Setelah kamarku selesai di renovasi, aku kembali pindah ke rumahku, karena aku tidak tega jika harus menempati kontrakan itu. Sama saja aku mengurangi penghasilan orangtuaku, karena aku dan suamiku pun juga tidak bisa memberikan lebih tiap bulannya kepada orangtuaku. Makanya aku dan suamiku memutuskan untuk kembali menempati kamar itu.
Setelah di renovasi, kamarku menjadi lebih terang, dan sirkulasi udaranya juga sudah lebih baik, karena ada jendela dan hexos fan.
Aku berharap setelah menempati kamar itu Kirani tidak sakit-sakitan lagi.Tidak terasa lima bulan sudah aku menempati kamarku lagi, dan selama 5 bulan itu juga aku merasa Kirani sudah banyak perubahan. Mulai dari berat badan yang perlahan-lahan beranjak naik, dan tiap malam Kirani juga sudah tidak terbangun ditengah malam, baik itu menangis atau sekedar main dimalam hari. Aku merasa si Hitam memang sudah tidak ada lagi dirumahku.
Hari minggu pagi tepatnya tanggal 24 September 2017 kupegang Kirani badannya sedikit hangat tapi masih terlihat lincah.
Tiba-tiba hari itu temanku mengajakku untuk bertemu, dan pergi ke festival lampion di daerah Tangerang, namanya Fielup.Aku pun menyetujui ajakan temanku itu, karena aku memang tidak ada acara. Sore hari Fielup datang kerumahku bersama suami dan putranya. Aku juga mengajak suami dan kedua putriku untuk pergi bersama mereka, kebetulan juga kami semua belum pernah ke festival lampion.
Berhubung masih sore, sebelum ke festival lampion kami mampir dulu ke sebuah taman dekat sungai Cisadane yang baru saja dibuka. Sore itu cuacanya mendung dan suasana di taman tersebut juga sangat ramai, mungkin karena hari libur dan tamannya masih baru, makanya banyak orang yang datang kesana.
Saat aku ajak Athifa dan Kirani ketaman tersebut, mereka terlihat sangat senang bermain walau hanya di sebuah taman, maklumlah mereka memang jarang sekali aku ajak untuk jalan-jalan.
Karena mendung kami tidak lama ditaman itu, aku dan fielup memutuskan untuk segera pergi ke Festival Lampion, karena kalau sampai hujan di festival lampion ada tempat untuk berteduh. Tapi sayangnya saat perjalanan ke festival Lampion hujan turun, walau tidak besar tapi cukup membasahi bajuku.
Karena hujan, aku menyelimuti Kirani dengan jacket agar Kirani tidak terkena air hujan. Perjalanan dari taman ke festival lampion tidak begitu jauh, dalam waktu 10 menit aku sudah sampai disana. Sampai di festival lampion hujan masih turun, kamipun berteduh dipinggir parkiran motor. Di depan kami berteduh, ada sebuah kebun yang dipagari dengan tembok dan didalamnya banyak sekali pohon buahnya.
Suasana sore itu cukup membuatku merinding, karena lokasi tempat kami berteduh sangat sepi dan hampir mendekati waktu Maghrib. Tapi anak-anak malah asik bermain dan lari kesana kemari sambil memainkan tetesan air hujan.
Namun beruntungnya sebelum Maghrib hujan sudah mulai reda, akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke pintu masuk Festival lampion yang lumayan jauh dari parkiran motor.
Didepan pintu masuk ada beberapa pohon yang sangat tinggi dan menambah keangkeran tempat itu. Dan didalam juga ada 2 buah pohon besar tapi tidak begitu rindang yang dihiasi oleh lampu lampion berwarna merah.
Tapi anak-anak sangat senang berada disana, mungkin karena luas dan banyak sekali permainan untuk anak-anak disana.
Kirani saja sampai tidak mau digendong, ia terus saja bermain dan berlari kesana kemari, sambil sesekali meminta untuk naik disalah satu permainan disana.Tapi karena budget aku minim, aku berusaha mengalihkan permintaanya, aku hanya mengajak Athifa dan Kirani untuk melihat lampion saja. Fielup menghampiriku dan mengajakku untuk makan malam disana.
"Mbak Salwa, kita cari makan yuk, kasian anak-anak belum makan dari tadi" ucap fielup mengajakku mencari makan.
"Hayuuk, tapi kita mau makan apa yah?" tanyaku
"Itu ada martabak, apa kita pesen itu dulu buat ganjel perut" jawab Fielup.
"Enggak ah, kita langsung makan nasi aja, ini udah mau malam Kirani harus minum obat" ucapku mengelak.
"oh.. masih minum obat yah, Kirani!" balas Fielup.
"Iyah nih masih minum obat, tapi disini aku lihat enggak ada yang jual chicken yah" ucapku.
"Coba kita keliling dulu aja mbak, siapa tau disebelah sana ada" balas Fielup.
"Ya sudah yuk kesana" ucapku sambil berjalan menelusuri setiap tempat makan disana.
Tempat makan di area Festival cukup banyak dan luas, tapi sayang sudah banyak yang tutup. Akhirnya kami mendapatkan tempat makan yang menjual chicken, karena anak-anakku sangat suka chicken. Kamipun memutuskan untuk makan disana, aku memanggil suamiku yang sejak tadi mengawasi Athifa dan Kirani bermain.
Kirani itu anaknya susah sekali untuk makan, berbeda dengan Athifa yang gampang makannya. Aku harus mengikuti Kirani bermain agar ia tetap mau makan.
Disini aku dan fielup mulai terpisah, karena sibuk dengan anak masing-masing yang aktif bermain kesana kemari.Festival lampion itu sangatlah luas, ketika malam lampu-lampu lampion itu baru terlihat indah, karena itulah Athifa dan Kirani sangat senang bermain disana. Hampir 3 jam kami berada difestival lampion, dan selama itu juga Kirani aktif sekali berjalan tanpa mengenal lelah sedikitpun, bahkan digendong pun Kirani tidak mau.
Karena sudah malam Fielup yang saat itu terpisah menelponku, dan mengajakku untuk pulang karena putranya sudah mengantuk dan minta pulang ke rumah. Beda sekali dengan anak-anakku yang masih asyik bermain.
Akupun menyetujui untuk segera pulang bersama Fielup, tapi ketika aku mengajak Athifa dan Kirani pulang mereka tidak mau karena sedang asyik bermain dirumah balon.
Lalu aku membujuk mereka agar mau pulang dengan menjanjikan akan mengajak mereka untuk mandi bola. Akhirnya mereka menurut dan mau aku ajak pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahluk Hitam Itu Menyukai Putriku
Mystery / ThrillerIni adalah cerita tentang putri kecilku bernama Kirani, yang disukai oleh Mahluk tak kasat mata, berbulu hitam dan bermata merah, atau sering disebut Gandaruwo. Sejak usia 5 bulan putriku mulai jatuh sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit. Keterbata...