Setelah semua pengobatan selesai, aku dan suamiku pamit pulang untuk kembali ke RS, karena takut Kirani menangis disana. Lumayan lama aku dirumah Mpok Siti, hampir 3 jam. Sebelum kembali ke RS, kami mampir dulu untuk membeli makan siang diwarung dekat RS, dan juga ke toko buah untuk membeli pisang buat Kirani.
Sampai di RS ternyata masih jam besuk, jadi kami dengan leluasa bisa masuk ke dalam ruang perawatan. Kebetulan hari itu hari minggu, jadi pihak RS sedikit memberi kelonggaran bagi yang mau menjenguk pasien. Kalau hari minggu jam besuk dari jam 11 siang sampai jam 7 malam, biasanya pintu tidak dikunci oleh Satpam, jadi bebas masuk buat yang ingin menjenguk. Namun jika ada Dokter yang visit, baru diminta keluar dan pasien hanya diperbolehkan ditunggu oleh satu orang saja.
Sesampainya aku diruang rawat, Kirani ternyata sedang tidur. Aku meminta ibuku untuk makan siang terlebih dulu bersama Athifa, dan aku yang menunggu Kirani di tempat tidurnya. Setelah ibu dan Athifa selesai makan, baru aku dan suamiku yang makan siang. Setelahnya suamiku pergi untuk ngojek mencari sedikit tambahan rezeki, untuk biaya selama Kirani berada di RS. Suamiku memang biasa ngojek kalau sedang libur kerja.
Ibuku dan Athifa menemaniku sampai sore di RS, ya karena hari minggu tersebut makanya ibu dan Athifa bebas berada diruang rawat Kirani. Sore hari ayahku datang, Ibu dan Athifa baru pulang ke rumah.
Malamnya aku mencoba untuk menyusui Kirani kembali, tapi hasilnya Kirani tetap saja tidak mau menyusu padaku. Mamah Davva memberiku saran untuk membasuh kedua buah dadaku dengan air obat, yang semalam dibawa oleh suamiku. Dan benar saja setelah aku basuh buah dadaku dengan air obat tersebut, esok paginya Kirani mau menyusu lagi denganku.
Kirani di rawat selama 7 hari, dan seperti yang sudah-sudah pasti suhu badan Kirani selalu diangka 37,0° - 37,5°, walau menurut Dokter itu masih normal. Karena sudah tidak ada keluhan lagi, akhirnya Kirani diperbolehkan pulang.
Seminggu setelah Kirani pulang dari RS, Ibuku mengadakan pengajian dengan ibu-ibu di kampungku, sekalian mengganti nama panggilan Kirani menjadi Nisya, dan membagikan bubur merah putih kepada ibu-ibu pengajian tersebut. Sejak hari itulah nama panggilan Kirani dirubah menjadi Nisya.
Kirani sudah lebih baik di rumah, Aku kembali masuk kerja, dan di tempat kerjaku, Aku mencoba menceritakan kejadian mistis yang aku alami kepada teman-teman dikantor. Aku bercerita pada mereka, bahwa aku diikuti oleh penunggu kamar mandi di kantor ini.
Diantara teman-temanku ada yang percaya dengan ceritaku, namun sebagian lagi mungkin tidak. Tapi terlepas dari itu semua teman-temanku sangat baik dan perduli, dengan semua masalah yang aku alami. Termasuk ketika anakku sering masuk RS, mereka selalu memberikan aku dukungan moril dan materil, aku sangat bersyukur sekali berada diantara mereka.
Termasuk juga atasanku, beliau sangat baik dan mau mengerti masalahku, mungkin kalau atasan yang lain, aku bisa saja diberhentikan karena begitu seringnya tidak masuk ke kerja.
Karena ceritaku dan semua masalah yang aku alami, ada beberapa temanku yang menceritakannya kembali kepada orang-orang yang mengerti masalah MG. Salah satunya Cici, yang kebetulan ayahnya mengerti masalah MG. Cici menceritakan masalahku kepada ayahnya, dan menurut ayah Cici lingkungan dirumahku itu sangat kotor.
Maksud kotor disini ada banyak MG di sekitar lingkungan rumahku, ayah Cici juga menceritakan bahwa dirumahku ada MG yang berasal dari pohon besar. MG tersebut menyukai putriku dan bahkan mau memiliki putriku. Makanya menurut ayahnya Cici, putriku gampang sekali sakit batuk dan pilek, karena sering diganggu oleh MG itu.
Ada lagi temanku yang menceritakan masalahku dengan saudaranya yang mengerti MG namanya Saiful. Dari hasil terawangan saudaranya Saiful, dirumahku itu banyak hal-hal negatifnya, dan disarankan agar aku dan keluargaku untuk pindah dari sana demi kebaikan putriku.
Tapi untuk pindah dari rumah itu bukan perkara mudah buatku, banyak hal yang masih aku pikirkan salah satunya masalah keuangan. Lalu aku mencoba mencari solusi yang lain tanpa harus pindah rumah, akhirnya aku teringat dengan Dhoge suaminya Puput, mungkin Dhoge bisa membantuku mencari orang yang mengerti MG.
Karena sebelumnya Dhoge pernah mengenalkanku dengan seseorang yang mengerti MG dan pengobatan herbal. Aku berpikir Dhoge masih mempunyai kontaknya, dan berharap orang tersebut bisa membantuku lagi. Namun setelah aku menceritakan kepada Dhoge tentang masalahku dan niatku itu, Dhoge bilang kemungkinan oramg tersebut sudah tidak dapat membantuku lagi, karena faktor usia dan kondisinya yang sekarang sering sakit-sakitan.
"Begini aja deh mpok, nanti kalau ane ada waktu mampir ke rumah mpok, mau lihat juga kesana kaya apa sih MG nya" ucap Dhoge mengirimkan BBM kepadaku.
"Oh... boleh Ghe, silahkan saja mampir kerumahku, aku tunggu yah!" aku membalas BBM Dhoge.
"Siip mpok, ditunggu yah" balas BBM Dhoge.
Beberapa hari setelah Dhoge BBM denganku, akhirnya Dhoge menghubungi aku via BBM lagi, dan memberitahu kalau malam itu Dhoge mau mampir kerumahku. Kalau gak salah waktu itu adalah malam Jum'at.
"Mpok ada dirumah enggak entar malem?" Isi BBM dari Dhoge.
"Ada dirumah Ghe, aku mah enggak kemana-mana apalagi sudah malam" jawabku di BBM.
"Kalau bang Nople entar malem ada dirumah enggak?" tanya Dhoge lagi di BBM.
"Suamiku pulangnya tengah malem baru sampe rumah Ghe, tapi ada ayahku ada kok dirumah" jawabku.
"Oh... ya sudah insyaAllah nanti ane kerumah yah, sekarang masih narik nih" ucap Dhoge lewat BBm.
"Oke, aku tunggu yah" balasku
"Siip" ucap Dhoge di BBM.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahluk Hitam Itu Menyukai Putriku
Misterio / SuspensoIni adalah cerita tentang putri kecilku bernama Kirani, yang disukai oleh Mahluk tak kasat mata, berbulu hitam dan bermata merah, atau sering disebut Gandaruwo. Sejak usia 5 bulan putriku mulai jatuh sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit. Keterbata...