Sudut pandang : penulis
15. Rahasia Terbuka
***
"Lo apa-apa sih Baal!" (Namakamu) berteriak geram pada Iqbaal didepannya, Iqbaal meringis, memegangi sudut bibirnya yang berdarah karena bogeman Aldi, lelaki mana yang tak akan menghajar lelaki yang mencium pacarnya tepat didepan mata.
"Baal! Jawab gue!" (Namakamu) mendorong lengan Iqbaal kasar.
"Lo yang apa-apaan," ucap Iqbaal, dia menatap (Namakamu) tajam, "Udah tahu Aldi selingkuh, masih aja bertahan."
(Namakamu) memandang Iqbaal dengan perasaan yang ingin meledak, dadanya naik turun menahan emosi, "Maksud lo?"
Iqbaal berdecak, matanya menyorot (Namakamu) tajam, barangkali emosinya juga sudah sampai ubun-ubun, "Lo pinter banget ya pura-pura gak tahu."
(Namakamu) diam saja, meski tangannya mengepal meremas ujung dress-nya.
"Pertama lo pura-pura gak tahu gue kembali kemasa ini juga, kedua lo pura-pura gak tau kalau Aldi selingkuh, ngaku aja (Nam...) Lo kembali ke masalalu juga kan, hmm," Iqbaal mengakhiri kalimatnya dengan senyuman miring.
"Lo ngomong apaan sih? Gak usah ngalihin pembicaraan deh, gue lagi marah sama lo!"
Iqbaal terkekeh kecil, "Kenapa marah? Karena cowok lo yang kaya itu gagal ngelamar lo? Segitu pinginnya lo dapet orang kaya?"
Kepalan tangan (Namakamu) makin menguat, dan emosinya juga makin memuncak.
"Udah bosen hidup sama gue? Udah bosen jadi orang melarat?"
(Namakamu) menatap Iqbaal nanar, wajah Iqbaal yang seperti itu, tatapan Iqbaal yang setajam itu, mampu membuat (Namakamu) ingin menangis.
"Mungkin bener kata Bastian, lo cewek yang suka uang, cewek matre yakan?"
Ucapan sarkastik Iqbaal sukses, merobek pertahanan (Namakamu).
Plak
Apa yang (Namakamu) tahan lepas sudah, dia menampar Iqbaal dengan kekuatan yang ia punya, bahu (Namakamu) naik turun, dan dadanya mulai terasa sesak, matanya yang sedaritadi diselimuti selaput bening luruh sudah, "Iya gue emang suka uang, puas lo?!" (Namakamu) keluarkan semua yang mengerubungi dadanya yang sesak, bahkan armadanya sudah jatuh tanpa jeda.
Iqbaal memandangi (Namakamu) lebih tajam lagi, kedua tangannya terkepal, tamparan (Namakamu) barusan tak terasa, pipinya serasa kebas, mungkin karena sakit batinnya lebih parah dari sakit fisiknya.
Mereka berdua saling menatap dengan tatapan benci, mengabaikan perasaan lain yang mungkin jika tak dipaksa dibunuh lebih besar dari rasa benci itu.
"Lo—"
(Namakamu) mengusap air matanya, lalu langsung memotong kalimat Iqbaal, "Temen lo itu, temen brengsek lo itu! Temen yang lo sebutin tadi, dia! Udah bunuh Genta!" (Namakamu) mengucapkannya penuh penekanan.
Kalimat itu seperti petir dimalam hari, jatung Iqbaal rasanya seperti berhenti berdetak saat itu juga, kepalan tangannya yang tadi menguat mulai mengendur bersama dengan tubuhnya yang terasa lemas.
Genta, bocah manis itu, bagaimana bisa Iqbaal hampir melupakannya hanya karena terbawa perasaannya yang kalut, Genta, anak itu, anak Iqbaal dan (Namakamu), benarkah dia pergi?
***
"Oi lama amat sih lo, keburu kemaleman nih, guling gue nyariin, minta kelon," Bastian bercanda tanpa tahu ada bencana yang mengincar dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME
FanfictionSequel of BEGO Iqbaal diberi kesempatan untuk memperbaiki masa depannya yang berantakan, dia kembali ke masa SMA awal pertemuan dirinya dan (Namakamu), namun semakin ke sini, Iqbaal merasa kalut dirundung pertanyaan 'Apakah kembalinya ia karena peny...