Aku menyetujui saran Dokter tersebut, sebelum aku membawa Kirani, Dokter juga berpesan agar Kirani dibawa menggunakan motor saja. Jika Kirani dibawa menggunakan ambulans, ditakutkan terkena macet dijalan, karena masih jamnya orang-orang pulang kerja.
Suster juga memberikan aku 1 buah stik ice cream, buat berjaga-jaga karena takut dijalan Kirani kembali kejang lagi. Sebelum meninggalkan Klinik tersebut, Ayahku datang menghampiri aku dan Kirani bersama bang Jupri.
Aku bilang kepada ayahku, Jika Kirani akan aku bawa ke Rumah Sakit tempat biasanya Kirani dirawat. Aku juga meminta ayahku untuk membawa tasku, yang tertinggal di rumah, karena di tas itu ada kartu BPJS Kirani dan kartu identitasku. Aku juga meminta Ayahku membawa perlengkapan Kirani untuk di Rumah Sakit, seperti baju,susu dan pampers.
Aku dan Andi tidak membuang waktu untuk segera membawa Kirani ke RS, tanpa bertanya kepada pihak Klinik mengenai biaya atas pemeriksaan Kirani tadi. Sepanjang perjalanan ke RS, aku memasukkan stik ice cream ke mulut Kirani, karena takut dia kejang lagi, lalu tiba-tiba Kirani terbatuk, mungkin karena stik yang aku masukkan itu, atau mungkin juga karena Kirani kedinginan, sebab ia tidak menggunakan jacket atau selimut.
Mendekati RS yang dituju, aku meminta Andi untuk memotong jalan dan melawan arus agar cepat sampai di IGD RS tersebut.
Sesampainya di IGD RS, Kirani langsung ditangani oleh para Suster dan Dokter jaga disana, Kirani langsung diberikan obat penurun panas lewat anus, diambil darah dan langsung di infus, yang menandakan Kirani kembali di rawat untuk yang ke 5 kalinya.Setelah itu aku diminta Suster untuk mengurus administrasi pendaftaran rawat inap, dan kebetulan ayahku juga sudah sampai di RS. Setelah pengurusan administrasi selesai, Kirani dibawa keruang perawatan, yaitu ruang Srikandi.
Selama diruang perawatan, Kirani panasnya masih turun naik walau sudah diberikan obat penurun panas lewat infus per 4 jam sekali. Tepat jam 2 pagi, Kirani panas tinggi lagi dan kembali kejang, para Suster dengan sigap memberikan obat kejang lewat anus dan oksigen kepada Kirani, karena ditakutkan otaknya kekurangan suplay oksigen akibat kejang.
Tidak lama kemudian kejang Kirani berhenti dan ia langsung tertidur, mungkin efek dari obat kejang tersebut. Keesokan harinya Dr. Khatin visit, dan memeriksa keadaan Kirani. Setelah selesai memeriksa Kirani, aku bertanya kepada Dr. Khatin.
"Dok bagaimana perkembangan anak saya?" tanyaku.
"Masih diobservasi panasnya Bu, karena ini masih turun naik. Obat juga dari semalam sudah masuk, dan tidak ada obat yang diminum ya. Semua obat lewat infus agar cepat proses penyembuhannya" jawab Dr. Khatin.
"Lalu masalah kejangnya Dok, apakah berbahaya?" tanyaku cemas.
"Setelah kejang anaknya masih sadar itu masih tidak berbahaya, namun kalau sampai tidak sadarkan diri ini yang lebih berbahaya, karena bisa saja mengenai saraf di otak" jawab Dr. Khatin.
"Alhamdulillah Dok, anak saya masih sadar setelah kejang cuma dia tidak menangis saja" ucapku sedikit lega.
"Tidak apa-apa Bu, masih normal" balas Dr. Khatin.
"Kalau hasil tes darahnya bagaimana Dok?" tanyaku lagi.
