Obat dari Mekkah tidak mampu mengusir Mahluk Hitam dari Rumahku

927 44 3
                                    

Sesampainya dirumah aku menceritakan apa yang aku dapat dari Pak Ustad Ali kepada suamiku dan orangtuaku, mereka juga setuju untuk membeli obat tersebut.

Aku membasuhkan air obat yang aku bawa kepada putriku, dan mencampur air obat itu dengan susu yang akan diminum Kirani. Entah kenapa tengah malam badan Kirani kembali panas tinggi, seperti biasanya aku langsung memberinya obat penurun panas.

Aku juga mengalami hal aneh ketika masuk ke kamar mandi, ada yang tiba-tiba memukul pintu kamar mandi begitu kencangnya, tapi saat aku membuka pintu tidak ada siapa-siapa di luar. Aku berpikir pasti ulah si hitam, mungkin dia marah karena aku mulai mengobati putriku dan telah mengusiknya.

Keesokan harinya aku membawa putriku ke RS , karena takut panasnya berlanjut dan riwayat kejangnya terulang lagi. Sebelum ke RS aku memberikan obat penurun panas, anehnya di RS, Kirani terlihat seperti anak sehat yang berlari kesana kemari.

Setelah di periksa oleh Dr. Khatin, Kirani juga sudah tidak panas lagi, mungkin karena obat penurun panasnya sudah bereaksi.
Tapi dalam perjalanan pulang dari RS, Kirani kembali panas badannya dan terlihat diam. Sesampainya dirumah aku langsung memberikan obat yang telah diresepkan oleh Dr. Khatin tadi, alhamdulillah panasnya berangsur-angsur turun setelah mengkonsumsi obat tersebut.

Ketika Kirani tertidur, aku memberitahu Dhoge lewat BBM tentang kondisi Kirani setelah meminum air obat dari pak Ustad Ali, dan kejadian semalam yang aku alami.

Dhoge membalas BBM dariku isinya
"Enggak apa-apa mpok, itu reaksi dari air obat, tandanya si hitam sudah mulai lepas dari badannya Kirani" kata Dhoge.

"Memang begitu yah efeknya kalau MG lepas dari badan?" Tanyaku lagi kepada Dhoge.

"Iyah mpok bisa seperti itu efeknya, aye aja pernah ngalamin gak enak deh pokoknya berurusan sama MG" jawab Dhoge mencoba menenangkanku.

Saat aku BBMan dengan Dhoge, aku merasa ada percikan air diwajahku, dpontan aku keluar dari kamar karena aku pikir itu pasti ulah si hitam. Aku memberitahu suami dan orang tuaku yang sedang nonton TV didepan tapi mereka tidak percaya, mereka beranggapan kalau air itu berasal dari AC, padahal AC dikamarku tidak bocor. Memang pada saat itu suami dan ayahku belum begitu percaya akan sosok hitam yang ada dirumahku.

Hari berikutnya ketika aku sudah punya uang di ATM, aku segera transfer ke Pak Uztad untuk membeli obat dari Mekkah tersebut. Seminggu kemudian Ustad Ali memberitahu aku, kalau obatnya sudah sampai dirumahnya. Aku tidak membuang waktuku, sore itu juga aku datang kerumah Ustad Ali bersama Puput.

Aku tidak enak kalau pergi sendiri ke rumah Pak Ustad, makanya aku meminta Puput untuk menemaniku lagi. Sesampainya disana, Pak Ustad langsung memperlihatkan obatnya. Ada 2 kotak obat, kotak ke 1 berwarna Cokelat dan kotak ke 2 berwarna hijau. Obat tersebut berupa serbuk yang sangat padat, jadi jika tutup botolnya dibuka dan diterbalikkan, isinya tidak akan tumpah. Serbuk itu wanginya sangat menyengat, mungkin lebih tajam dari wangi kemenyan.

Pak Ustad Ali mulai menceritakan cara penggunaan obat-obat tersebut.

"Yang berwarna cokelat ini digunakan untuk rumah, caranya siapkan wadah berisi air lalu tuangkan sejumput serbuk cokelat ini kedalamnya. Aduk merata dan tunggu sampai serbuknya mengendap di bawah. Setelah itu cipratkan ke setiap sudut rumah, mulai dari depan sampai ke dalam. Lakukan ketika sedang adzan maghrib sambil membaca Ta'awudz, Bismillah, dan shalawat nabi sebanyak 3 kali" ucap Ustadz Ali menjelaskan. Cara tersebut dilakukan 3 kali dalam seminggu, diluar malam selasa dan malam sabtu yah" kata Ustadz Ali.

"Dan untuk anaknya pakai kotak warna hijau, caranya hampir sama dengan yang tadi, hanya bedanya airnya digunakan untuk mandi anaknya setiap hari" ucap Pak Ustad menjelaskan tentang obat dari Mekkah tersebut.

"Baiklah Pak Ustad, nanti saya akan lakukan sesuai petunjuk, Pak Ustadz" balasku.

Tidak lama aku dan Puput dirumah pak Ustad, aku juga hari itu tidak mampir ke rumah puput karena takut Maghrib dijalan. Aku pamit pada Puput dan mengucapkan terima kasih pada Puput. Aku sampai di rumah adzan maghrib sudah selesai, dan obat-obatan yang aku bawa belum bisa aku lakukan malam itu. Besok malamnya aku baru dapat melakukan pengobatan dengan obat tersebut, aku meminta ayahku yang melakukannya.

Beberapa minggu setelah melakukan pengaobatan tersebut, hasilnya masih nihil, Kirani masih saja terbangun tengah malam dan menangis, kadang bermain sampai adzan subuh, setelahnya baru tidur sampai pagi.

Aku mencoba mengganti kembali nama panggilan putriku menjadi Kirani sesuai saran Pak Ustad Ali. Nama ini yang aku gunakan sampai sekarang. Setelah kurasa cukup mempunyai uang untuk syukuran kecil-kecilan, dengan ibu-ibu pengajian dikampungku, aku mengganti nama panggilan putriku menjadi Kirani dengan menyediakan kue 7 rupa untuk ibu-ibu pengajian tersebut.

Mahluk Hitam Itu Menyukai PutrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang