12

496 77 5
                                    

12. Kunci

***

Ucapan konyol Bella yang ia katakan tadi pagi sukes menguasai pikiranku.

"Lo suka sama (Namakamu) ya?"

"Eh?"

Dia malah tersenyum, "Lo bahkan tahu dia dari suara langkah kakinya."

Aku menatapnya dengan alis terangkat.

"Yang gue liat ya di drama, katanya kalau kita sedang jatuh cinta, bahkan langkah kaki orang kita cinta, kita bisa tahu."

"Eh?"

Terdengar konyol, bagaimana bisa seperti itu?, Aku malah bisa mendapatkan alasan lebih logis mengapa aku mengenali langkah kaki (Namakamu), itu karena aku sudah bertahun-tahun hidup dengannya, jadi aku sudah terbiasa, jadi hapal.

Bukannya gak mau mengakui kalau aku suka sama (Namakamu), tapi emang iya, eh enggak, eh, ah entahlah aku tak tahu perasaanku, memangnya perasaanku penting? Bukannya yang terpenting saat ini adalah memperbaiki masa depanku?

***

Aku terjaga, mataku mengerjap berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya yang ada dikamar ini, dahiku berkerut ketika melihat seorang perempuan duduk diujung kasurku dan memunggungiku, siapa dia? Kenapa ada dikamarku?

"Lo siapa?" Tanyaku, lantas dia menoleh, kepalanya ditutup tudung, dan dia bercadar juga, bajunya putih bersih.

"Istrimu," ucapnya, aku sedikit tersentak, kupandangi matanya yang tak tertutup apa-apa, jelas itu bukan mata (Namakamu), lalu dia siapa?

Jangan-jangan dia istri masa depanku, maksudku, karena aku sudah merubah beberapa hal dimasa lalu, mungkin itu juga akan merubah sesuatu di masa depan, jodoh misalnya, aku menarik bibirku keatas, menerka-nerka seperti apa wajah istriku, jangan-jangan cantiknya melebihi Raisa, suaranya saja merdu.

Kudekati di hendak melepas cadarnya, di menahan lenganku, aku menatapnya bingung, setelah dia melepas tanganku, dia menaruh tangannya kebelakang, hendak membuka cadarnya, jantungku berdebar-debar mulai menerka rupanya, dan dengan gerakan slow motion di melepas cadarnya.

"Ingin berduaan dengan dirimu, Iqbwaal." Dia mengerlingkan mata, dan menjilat bibir sampingnya.

Aku mendelik, saat itu juga duniaku terasa berhenti, dan aku rasanya ingin mati.

"Baal, lo gak pa-pa?"

Aku membuka mata merasakan sesuatu menepuk pipiku, wajah Kiky menyapa dengan ekspresi bingung, aku tersenyum lega, ternyata tadi cuma mimpi, aku rasa itu adalah mimpi terburukku selama ini, aku menoleh, memandangi sekitar kamarku, ada banyak hal yang diluar nalarku akhir-akhir ini kan, aku mengedarkan pandangan, takut-takut perempuan yang mengaku istriku itu ada disini.

"Lo kenapa sih Baal?"

Aku menoleh, Kiky menatapku bingung, "Sekarang tahun berapa?" Tanyaku.

"2020 kenapa sih?"

Aku menghela napas lega, tadi memang benar-benar hanya mimpi dan mimpi itu membuatku takut kalau nanti pada akhirnya seseorang yang menemaniku tidak lebih baik dari (Namakamu).

"Lo ngapain disini Ki?" Tanyaku, ketika kusadari eksistensinya disini dengan pakaian santai, kemana seragamnya?

"Oh gue libur," katanya kemudian duduk di karpet bawah dan menyetel televisi.

TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang