00

851 76 1
                                    

Epilog

Jakarta, 2027

Cahaya lampu warna warni menyoroti empat orang diatas panggung yang sedang menjadi pusat perhatian, panggung yang gelap memberikan efek bagus pada baju mereka yang mempunyai lampu warna hijau dan biru, sehingga tubuh mereka seperti robot.

Lantunan musik sudah terdengar, dan empat bintang itu mulai melakukan aksinya.

Satu hal yang terindah untukku
Kau ada di dalam hidupku
Kau anugrah terhebat untukku
Aku ada karna cintamu

Tiada pernah kau lelah untukku
Senyummu slalu menemaniku Walau aku suka semauku
Dan terkadang kecewakanmu

Sorak Sorai penonton yang didominasi ibu-ibu menggendong anaknya menggema dalam gedung yang disewa sepasang suami istri, mereka merayakan satu tahun ulang tahun anak keduanya.

"Anak gue tuh," ucap pria berkemaja biru muda pada pria berbadan gempal yang menggendong balita perempuannya, matanya melirik panggung dimana empat orang balita sedang berjoget heboh. Sementara dia sendiri juga menggendong balita yang memakai gaun biru ala Frozen.

"Iya Baal, siapa bilang anak gue," balas pria gembul yang tak lain adalah Kiky, dia menggoyang-goyangkan tubuhnya mengikuti irama musik, sehingga membuat pipi gemul anak perempuannya naik turun.

"Kayaknya kita bikin girlband bagus deh," celetuk seseorang pria berambut kribo, dia berdiri diantara Iqbaal dan Kiky, tubuhnya bergoyang-goyang untuk menghentikan tangis balita berbaju pink di gendonganya.

"Boleh kasih nama Jerukbelle aja," ucap Kiky, tangannya meraih tangan gembul anaknya untuk mendekat pada anak Bastian yang merengek.

"Kasih Bella aja sono Bas," ucap Iqbaal, melihat tangis Isyana yang makin lama makin histeris.

Belum reda suara tangis Isyana, Afgan muncul dengan tangisan yang tak kalah histeris, "Nah itu, liat ada Raisa, Isyana sama Maudy," ucap pria berkacamata minus yang menggendong baby Afgan, Aldi. Tangan Afgan digerakkan mengabsen balita perempuan yang masing-masing digendongan ayahnya.

"Nah duet aja dah tuh, nyanyi yang judulnya percayalah," celetuk Kiky.

"Lha, itukan lagunya Afgan sama Raisa," ucap Iqbaal tidak mau kalah, dia mengelus kepala baby Raisa dalam gendongannya.

Raisa ikut menangis histeris, disusul Maudy digendongan Kiky yang sedari tadi diam, kemudian empat ayah itu bergerak menggoyangkan tubuhnya mengikuti alunan musik Mama, yang dibawakan oleh empat anak berusia enam tahun, menirukan boyband Coboy Junior uang populer pada masanya dulu.

Mama, I think you for your love in me
Mama, jangan pernah worry worry
Mama, ku nggak akan nakal lagi
Mama, ku sayang kamu Mama, I think you for your love in me
Mama, jangan pernah worry worry
Mama, ku nggak akan nakal lagi

Goyangan empat bocah itu mulai ricuh diakhir-akhir lagu, belum lagi suara yang sudah ngos-ngosan, ada beberapa bocah yang saling bertabrakan, tapi mereka dengan berani kembali bangkit dan berpose untuk mengakhiri lagu yang mereka bawakan.

Mama, ku sayang kamu

Tepukan bergemuruh mengikuti langkah mereka yang tersenyum memamerkan giginya yang mulai ompong, mereka turun dari panggung tertatih, berlari menghampiri ibu-ibunya yang sedari tadi berdiri terkesima didepan panggung.

"Mama," Bocah lelaki yang paling konsisten antara suara dan tariannya itu memeluk perempuan berbaju biru muda.

"Genta sayang mama," ucapnya, lampu di bajunya masih menyala-nyala.

TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang