8. Waktu bisakah diubah?
*
**
Waktu berjalan cepat, secepat hubungan (Namakamu) dan Aldi yang makin lengket, aku sudah tidak bisa mencegahnya, sejak hari itu, Bastian selalu saja muncul ketika aku hendak mendekati (Namakamu), alhasil aku harus menyerah.Dan kali ini juga aku harus diam saja, ketika Aldi dengan gentlenya menembak (Namakamu) di pesta ulang tahun cewek itu yang ke tujuh belas, harusnya aku yang disana, menyanyikan lagu Korea yang membuat (Namakamu) tersipu.
Aldi mengakhiri lagu yang ia persembahkan untuk (Namakamu) dan menyerahkan sebuket bunga raksasa padanya.
Aku cemburu tentu saja, ada yang terbakar dalam diriku, bagaimana bisa pipi yang selalu merona karenaku, sekarang merona karena orang yang berbeda, bagaimana bisa senyumnya mengembang padahal bukan aku sebabnya. Aku tersenyum sumbang kemudian melangkah pergi keluar dari caffe yang pengap itu, malam ini, aku tidak akan menyesali apapun, aku hanya perlu berdamai dengan hatiku yang sedari tadi bergemuruh, aku hanya perlu menenangkan diri, dan melepaskan perempuan itu untuk seseorang yang bisa membuatnya bahagia dimasa depan.
"Panas yak didalem."
Aku menoleh, Bastian duduk di sebelahku, padahal aku sedang ingin sendiri.
Aku tidak menjawab pertanyaan Bastian, malah sibuk menatap langit yang hitam, tak ada bintang, kosong sama seperti hatiku.
"Gue putus sama Bella Baal."
Aku tersentak, lalu menoleh padanya, raut wajahnya tak jauh beda denganku.
"Kenapa? Katanya mau berjuang."
Bastian menghela napas panjang, "Gue milih mengakhiri lebih awal, sebelum perasaan gue terlalu dalam."
Aku tidak menanggapi lagi, kubiarkan dia berkutat dengan hatinya, dan aku dengan kekosonganku.
"Menurut lo kenapa kita kembali ke masalalu baal?" Tanyanya, ini kali pertama ia bertanya pendapatku tentang waktu kami yang terulang.
Aku menggeleng, tak tahu, jika memang ada yang harus diperbaiki, kenapa hatiku justru tidak membaik melepaskan (Namakamu)? Aku rasa ini salah.
"Gue rasa kita kembali karena hal-hal yang kita sesali," ucap Bastian menjawab pertanyaaannya sendiri.
"Kenapa lo mikir gitu?"
"Gue nyesel, karena terlalu sayang sama Bella, akhirnya gue yang gak bisa move on dimasa depan, makanya gue putusin Bella di masa ini."
"Cuma itu penyesalan lo?" Tanyaku, ingin menyindir kuliahnya yang berantakan.
Bastian malah mengangguk, mungkin tak ingat skripsinya yang ia tinggalkan, "Lo nyesel karena nikah muda sama (Namakamu) makanya lo juga kembali ke masa lalu," ucap Bastian.
Aku tersenyum kecut, aku memang menyesal menikah muda, tapi aku tidak pernah menyesal menikahi (Namakamu), bagiku dia kebahagiaanku, meski aku bukan bahagianya.
Aku dan Bastian terdiam cukup lama, membiarkan kenangan-kenangan keluar masuk dalam ingatan kami, suara musik didalam tidak menggangu kehampaan hatiku. Barangkali ucapan Bastian memang benar, aku kembali karena apa yang aku sesali dimasa depan, tapi sudah berkali-kali kupikirkan bahwa aku tidak pernah menyesal menikahi (Namakamu), atau barangkali tebakan Bastian salah, alasan aku dan Bastian kembali ke masa lalu, mungkin hanya untuk melepaskan orang yang kami sayang.
"Woi! Ngapain di mari? Ceileh ngegalau."
Seseorang menepuk pundak ku, kemudian wajahnya muncul ditengah-tengah aku dan Bastian.
"Ngapain lo disini? lo kan gak kenal (Namakamu)," Bastian memandang Kiky sinis, duh, kumat sudah sensi Bastian.
Kiky membenarkan duduknya, menyempil duduk diantara aku dan Bastian, seolah tubuhnya kecil, alhasil aku harus bergeser cukup jauh, Kiky duduk dengan mantap sambil memangku, kue-kue yang ia ambil dari dalam, aku jadi heran bagaimana bisa Kiky disukai oleh paman dan bibiku—orang tua Bella.
"Gue jadi penyusup," Kiky mengakui itu dengan santai, sambil memasukan potongan-potongan kuenya, aku menggeleng, memang hobinya Kiky dari dulu jadi penyusup ya, sampai di masa depanpun ia jadi penyusup di hubungan Bastian dan Bella.
"Lo mau?" Kiky menyodorkan kue pada Bastian.
Bastian langsung menggeleng, tatapannya masih dingin "Kagak, ntar gue gemuk!"
Ah kan, Bastian menyindir Kiky, tidaklah dia terlalu keterlaluan?
"He kenapa? Gedut kan imut-imut," jawab Kiky, menganggap semua yang diucapkan Bastian hanya bercandaan, toh Kiky memang orangnya begitu.
"Imut-imut pala lo!"
"Emang pala gue imut."
Aku tertawa mendengarkan mereka, setidaknya disini mereka masih saling sapa, tidak saling mengacuhkan seperti di masa depan.
***
"Mau kemana kamu pakai seragam?"
Aku tersentak ketika sudah menuruni tangga, melihat ayah yang santai menikmati kopi paginya, kapan ia tiba? Ah ini pertama kalinya aku melihat ayah disini, sedikit canggung.
"Ayah?"
"Mau kemana kamu?"
Aku mengerutkan dahi, kalau sudah pakai seragam ya sekolah lah, "Sekolah yah."
Ayah terkekeh, "Kamu masih ngingo ya?"
Aku mengerutkan dahi, bingung dengan ucapan ayah, apa jangan-jangan sekarang hari minggu? Tapi kan kemarin masih hari Jum'at.
"Cepet sadar, gak mau kuliah kamu?"
Apa? Kuliah? Aku membelalakkan mata, lantas langsung berlari melewati anak tangga menuju kamar, aku langsung melihat kalender yang sudah berganti, Februari 2020.
Astaga! Apa-apaan ini? Kuperiksa ponselku, yang ternyata tanggalnya sama.
Aku membuka lemariku, melihat jas putih bergantung rapi, lengkap dengan logo universitasku, Aku melihat rak-rak buku yang penuh dengan buku-buku kedokteran.
Aku menyender pada lemari, tubuhku terasa lemas, akalku terus memberontak bahwa ini diluar nalar, semakin lama masa ini semakin sulit, bercamvam pertanyaan menyerbu otakku.
Kenapa aku meloncat kemasa ini? Apa yang terjadi kemarin, dan mengapa aku disini? aku bingung tidak bisa menerka apa jawabnnya, juga tidak tahu harus apa, kemudian aku ingat sesuatu ditengah kebingunganku, teh Ody meninggal ketika aku kuliah semester dua, aku lulus SMA tahun 2018 akhir, dan jika sekarang Februari 2020, maka aku berada diawal semester tiga, aku bergegas turun, setengah berlari sambil memanggil nama teh Ody, ayah sudah tidak lagi diruang tamu, aku langsung menuju dapur ketika aroma masakan merebak dipenciumanku.
"Bunda! Teh Ody dimana?" Panggilku, tapi bunda tidak menoleh.
Aku dekati dia dan mengguncang lengannya, panik. Bunda menoleh perlahan, menatapku dengan air mata yang bergerumul di pelupuk matanya.
Tubuhku melemas seperti tak bisa menopang tubuhku, aku kehilangan kakakku dua kali, masa bodoh dengan waktuku yang terulang, aku tidak bisa merubah apa yang sudah terjadi masa depan.
***
Komennya ditunggu yaaa❤ biar semangat lanjut ni
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME
FanfictionSequel of BEGO Iqbaal diberi kesempatan untuk memperbaiki masa depannya yang berantakan, dia kembali ke masa SMA awal pertemuan dirinya dan (Namakamu), namun semakin ke sini, Iqbaal merasa kalut dirundung pertanyaan 'Apakah kembalinya ia karena peny...