 hari, pagi itu Dr. Khatin visit ke ruang srikandi. Tiba giliran Kirani yang diperiksa oleh Dokter, aku menaikkan baju Kirani agar diperiksa oleh Dokter. Selesai diperiksa Dokter, aku kembali menanyakan kondisi Kirani.
"Bagaimana keadaan putri saya Dok?" tanyaku.
"Sudah mulai membaik dan dilihat dari grafik panasnya juga sudah mulai turun ya Bu, untuk saat ini Kirani masih kami observasi" jawab Dr. Khatin.
"Sebenarnya apa ya Dok, penyebab putri saya bisa terkena BP?" tanyaku.
"Banyak faktor pencetusnya Bu, bisa dari asap rokok, udara yang lembab dan paparan debu" jawab Dr. Khatin.
"Kalau kamar yang tidak ada ventilasi udaranya gimana Dok, apa itu juga bisa menyebabkan BP?" tanyaku.
"Ya hal itu juga bisa, karena sirkulasi udara yang keluar masuk sangat minim" jawab Dr. Khatin.
"Di rumah saya pakai AC Dok, apakah penderita BP boleh menggunakan AC?" tanyaku lagi.
"Untuk penderita BP sebaiknya tidak menggunakan AC, sebaiknya gunakan hexos fan saja dikamar. Karena hexos membuat sirkulasi udara keluar dan masuk kedalam ruangan" jawab Dr. Khatin.
"Oh... begitu ya Dok, terima kasih banyak atas penjelasnnya Dok" ucapku.
"Iya sama-sama Bu" ucap Dr. Khatin berlalu meninggalkan Kirani, dan kembali memeriksa pasien selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahluk Hitam Itu Menyukai Putriku
Mystery / ThrillerIni adalah cerita tentang putri kecilku bernama Kirani, yang disukai oleh Mahluk tak kasat mata, berbulu hitam dan bermata merah, atau sering disebut Gandaruwo. Sejak usia 5 bulan putriku mulai jatuh sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit. Keterbata...