10

496 73 1
                                    

10. Satu dari dua

***

Aku memutar mataku kesal, ketika melihat Aldi berboncengan dengan (Namakamu) keluar dari parkiran fakultas kedokteran, bukankah seharusnya cewek itu kesini mengembalikan jaketku hari ini?

Aku kembali berjalan menuju parkiran untuk pulang, tapi ponselku berbunyi, aku melihat layar ponselku yang menunjukan nomer tak dikenal, siapa ya? Jangan-jangan orang neror atau orang yang mencoba menipuku?

Aku menolak panggilan itu, tapi si penelpon tetep keukeh menelpon lagi menunggu aku tanggapi, aku biarkan saja, menaruhnya kembali dalam tas.

Aku keluar dari gedung fakultas, tapi seseorang dengan keras memanggilku, aku berhenti, kemudian menoleh tanpa melepas helm, seorang perempuan memasang wajah kesal menatapku, bibirnya mengerucut.
Aku memutar balik motorku menuju kearahnya yang berdiri didepan pagar fakultas.

Setelah melepas helm dan turun dari motor, dia langsung memberondongiku dengan pertanyaan.

"Ya! Kenapa telfon gue gak diangkat sih?!"

"Oh, yang tadi nelvon lo? Gue kira orang yang mau nipu, ngaku-ngaku dari bank gitu," ucapku, tapi dia tetap saja kesal.

"Nih," dia menyodorkan kresek putih kearahku, aku mengernyit heran sebelum membuka kresek yang ternyata adalah jaket jeansku.

Aku ambil jaket itu, sekedar memeriksa baunya, siapa tahu belum dicuci karena dipakai Aldi.

"Harum kok, gue cuci!" Katanya, memang harum sih, wanginya mirip wangi (Namakamu), aku kembali memasukan jaket itu dalam kresek, lalu menyodorkannya pada (Namakamu).

(Namakamu) menatapku bingung, "Ambil aja, udah gak muat juga sama gue, udah dua tahun lalu," kataku baru menyadari jika aku jaket itu sudah lama dan terlihat menciut, ah aku saja yang makin subur, juga tak mungkin jaket ini dipakai Aldi yang tubuhnya lebih besar dariku.

(Namakamu) mencebikan bibirnya, "Lo benar-benar ya, gue jauh-jauh kesini, terus lo gak ambil jaketnya? Kalau lo gak mau jaket ini, gak usah nyuruh gue ngembaliin Iqbaal! Sia-sia tau!" Lalu dia mengembalikan jaketku padaku.

"Ya, sorry deh sorry, gue gak tahu bakal sekecil itu, ambil lo aja!" Aku memberikan jaket itu lagi padanya.

Dia menghela napas kesal, "Ah gatau ah, pokoknya gue udah ngembaliin!" Dia melempar jaket itu kewajahku, lalu berjalan masuk ke fakultasku, mau apa dia? Kususul dia sebelum jauh, lalu kudengar seseorang bersiul menggodanya, aku menarik (Namakamu) ketempat tadi, aku sampirkan jaketku padanya, dia masih kesal padaku, "Lain kali, jangan keluar pakai baju ketat," ucapku.

Dia tak terima, hendak memprotes, sebenarnya bajunya juga tidak ketat-ketat sekali, tapi aku saja yang tidak kuat melihatnya, dan aku juga tidak mau cowok lain melihatnya.

"Aldi mana? Gue mau minta anter."

Aku mengerutkan dahi, bukankah tadi dia berbocengan dengan Aldi, jadi bagaimana mungkin dia tidak tahu keberadaan Aldi.

"Bukannya lo tadi-" aku menggantungkan kalimatku, barangkali yang dibonceng Aldi memang bukan (Namakamu) tapi perempuan lain, dan aku takut kalimatku hanya menyulut kemarahan an kecemburuannya, diakan cemburuan sekali.

"Wae?*" Dia bicara bahasa Korea, lama tinggal dengannnya membuatku sedikit mengerti yang ia bicarakan.

*Kenapa?

Aku menggeleng, "Gue anter deh yuk!"

Dia menggeleng tak mau, "Gak usah, gue sama Aldi aja."

"Aldi gak ada udah pulang dari tadi," 'sama cewek' aku tidak melanjutkan dua kata itu, takut dia mengamuk disini.

TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang