Aku memang sempat berpikir, kalau itu adalah suara kuntilanak, namun aku hilangkan jauh-jauh pikiran burukku itu. Aku berpikir positif saja, dan menganggap itu adalah suara handphone karyawan yang sedang sedang lewat. Aku juga tidak menceritakan hal tersebut kepada teman-teman kerjaku.
Aku memberitahu kejadian yang aku alami itu kepada mpok Siti.
"Iyah mpok, 2 minggu yang lalu aku memang dengar suara kuntilanak dikamar mandi, tapi aku pikir itu hanya suara handphone saja" ucapku.
"Ya MG itulah yang ngikutin kamu, tapi alhamdulillah sekarang sudah pergi, dan yang penting tidak ganggu kamu lagi" balas Mpok Siti.
"Terus kuntilanak itu balik lagi dong Mpok ke kantor aku?" tanyaku penasaran.
"Tidak usah terlalu dipikirin, intinya sudah tidak ganggu kamu. Sekarang lebih baik kamu mandi kembang saja yah, biar lebih bersih dari gangguan MG itu!" jawab Mpok Siti dan menyarankan aku untuk mandi kembang.
"Mandi kembang mpok!! Tapi aku enggak bawa baju ganti, gimana dong!" ucapku terkejut.
"Ya pakai yang ini lagi juga gak apa-apa" balas Mpok Siti.
"Oh... ya sudah, aku mau mpok!" ucapku.
"Bentar yah mpok cari kembangnya dulu didepan" balas Mpok Siti sambil berjalan keluar untuk memetik kembang.
Mpok Siti mempersiapkan kembang seadanya yang ada dihalaman rumahnya, jadi kemungkinan tidak ada tujuh rupa kembangnya. Yang terpenting hanya untuk syarat saja ada kembang, untuk ditaruh di air yang akan aku gunakan untuk mandi.
Setelah selesai menyiapkan air yang berisi kembang tersebut, Mpok Siti menyuruhku untuk mandi dan meminjamkan handuknya kepadaku. Aku bergegas ke kamar mandi untuk mandi air kembang tersebut, setelah selesai mandi dan berpakaian kembali, aku diminta untuk wudhu dan masuk ke dalam kamar mpok Siti.
Didalam kamar tersebut, aku diminta untuk duduk di atas sajadah yang sudah disiapkan dan menggunakan mukena mpok Siti. Mpok Siti mengambil Al-Quran dan membacanya sambil kembali memijat kepalaku. Tangannya seolah-olah sedang membuang sesuatu yang ada dikepalaku, tapi kali ini keadaannya sudah berbeda, aku sudah tidak merinding lagi.
Kurang lebih 20 menit aku berada didalam kamar mpok Siti, setelah semuanya selesai, aku diajak keluar dan ngobrol kembali di ruang tamu.
"InsyaAllah kamu sudah bersih sekarang, dan tidak akan diganggu lagi" ucap Mpok Siti memberitahu aku.
"Aamiin, terima kasih ya mpok, sudah mau ngobatin aku" balasku.
"Iya sama-sama, kalau mpok bisa bantu pasti mpok bantu, maaf ya belum bisa jenguk si dedek di RS" ucap Mpok Siti.
"Iyah enggak apa-apa mpok, doain aja biar cepet sembuh" balasku.
"Pasti mpok doain" ucap Mpok Siti.
"Oh ya mpok, katanya nama Kirani itu berat yah dan harus diganti?" tanyaku teringat anakku.
"Iya mau sekalian dihitungin nama yang cocoknya? Sebenarnya tidak harus diganti nama aslinya, diganti nama panggilannya saja. Nama lengkapnya siapa deh?" jawab Mpok Siti dan bertanya.
"Devika Kirani Syawaluna mpok, tapi kakaknya biasa panggil adeknya Pik pik terus orang rumah ikut manggil itu juga deh" jawabku.
Mpok Siti mulai menghitung nama Kirani dan menurutnya nama panggilan Devika, Vika atau Pikpik sama saja tidak cocok untuk Kirani. Lalu mpok Siti menanyakanku apa sudah menyiapkan nama panggilan yang lainnya.
"Mau diganti siapa nama panggilannya, biar mpok hitung sekalian?" tanya Mpok Siti.
"Nisya aja deh mpok" jawabku.
Mpok Siti mulai menghitungnya lagi, tanpa bertanya lagi apakah nama Nisya tersebut ada dalam nama asli Kirani. Aku mengambil nama Nisya dari akhiran nama Ni dan awalan Sya dalam nama lengkap Kirani, ya walaupun sebenarnya tidak nyambung sih, aku tetap memilih nama itu.
Setelah dihitung, ternyata nama panggilan itu cocok buat Kirani, dan mpok Siti berpesan kalau mau mengganti nama panggilan harus buat bubur merah, putih dan dibagikan kepada tetangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahluk Hitam Itu Menyukai Putriku
غموض / إثارةIni adalah cerita tentang putri kecilku bernama Kirani, yang disukai oleh Mahluk tak kasat mata, berbulu hitam dan bermata merah, atau sering disebut Gandaruwo. Sejak usia 5 bulan putriku mulai jatuh sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit. Keterbata...