"Hasil tesnya ada infeksi virus, tapi yang lainnya normal tidak ada masalah" jawab Dokter.
"Terima kasih Dok, atas penjelasannya" ucapku mengakhiri rasa penasaranku.
Dokter pun berlalu dari hadapanku untuk memeriksa pasien lainnya. Begitulah aku kalau sudah ketemu Dokter, pasti tidak banyak yang aku tanyakan, karena ketika sudah melihat Dokter, rasanya buyar semua pertanyaan yang sudah aku siapkan.
Hari kedua Kirani dirawat, tepat dihari Sabtu dan malamnya sehabis Isya ada sahabat dekatku dan suaminya juga putrinya datang menjenguk Kirani. Nama sahabatku Puput dan suaminya bernama Dhoge, sedangkan putrinya bernama Zara. Sebelumnya Puput sudah memberitahuku lewat BBM akan menjenguk Kirani malam itu.
"Mpok, ane udah diluar nih memang jam besuknya sampai jam berapa yah, kok sudah ditutup?" tanya Puput lewat BBM. Ya usia Puput memang jauh lebih muda dariku, dan ia memang biasa memanggilku dengan sebutan Mpok.
"Iyah sampai jam 7 malam saja jam besuknya, tapi nanti dibuka lagi setelah selesai dibersihkan lantainya. Ya sudah aku keluar yah takut kelamaan nunggunya" aku membalas BBM Puput, sambil berjalan keluar dan menitipkan Kirani kepada ayahku.
Diluar aku melihat Puput sedang berdiri didepan pintu masuk ruang Srikandi, aku langsung menghampirinya.
"Puput .." aku mulai menyapanya.
"Hai mpok gimana kabarnya?" tanya Puput sambil memelukku, karena sudah lama juga kami tidak ketemu.
"Alhamdulillah aku baik Put, kamu dan keluarga gimana kabarnya?" Tanyaku balik
"Alhamdulillah juga mpok, ane dan keluarga sehat semua makanya bisa jenguk si dedek kesini, oh ya si dedek gimana kabarnya sekarang?" jawab Puput dan menanyakan keadaan Kirani.
"Masih turun naik panasnya" jawabku.
"Yang sabar ya mpok, semoga Kirani lekas sembuh, dan tidak balik-balik lagi ke RS" ucap Dhoge.
"Amiin, oh ya duduk diruang tunggu yuk, masih lama kayaknya ruangannya dibuka lagi" balasku dan mengajak Puput, Dhoge dan Zara untuk duduk.
Kamipun melangkah ke ruang tunggu pasien dan melanjutkan obrolan kami disana.
"Lagi libur nih Ghe?" tanyaku kepada suaminya Puput. Suami Puput juga jauh lebih muda dariku makanya aku hanya memanggil nama saja.
"Iya mpok lagi libur, tapi tadi baru pulang ngukur jalan" jawab Dhoge sambil tersenyum.
"Oh... sekarang sambilannya ngukur jalan juga toh, sama kaya suamiku aja" ucapku.
"Iya Mpok sampingan, Kirani didalam sama siapa Mpok?" tanya Dhoge.
"Ada kakeknya didalam, tadi sih masih main HP makanya anteng, jadi bisa ditinggal deh" jawabku.
Tidak terasa kami ngobrol sudah hampir satu jam lebih, tapi ruang srikandi belum juga dibuka. Akhirnya karena sudah malam, Puput dan Dhoge pamit pulang tanpa melihat Kirani didalam. Puput memberikan aku satu kantong makanan untuk Kirani sebelum pulang, aku pun menerimanya. Barulah setelah itu Puput dan Dhoge pulang bersama Zara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahluk Hitam Itu Menyukai Putriku
Mistério / SuspenseIni adalah cerita tentang putri kecilku bernama Kirani, yang disukai oleh Mahluk tak kasat mata, berbulu hitam dan bermata merah, atau sering disebut Gandaruwo. Sejak usia 5 bulan putriku mulai jatuh sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit. Keterbata...