06

567 76 2
                                    

6. Berpaling jangan?

***

Bastian menjawab semua pertanyaan yang ada didalam kepalaku dengan kalimat

"Nanti pulang seolah gue kerumah lo," ucapnya, dan karena wajah sok misteriusnya ketika berkata kalimat itu, aku jadi cepat turun ketika teh Ody berteriak Bastian ada didepan.

Eh? Kenapa Bastian sok sopan begitu, toh dulu dia biasanya akan langsung masuk nyelonong masuk kerumahku begitu saja.

"Masuk!" Ucapku pada Bastian yang masih diam memandangi teh Ody, kenapa sih.

Bastian mengikutiku dibelakang sampai tiba di kamarku yang dapat dilantai dua.

"Jadi kenapa?" Tanyaku to the point pada Bastian.

Bastian masih termangu, memandangiku seperti orang linglung.

"Bas? Woi!" Teriakku tepat  ditelinganya.

Dia sadar kemudian meringis sambil menutupi telinganya, "Gue gak budeg bego!"

"Iya sorry, jadi gimana Bas?" Tanyaku lagi.

Bastian mengubah raut wajahnya menjadi serius, tapi aku malah ingin tertawa melihat wajahnya itu, "Lo kembali ke masa lalu kan?" Tanyanya.

Aku membulatkan mata, bagaimana dia bisa tahu? Kutatap wajahnya seksama, barangkali ia bercanda, tapi tak kudapatkan kebohongan di mata Bastian.

"Lo tahu?"

Bastian mengangguk, "Gue juga kembali ke masa lalu."

Aku kembali membelalakkan mata, Bastian juga kembali kesini, tapi kenapa? Aku sudah cukup tidak waras mempercayai bahwa aku kembali ke masa lalu, dan sekarang Bastian mengumumkan bahwa dia juga kembali ke masa lalu bersama denganku.

"Lo bercanda ya?" Tanyaku, mengingat kebiasaan Bastian yang selalu bercanda disaat-saat serius.

Bastian menggeleng yakin, wajahnya masih seserius tadi, barangkali Bastian tidak nyelonong masuk tadi karena bertemu teh Ody yang dimasa depan—ah sudahlah.

"Ini time slip, kita kembali ke masa lalu!"

"Kenapa kita kembali ke masalalu?"

Bastian menggeleng, "Gue gak tahu, mungkin kita disini untuk memperbaiki semua dimasa depan, gue memperbaiki status gue yang mahasiswa abadi, lo memperbaiki status lo yang jadi duda."

Aku menyipit, "Lo tahu?!" Tanyaku sangat keras.

Bastian menyengir, "Gue nguping waktu itu."

Aku memasang wajah kesal, hampir kucakar wajahnya yang tak tahu malu itu, aku jadi ingat kesalahannya yang memberikan cokelat kadaluarsa pada Genta. Kekekasalanku memuncak.

"Oke, karena lo disini, gue mau nonjok lo," ucapku penuh amarah sebelum aku menerkam bastian, Bastian lebih dulu kabur terbirit-birit sampai terjatuh-jatuh ditangga, aku yakin dia memar-memar tanpa perlu aku tonjok, dasar Bastian bego.

"Sorry Baal, ampun, ampun."

***

"Mas, Mas!"

Aku rasa seseorang memanggilku, namun setelah aku menoleh, kulihat dua orang anak lelaki berseragam SD yang naik sepeda bmx memasang wajah konyol, "Masuk, pak Eko!" Ucap mereka berbarengan.

Sial. Pagi-pagi sudah dikerjain. aku berlari kecil mengejar mereka sambil menunjukan kepalan tanganku, pura-pura sih, karena percuma juga mengejar mereka, toh sekolahku sudah tinggal lima langkah.

TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang