Aku lihat diruang rawat, Kirani masih berdiri ditemani oleh salah satu Suster. Kirani melihatku dan terus saja memanggil-manggil aku.
"Bubun... Bubun...." teriakan Kirani, tapi aku tidak bisa menghampirinya, karena harus bertemu Dokter.
"Selamat Pagi Dok" sapaku kepada Dokter Jaga tersebut.
"Pagi Bu, silahkan duduk" balas Dokter Jaga.
"Terima kasih Dok" sahutku.
"Perkenalkan, ibu dan Bapak! saya Dokter yang sedang bertugas pagi ini di NICU. Saya mau menjelaskan kondisi Kirani saat ini ya Bu. Dari hasil Rongten Paru-paru Kirani ini, ada bercak-bercak putih dan hasilnya tertulis bahwa Kirani terkena BP ( Bronco Penemounia) atau biasa disebut Infeksi Paru-paru. Sementara hasil laboratorium untuk sampel darahnya saat ini belum keluar" ucap Dokter Jaga menjelaskan.
"Putri saya terkena BP Dok, lalu bagaimana kondisinya sekarang Dok?" tanyaku terkejut.
"Kalau saya lihat dari monitor, sejauh ini semuanya baik-baik saja Bu, hanya pernafasannya masih sesak untuk bernafas, tapi anaknya masih aktif kok" jawab Dokter Jaga.
Dalam hati aku mengucapkan rasa syukur mendengar penjelasan Dokter tersebut.
"Ya Allah, syukur Alhamdulillah Kirani kondisinya tidak terlalu parah" batinku berkata."Sekarang ibu dan bapak boleh menjenguk Kirani, karena sejak tadi Kirani masih menangis dan tidak mau tidur" ucap Dokter.
"Iya, terima kasih banyak Dok" balasku.
"Sama-sama Bu" sahut Dokter.
Aku dan suamiku langsung menuju ruang rawat Kirani. Aku mendekati Kirani yang sedang berdiri di atas kasur, ditemani oleh Suster. Diatas kasur itu ada balon berbentuk tangan yang dibuatkan oleh Suster, yang mencoba untuk menghentikan tangisan Kirani.
Hatiku terasa pilu melihat kembali Kirani dengan alat-alat medis yang ada ditubuh mungilnya. Tak terasa aku menitikkan air mata lagi, tapi aku segera menyekanya dengan tanganku. Aku tidak mau Kirani melihatku menangis, aku mendekatinya dan memeluknya.
Kirani terus saja meminta susu kepadaku, pasti ia sudah merasa lapar dan haus karena dari semalam Kirani belum minum susu. Tapi Suster disana masih belum mengizinkan Kirani, untuk minum susu karena takut tersedak, dan itu akan memperparah kondisi Kirani.
Aku hanya mencoba membuatnya tertidur dengan membelai rambut dan mengusap punggungnya, tidak lama akhirnya Kirani tertidur. Mungkin ia sudah lelah dan mengantuk karena dari semalam hanya tidur sebentar. Suster yang menemani Kirani kembali memberi penjelasan, mengenai obat apa saja yang sudah diberikan kepada Kirani.
"Kirani sudah diberikan obat penurun panas dan antibiotik lewat infus ya Bu, lalu di atas tempat tidur ini ada alas yang bisa diatur suhunya. Jadi kalau Kirani badannya panas, maka suhu alasnya akan dingin begitu juga sebaliknya, jika badan Kirani dingin maka alasnya akan menjadi hangat" ucap Suster memberi penjelasan.
Aku hanya bisa mengiyakan segala penjelasan Suster. Setelah itu Suster memberikan aku resep untuk segera ditebus, karena tidak ditanggung oleh BPJS dan meminta perlengkapan Kirani yang belum ada di ruang NICU, seperti tissu kering dan basah, botol susu dan susu formula, minyak telon, bedak tabur juga pampers.
Aku dan suamiku segera menebus resep yang tidak ditanggung itu ke apotik RS. Namun sebelum ke apotik, aku dan suamiku shalat subuh terlebih dahulu, karena sudah masuk waktu shalat Subuh. Kebetulan di samping ruang tunggu ada ruangan untuk shalat, tidak begitu luas sih hanya cukup untuk 2 orang saja. Jadi kami harus bergantian jika ingin shalat disana.
Selama shalat aku benar-benar tidak khusu, karena air mataku terus saja mengalir tanpa bisa aku tahan, aku berdoa kepada Allah Swt untuk kesembuhan putriku juga membaca doa yang diberikan oleh Anay. Selesai shalat subuh, suamiku pergi ke apotik untuk menebus resep dari Suster, dan pulang ke rumah untuk mengambil perlengkapan Kirani yang dibutuhkan selama di NICU.
Sambil menunggu suamiku kembali ke RS, aku mencoba mengirim pesan WA ke Anay. Aku memberitahukan kondisi Kirani saat itu, namun Anay tidak langsung membaca WA dariku, mungkin karena masih terlalu pagi.
"Assalamu'alaikum Nay, semalam aku dan suamiku sudah membersihkan rumah dengan air mawar yang Anay kasih, tapi setelah itu Kirani tambah rewel dan badannya panas, aku langsung membawa Kirani ke RS dan sekarang Kirani Masuk ruang NICU" isi WA dariku buat Anay.
Satu jam kemudian Anay membalas WA dariku, " Wa'alaikumsalam mbak Salwa, syukurlah Kirani mbak bawa ke RS, mbak Salwa yang sabar yah, jangan lupa terus berdoa minta kesembuhan hanya pada Allah Swt. Anay bantu doa juga ya mbak, semoga Kirani lekas sembuh dan diangkat penyakitnya. Doa yang Anay kasih semalam sudah dibaca belum pagi ini?" balas Anay dan menanyakan doa yang semalam diberikannya.
"Aamiin, terima kasih ya Nay. Alhamdulillah tadi pagi aku sudah baca doa yang Anay berikan semalam, tapi masih belum hafal" jawabku di WA.
"Iya mba enggak apa-apa, nanti kalau sudah terbiasa juga pasti hafal. Jangan putus asa ya mbak, yakin Allah Swt pasti mengabulkan segala hajat mbak" kata Anay di WA.
"Iyah Nay, semoga Allah segera mengabulkan doaku, aamiin. Oh ya Nay, semalam waktu aku dan suamiku di rumah Anay. Ada orang yang melihat seekor macan hitam dirumahku, macan itu terlihat mondar mandir di depan rumahku seperti gelisah. Apakah macan itu menggangu putriku juga?" balasku dan menanyakan keberadaan macan hitam pada Anay.
"Memang ada macan mbak, tapi macan itu tidak mengganggu kok, macan itu cuma suka aja jaga didepan rumah" balas Anay.
"Syukur deh kalau tidak mengganggu mah, tapi aku bingung deh, sebelumnya macan itu sudah di buang oleh teman suamiku, kok balik lagi yah!!" tulisku di WA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahluk Hitam Itu Menyukai Putriku
Mistério / SuspenseIni adalah cerita tentang putri kecilku bernama Kirani, yang disukai oleh Mahluk tak kasat mata, berbulu hitam dan bermata merah, atau sering disebut Gandaruwo. Sejak usia 5 bulan putriku mulai jatuh sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit. Keterbata...